9

2.2K 310 43
                                    

karma memandang mading sekolah tidak percaya. bagaimana bisa seperti ini? ia memukul dinding sebelum meninggalkan kerumunan siswa dan siswi itu. souya memandang lelaki bersurai merah itu pergi sambil mengerutkan pelipisnya bingung.

"segitunya?" gumamnya heran.

karma menendang mesin minuman terdekat sambil memukul dinding di sebelahnya. giginya gemertak kesal. saat ini ia benar-benar ingin menghancurkan sesuatu, apa saja. kakinya ia langkahkan menjauh dari mesin minuman itu setelah membeli susu stroberi kesukaannya. ia berjalan menuju lapangan belakang sekolah.

"shit-" umpatnya menghirup asap dari nikotin yang jelas-jelas dari arah sana.

senakal apapun dirinya, ia tidak akan pernah tertarik menghisap nikotin baik dalam bentuk cair ataupun batang itu. otaknya bisa berhenti seketika. namun, kenapa sekarang ia tiba-tiba mau menghisapnya?

"hey, bagi sebat" pintanya pada siswa yang sepertinya dari kelas bawah.

"wah, seorang elit yang hobi belajar minta rokok" sahut seorang diantara mereka.

"apa kau tidak khawatir dengan otakmu?"

gelak tawa menyambut perkataan dua orang dengan seragam acak-acakan itu. karma yang mood-nya sedang buruk mendidih mendengar ejekan terhadap dirinya.

"hee, tak kusangka ada orang rendahan yang peduli padaku" sinisnya membuat para siswa malas itu naik darah.

"sialan kau!" seorang dari mereka menonjok wajah tampan milik karma.

"wah, jangan emosi dong" balas karma. "kau yang meledekku lebih dulu"

baku hantam terjadi diantara mereka setelah itu. karma terluka cukup parah karena melawan tiga orang sekaligus, tapi ia tetap menang. tidak  sia-sia ia melawan koro- sensei selama ini, para pembuat onar itu terlihat bergerak sangat lambat. ia membersihkan darah di sudut bibirnya sebelum duduk di bangku dibawah pohon. ia mengambil sebatang rokok disana dan mulai menghisapnya. ia menjadikan berandalan yang tepar di sekitarnya sebagai tumpuan untuk kakinya.

"akabane!"

suara yang ia ingat jelas itu membuatnya menoleh. raut wajah kaget terlukis jelas pada lelaki di depannya itu. violetnya memandang sekitar tidak percaya.

"apa yang kau lakukan?" tanyanya.

karma berdecih kesal. "kurasa aku tidak perlu memberitahumu lebih jelas apa yang sedang ku lakukan" jawabnya sarkas.

"sejak kapan kau merokok?" asano dengan jelas ingat karma pernah mengatakan bahwa ia membenci tembakau berbalut kertas itu. "dan lagi, kau bertengkar dengan mereka?"

"bukan urusanmu, lipan sialan" karma membuang puntung rokoknya dan berjalan meninggalkan halaman.

"tunggu dulu, karma" asano menahan tangannya.

"siapa bilang kau boleh memanggilku dengan nama depan?"

"apa kau baik-baik saja?" asano tidak meladeni pertanyaan karma dan sibuk menelaah wajah yang lebam itu. "lebih baik kita ke UKS"

"aku baik-baik saja, aku tidak butuh belas kasihmu" karma menepis tangan yang berada di wajah tampannya. "sepertinya mereka lebih butuh ruang kesehatan" ia menunjuk orang-orang yang dihabisinya.

"tapi aku lebih khawatir denganmu, akabane" asano kembali memanggilnya dengan marga.

"h-hah?" saat ini karma benar-benar ingin muntah. "aku tidak perlu dikhawatirkan olehmu, pergi urus saja urusanmu sendiri, rangkin satu" sindirnya kesal lalu meninggalkan asano yang terbengong-bengong di halaman sekolah.

ketua osisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang