Satu-satunya orang yang harus dipercayai adalah diri sendiri.
🍁🍁🍁
Dari jauh Cakra bisa melihat, di ujung koridor kelas 11 ramai oleh murid-murid yang sedang mengintip dari jendela dua kelas di sana. Cakra mendesah samar, menduga jika itu pasti karena ada polisi yang sedang melakukan penyelidikan. Ia menarik napas berusaha tenang, lalu melanjutkan langkahnya menuju kelas.
Para murid yang berkerumun segera memberi ruang untuk lewat ketika Cakra datang. Sembari memperhatikan pemuda itu dengan tatapan penuh kecurigaan.
Cakra tak mau ambil pusing, lantas memasuki kelasnya dan langsung terdiam, ketika semua orang di kelas menatap lurus ke arahnya. Termasuk dua orang anggota polisi yang ada di sana.
Ia menelan ludah, lalu seorang anggota polisi menghampirinya. Cakra semakin tak berkutik karena polisi tersebut adalah kakak sepupunya sendiri, Jefri.
"Mari ikut saya." Jefri berkata dingin.
"Ada apa, ya?"
Jefri memberinya tatapan tajam, membuat Cakra menunduk takut. Satu polisi lainnya menghampiri, lalu memperlihatkan sebuah foto dari ponselnya. "Ini motor kamu, 'kan?"
Cakra mengerjap melihat foto motornya. Ia kemudian mengangguk. "T-tapi saya gak ada hubungannya dengan kasus Debi."
Jefri memegang lengan atas Cakra. Tak mau mendengar penjelasan untuk saat ini. "Jelaskan nanti saja. Sekarang kamu ikut kami."
Pemuda itu menghela napas, pasrah ditarik pergi oleh sepupu polisinya tersebut. Dia dibawa ke ruangan wakasek yang sengaja dikosongkan. Duduk tegang di depan seorang pria bertubuh besar, sebut saja Brigjen Bram.
"Kamu mengenal Debi?"
Cakra mengangguk. "Semua orang pasti kenal, dia yang jadi juara umum kemarin. Dia juga tetangga kelas saya, jadi seringkali papasan. Tapi, saya tidak dekat sama sekali dengan dia."
"Teman-teman sekelasmu bilang kamu itu orang yang mudah bergaul dan memiliki banyak teman. Kenapa bisa tak dekat dengan Debi?"
"Dia siswi kelas 11 IPA 1, kelas itu terkenal dengan muridnya jarang berinteraksi dengan kelas lain, mereka terlalu pilih-pilih teman. Meski, sebenarnya saya pun punya seorang teman dekat di sana."
"Siapa?"
"Riani dan Bagas. Merekaal anggota OSIS seperti saya."
Brigjen Bram, mencatat di catatan yang dia pegang. "Lalu apa yang kamu lakukan saat jam pulang sekolah kemarin?"
"Saya ada si ruang OSIS, mengurus proposal untuk acara Milad sekolah dua minggu lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Search : Pembunuhan Di Sekolah ✓
Teen FictionPenemuan mayat seorang siswi di sekolah menjadi awal mula pencarian ini. Kecurigaan terus bergulir. Siapa pelaku sebenarnya?