8

7 4 0
                                    

"Makanannya udah sampai. Cek, ya." - Rafadillah Imani Rizki.

"Oh, iya. Gue baru nyalain hape. Makasih." Jawab Friska, ia baru bangun tidur dan baru menyalakan gawainya yang dari malam ia matikan.

"Enak?" Tanya Rafa.

"Maaf, gue belum makan dan ketinggalan di kantor karena gue capek banget, jadi lupa kalau lo kasih gue makanan." Jawab Friska.

"Oh yaudah, kalau bisa dipanasin di kantor, panasin aja. Harusnya masih enak kalau diangetin." Balas Rafa.

"Oke." Singkat Friska.

-----

"Oh, gini kalau gue ngerasain jadi Friska pas gue masih sama dia." Ucap Rafa pada diri sendiri.

"Iya, ya. Enggak enak." Keluhnya.

Rafa langsung bergegas untuk bersiap ke kantornya. Ya, hari Sabtu ia masih harus kerja, ia libur hanya hari Minggu, enggak tahu ide darimana kerja sampai Sabtu yang padahal ia seorang editor. Ia bingung apakah di tempat lain sama seperti dia atau enggak, tapi sayangnya Rafa betah di tempat yang ia kerja sekarang.

"Raf, enggak usah ke kantor. Lo kerja di rumah aja kata Hilmi." - Erlangga Putra.

"Bagus. Makasih." Balas Rafa.

"Pas banget gue mau tidur seharian daripada mikirin Friska terus." Ucapnya pada diri sendiri.

"Bagi kontak Hilmi dong. Atau lo punya kontak Azriel?" Tanya Rafa.

"Nih, gue punya dua-duanya." Jawab Elang.

"Oke, makasih."

"Mau tanyain tentang Friska?" Tanya Elang.

"Enggak, mau minta cewek baru ke mereka." Canda Rafa.

"Baru bentar putus udah pengen cewek baru, katanya mau sendiri. Untung gue enggak suka cowok, omongannya enggak bisa dipegang." Balas Elang.

"Kok kamu gitu, sih, Sayang? :(" Balas Rafa.

"Udah deh, lo gila kalau ditinggal sama Friska, Raf." Jawab Elang kesal.

"Wkwkwkwk. Yaudah makasih." Tutup Rafa.

"Bilangin ke Ikrar kalau balikan sama Friska, tolong jagain dia, ya" - Rafadillah Imani Rizki.

"Lah? Lo kenapa, Raf? Dapet kontak gue dari mana?" Tanya Azriel.

"Elang." Singkat Rafa.

"Lo temennya Elang?" Tanya Azriel.

"Gue satu kantor anjir. Kalau keganggu maaf deh, ye." Jawab Rafa.

"Sans. Iya entar gue bilang ke Ikrar kalau dia balikan. Enggak balikan juga gue sama Ikrar bakal jagain Friska." Balas Azriel.

"Oke deh, thank you." Tutup Rafa.

"Gini banget gue, gue yang mau putus dari dulu, malah gue yang galau enggak jelas." Ujarnya.

"Gue mau tidur aja mumpung libur sehari." Rafa langsung merebahkan kembali badannya ke ranjang.

'Maaf, Fris.' Ucapnya dalam hati.

"Fris, ketemu hari ini bisa?" — Azriel Putra Soepomo.
"Bisa, jam 17.00, ya. Kenapa, Zriel?" Tanya Friska.
"Ada yang aneh aja. Datang ke angkringan aja, ya." Jawab Azriel.
"Iya. Entar gue ke sana." Balas Friska.

'Rafa kenapa, ya? Tumben banget mau cari kontak gue dan hubungi gue meski buat Friska.' Batin Azriel, 'apa dia lagi fase nyesal?'  Tanyanya dalm hati. 'Apa pun itu, yang penting jangan sampai ada hal buruk buat Friska dari Rafa', 'enggak akan gue maafin kalau Rafa sampai berniat buruk ke Friska.' Ucapnya, Azriel masih terheran atas chat Rafa yang tiba-tiba, karena sebelumnya ia tidak pernah menghubungi teman-temannya Friska. Maka dari itu Azriel terlihat bingung dan heran.

"Gue bisa pulang lebih cepet enggak?" Tanya Friska pada Afrilla, "jam berapa?" Tanyanya, "jam 5 sore," jawab Friska, "boleh." Singkat Afrilla, Friska langsung tersenyum senang. Kapan lagi habis lembur langsung diizinkan pulang cepat. Kesempatan emas bagi karyawan kantor Friska.

"Kenapa, Zriel?" Tanya Friska buru-buru, "santai. Duduk dulu, mau gue pesen apa? Atau lo mau pisah?" Tanya Azriel, "entar aja. Gue udah makan di kantor." jawab Friska, Azriel mengangguk dan ia langsung ambil tusuk pertusuk yang disediakan di gerobak angkringan.
"Rafa itu lagi di fase nyesel sama lo, ya?" Tanya Azriel, "enggak tau, tanya aja," singkat Friska, "dia aja nitip lo ke gue dan Ikrar. Ya kali, gue nyeplos nanya kayak gitu," ujar Azriel, "ya, enggak apa-apa. Emang dia kenapa? Bakal sakit hati gitu? Tanya aja," ketus Friska, "enggak deh, gue males. Tumben dia mau kontakkin temen lo alias gue. Tapi kenapa dia bawa Ikrar juga?" Serius Azriel, "gara-gara gue bilang habis dari tongkrongan kalian kali," jawab Friska, "yaelah, cemburu gitu dia? Atau khawatir lo langsung balikan? Hahaha," canda Azriel, "yaudah, biarin aja dia. Udah enggak penting amat." Ketus Friska. Friska sudah muak dengan perlakuan Rafa, ia harap tidak ada yang di-chat oleh Rafa selain Azriel.

Erat.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang