XXIV

2.2K 397 58
                                    

Tak ada gunanya bersembunyi dari masalah karena pada akhirnya mau tak mau kita tetap harus menghadapinya juga.

🍁🍁🍁

Darah segar merembes pada seragam putih sekolah Cakra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Darah segar merembes pada seragam putih sekolah Cakra. Pemuda itu mengerang nyeri sembari menekan lukanya agar tak mengalami pendarahan lebih banyak. Baru pertama kali ia terkena tembakan, ternyata rasanya menyakitkan sekali.

"Jangan bergerak atau peluru ini akan bersarang di kepalamu juga."

Mendengar suara itu Cakra menolehkan kepala. Itu Jefri. Cakra tak percaya jika sepupunya itu berani menembakkan peluru padanya.

Pria berseragam polisi itu mendekat dengan rahang mengeras. Lalu tanpa menggeser arah pistolnya, sekarang ia sudah menempelkan moncong pistolnya pada pelipis kanan Cakra.

"Lo senyum?" Jefri tak percaya saat melihat senyuman di bibir Cakra. "Dasar bajingan. Bisa-bisanya lo bohongin kita semua."

Pemuda yang duduk bersimpuh itu kemudian menunduk tanpa berkutik, bersamaan dengan itu tiba-tiba dia terkekeh. Entah mentertawai kebodohan mereka ataukah sedang mentertawai nasibnya.

Detik kemudian sekitar enam polisi bersenjata memasuki gudang itu. Dua orang polisi bergegas melepaskan ikatan Bintang dan Nita, sisanya mengelilingi mereka untuk berjaga-jaga.

"Bukankah ini berlebihan, Bang?" Cakra mengangkat kepala. Tak peduli meski nyawanya sedang di ujung tanduk, dia tetap dengan santai mengedarkan pandangan ke sekeliling. Lalu ia kembali menatap Jefri dengan senyum sinis.

"Gue cuma sendirian loh, tapi lo malah bawa enam orang dengan senjata lengkap ke sini. Gue gak seberbahaya itu kali."

"Setidaknya dengan begini lo akan bisa lari, kan?" Jefri balas sinis. Ia semakin menekan moncong pistolnya pada pelipis Cakra. Kalau saja boleh, dia ingin sekali menarik pelatuk agar bisa melubangi kepala anak itu. Ia sudah terlalu geram dengannya.

Beberapa waktu lalu dia menyaksikan interogasi Riani untuk yang kesekian kalinya, dan lagi-lagi Riani terus saja mengelak. Oleh sebab itu tadinya polisi akan memanggil Nita untuk mendapat kesaksian ulang setelah merasakan ada kejanggalan. Namun, saat Nita dihubungi nomornya malah tak aktif, mereka pun pergi ke rumahnya dan kata ibunya Nita, putrinya itu belum pulang karena ada kerja kelompok dengan teman sekelas.

Mereka kemudian menghubungi Bintang yang notabenenya adalah teman sekelas Nita, tapi anak itu juga tak menjawab. Merasa ada keanehan, mereka beralih menghubungi Kanaya yang juga berada di kelas yang sama dan gadis itu bilang tidak ada tugas kelompok apa pun yang diberikan guru.

The Search : Pembunuhan Di Sekolah ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang