9

10 4 1
                                    

Setelah berbulan-bulan, Friska dan Rafa benar-benar sudah tidak berinteraksi. Terakhir pesan dari Rafa untuk Friska tidak ia acuhkan. Kalimat yang tidak penting dan juga semua sudah terlambat. Namun Friska senang bahwa membuat Rafa menyesal berhasil.

"Lama-lama gue jadi wibu gara-gara dengarin lagi ini." Ujar Rafa, ia menemui lagu dari beranda YouTube, lagu tersebut dinyanyikan oleh YOASOBI, berjudul "Tabun" yang artinya "Mungkin".
"Gue bisa balikan enggak, sih?" Tanya Rafa pada diri sendiri, "tapi kayak enggak mungkin, ya?", "Rafa bodoh emang. Mau sebanyak atau sebaiknya cewek-cewek, kalau ciri khasnya hanya untuk awal hubungan atau pendekatan, enggak akan nyantol ke gue." Omelnya. "Bodoh, ya. Udah mau setahun, gue masih nyesel. Padahal gue lakuin hal yang sama, tanpa bersalah, semena-mena. Tapi gue juga balik setelah setahun lebih. Gue egois dan kekanakkan banget." Rafa terus seakan memarahi dirinya sendiri.

"Sorry, Rafa? Gue Ikrar. Lo ada waktu?" — Ikrar Ardhimas Saputro.
"Ada. Jam 19.00 enggak apa-apa? Kenapa?" Tanya Rafa.
"Enggak apa-apa. Cuma mau ajak ke angkringan aja. Kayaknya lo lagi banyak masalah. Santai aja, enggak ada Friska. Di sini kita bener-bener ajak lo nongkrong aja." Jelas Ikrar.
"Lo pada keberatan enggak? Secara gue dulu menghindar dari kalian dan enggak mau tau tentang kalian meski temennya Friska." Pasti Rafa.
"Santai, kita selalu terbuka kok. Yaudah, jam 19.00, ya. Kita tunggu di angkringan dekat Pos 10." Balas Ikrar.
"Oke." Tutup Rafa.

"Tumben? Gue enggak lagi dikerjain, kan?" Heran Rafa, "semoga enggak. Gue yakin mereka baik semua." Ucap Rafa pada diri sendiri. Padahal Rafa sedang tidak kerja, tapi dia tidak mau langsung terima ajakan Ikrar, dia masih butuh waktu sendiri.


"Oi, gue ngikut, ye," sapa Rafa, "iye, santai. Lagian 'kan diajak. Gimana keadaan lo?" Tanya Azriel, "biasa aja, capek liat tulisan. Lo semua gimana?" Tanya Rafa balik, "Rehan doang yang sok sibuk, sisanya aman sama baik-baik aja," jawab Azriel, "lo kalau mau kenalin gue tuh yang baik. Asal bilang sok sibuk aja lo," omel Rehan, semua hanya bisa ketawa, "lo masih kontakkan sama Friska?" Tanya Azmi, "enggak, udah lama enggak chat. Lagian ngapain chat dia, 'kan udah putus lama hahaha," renyah Rafa, "tapi kalau lo masih sayang, harusnya balikan aja, sih, Raf," ujar Ikrar, "enggak perlu. Friska udah bebas. Gue juga yang berharap untuk putus, masa gue yang minta balikan. Hahaha," jawab Rafa, "kenapa enggak? Buktinya lo diemin Friska setahun lebih, lo balik lagi," balas Azriel, "kok kalian jadi mojokkin gue gitu. Udahlah, biar berlalu aja. Keinginan gue kok." Ketus Rafa sambil menyeruput minumannya. 'Gue tau lo mau balikan, tapi lo terpaksa untuk lepasin Friska, Raf.' Batin Ikrar.

"Krar, lagi nongkrong?" — Friska Arnelia Anindiya.
"Iya, kenapa?" Tanya Ikrar.
"Ikut. Gue lagi capek bangettt." Balas Friska.
"Duh, kapan-kapan aja, Fris. Enggak apa-apa, kan?" Balas Ikrar panik.
"Kenapa? Tumben, biasa kalau sibuk juga dibolehin." Heran Friska.
"Sekarang emang enggak bisa banget. Rame juga." Alibi Ikrar.

"Kenapa, Krar? Kayak panik gitu," tanya Azmi, "Friska, Mi," jawab Ikrar, "kenapa dia?" Tanya Rafa, "mau ke sini," jawab Ikrar, "yaudah, ke sini aja. Gue pulang," ujar Rafa, "enggak bisa. Lo harus di sini. Kasihan lo kayak capek banget sama hidup." Ucap Azriel.

"Kok kalian jahat sama gue sekarang?" Tanya seorang perempuan tiba-tiba, "Fris? Kan gue bilang enggak bisa," marah Ikrar dengan muka sedikit panik, "oh, karena ini. Santai, sih," ucap Friska sambil menatap tajam Rafa, "sorry kalau lo enggak nyaman. Gue diajak," jawab Rafa seakan tahu arti tatapan dari Friska, "santai." Singkat Friska.

"Katanya deket sama Rara?" Tanya Friska, "enggak, kata siapa?" Tanya Rafa balik, "gosip biasa. Kenapa enggak deket aja? Temen gue kok, aman kalau mau cari tau," jelas Friska, "enggak. Gue udah bilang dari awal maunya sendiri." Ketus Rafa, Friska hanya diam sambil mengambil gorengan.

"Lo capek kenapa, Fris?" Tanya Ikrar memecahkan keheningan, "kerjaan sama ada hal yang enggak bisa gue bahas sekarang." Ujarnya, Ikrar dan Azriel paham apa yang dimaksud Friska, sedangkan tiga orang lainnya hanya menikmati makan dan minum mereka, meski Rafa penasaran maksud dari Friska. 'Gue? Apa gue pergi aja? Kasihan mereka.' Batin Rafa.

"Gue duluan deh, enggak apa-apa, kan?" Pamit Rafa, "mau ke mana lo? Bentar banget," tanya Rehan, "gue masih ada naskah yang harus gue kerjain. Enggak apa-apa bentar juga, makasih lo pada udah ajak nongkrong," ujar Rafa, "hati-hati lo, Raf," ucap Azriel, "iya, hati-hati." Diikuti ucap Friska, Rafa melambaikan tangan dan balas dengan senyuman.

"Lo mau bahas apa?" Tembak Azriel, "Rafa minta balikan," singkat Friska, "katanya udah enggak kontakan?" Heran Azmi, "kayak enggak tahu Rafa aja," celetuk Rehan, "emang lo tahu?" Tanya Azriel, "enggak hahaha," jawab Rehan cengengesan, "gue enggak mau balikan," ketus Friska, "kenapa?" Tanya Ikrar, "dia yang bilang sendiri enggak ada alasan untuk balik. Ya, ngapain ngajak? Jilat ludah sendiri emang enak kayaknya," emosi Friska membludak karena Rafa seperti ABG labil dimasalah percintaan, "lo sendiri masih sayang enggak?" Tanya Azmi, "enggak. Sedikit pun," singkat Friska, "lo udah jelasin ke Rafa?" Tanya Azmi, "belum, makanya gue mau ke sini, ternyata Si Bangsat ada di sini," ketusnya, "gue yang ajak, kasihan dia kayak enggak punya teman. Gue juga yakin dia lagi struggle tentang lo, Fris. Makanya gue sama Ikrar enggak boleh lo ke sini," jelas Azriel, "santai. Yaudah, gue bingung. Udah capek banget sama Rafa." Keluh Friska, anak-anak tongkrongan hanya diam, bingung untuk bantu Friska yang memang ia sangat keras kepala.

'Gue tunggu keadaan reda aja untuk bilang ke dia.'

Erat.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang