7

5 4 0
                                    

"Lembur, Fris." Ucap Afrilla, Friska mendengus dan mengangguk. 'Belum beli minum lagi, capek banget badan gue,' keluh Friska dalam hati, 'pesen dulu deh.' Friska langsung mengambil gawainya dan memesan minum lewat online.

"Lo enggak ditungguin Rafa, kan?" Tanya Afrilla, "emang Rafa siapa gue?" Tanya Friska, "lho? Kan pacar lo?" Heran Afrilla, "udah enggak. Santai aja. Emang kalau gue lembur, dia peduli pas pacaran? Hahaha," renyah Friska, "oh, sorry gue enggak tau. Yaudah, semangat, Fris." Ucap Afrilla, Friska tak acuh, ia lebih memedulikan minumannya daripada ucapan Afrilla.

"Banyak banget lo beli minum?" Tanya Afrilla heran, "iya, gue butuh banyak soda yang bikin segar." Singkat Friska, Afrilla hanya mengangguk dan melanjutkan pekerjaannya.

"Kerja? Atau di rumah?" - Rafadillah Imani Rizki.

"Siapa tuh? Rafa?" Tanya Afrilla, "as you expected ct, yes." Jawab Friska, Afrilla terkekeh dan melanjutkan pekerjaannya.

"Kerja." Singkat Friska.

"Lembur? Mau makan atau minum enggak?" Tanya Rafa.

"Udah beli minum soda tadi, enggak usah." Ketus Friska.

"Oh yaudah, gue titip makanan aja kalau gitu." Balas Rafa.

'Apaan, sih?' Tanya Friska dalam hati.

"Enggak usah." Singkat Friska.

Pesan terakhir hanya dibaca oleh Rafa, Friska heran ketika sudah putus Rafa lebih peduli daripada saat mereka pacaran. Friska meneguk sodanya yang dibeli, dia sudah lelah dengan semua pertanyaan Rafa setelah putus.

Menghabiskan satu gelas soda, Friska langsung mematikan gawainya dan kembali fokus pada pekerjaannya.

-----

"Makanannya udah sampai. Cek, ya." Balas Rafa dipesan obrolan dengan Friska, tapi pesan tersebut tidak langsung dibalas, bahkan dibaca langsung pun tidak.

"Gue tidur deh, fokus kerja kali dia." Ucap Rafa pada diri sendiri.

"Kok gue lebih peduli setelah putus, ya?", "atau karena baru putus?", "wajar enggak, sih, kayak gini?" Tanya Rafa pada diri sendiri.

Ia jalan menuju ranjangnya, merebahkan badannya di ranjang sambil menatap langit-langit plafonnya.

"Kalau gue ternyata benar menyesal, gimana, ya?" Tanya Rafa, lalu ia terlelap.

-----

"Lo pesen makan, Fris?" Tanya Afrilla, "enggak, kenapa?" Tanyanya balik, "ini ada titipan dari driver buat lo, makanan. Rafa kasih lo makan kali?" Tanya Afrilla lagi, "yaudah taro aja, entar gue makan." Jawab Friska.

'Nyusahin banget cowok satu ini, udah dikasih putus malah ngelunjak. Perbuatan gue pertahanin hubungan sampai ke orang tuanya enggak pernah dianggap, seakan hanya ingin tau doang.' Batin Friska kesal.

"Rafa sebenarnya masih sayang sama lo, tapi dia enggak rasain sayangnya itu. Makanya selama itu dia acuh tak acuh sama lo. Lo bener buat pertahanin, tapi emang pandangan orang tentang hubungan lo terlihat udah enggak baik." Jelas Afrilla sambil mengurusi kerjaannya.

"Biarin, kalau nyesel juga gue enggak akan peduli. Gue udah lebih baik dan merasa bebas juga dari sikap dia yang begitu." Jawab Friska sambil meminum sodanya lalu melanjutkan pekerjaannya.

"Udah beres?" Tanya Afrilla tiba-tiba, "1 berkas lagi, kalau lo udah selesai, tinggal aja. Entar gue bawa kunci kantornya. Jam berapa masuk nanti?" Tanya Friska, "jam 10.00. Yaudah gue tinggal, ya. Jangan pikirin apa-apa, kesehatan lo juga harus dijaga daripada lo minum soda buat redain pikiran lo. Gue duluan, bye." Pamit Afrilla, Friska hanya mengangguk dan melambaikan tangan ke Afrilla, dan ia melanjutkan pekerjaannya.

"Yah, jam 02.00 gue baru selesai, mau tidur jam berapa gue..." Keluh Friska, ia sudah selesai dengan pekerjaannya untuk mengatur keuangan perkantorannya. Ia bergegas mengangkut tas, gawai, dan semua yang ada di mejanya.

Ia berjalan menutup semua ruangan dan pergi dari kantornya menuju rumah.

"Kalau dia benaran menyesal, gue harus apa? Bahkan setelah putus gue merasa biasa aja dan bebas. Gue lepas dari kutukan atas sikap yang dikasih sama Rafa. Gue bahkan bodo amat dengan dia yang masih chat gue." Ucap Friska pada diri sendiri.

"Yaudah mending gue masuk rumah dan berberes, terus gue tidur." Ucapnya.

Bahkan Friska lupa akan makanan yang diberi Rafa, makanan pemberian Rafa ditinggal di ruangannya.

Erat.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang