3

3.1K 410 54
                                    

tiga calon ketua OSIS periode selanjutnya sudah ditentukan oleh pengurus OSIS periode kali ini. ketiga nama itu tertempel di mading sekolah. beberapa sudah menduga nama-nama itu, bahkan nama 'Asano Gakuushu' yang baru berada di sekolah satu bulan belakangan.

setiap calon diberikan waktu tiga hari untuk mempromosikan dirinya beserta sang wakil lalu akan diadakan pemilihan oleh seluruh penghuni sekolah termasuk guru dan tenaga kerja lainnya.

disinilah saat ini, salah satu calon ketua OSIS itu berada, di kelasnya. biarlah calon wakil ketua itu yang berpromosi, lagian juga ia yang akan menang.

"jangan lupa pilih aku akabane" ujarnya pada lelaki yang baru menginjakkan kakinya ke ruangan belajar itu.

"ya, tetaplah bermimpi bahwa aku akan memilihmu" sahutnya sambil mendudukkan dirinya di sebelah asano. ia menyeruput susu yang merupakan serotonin baginya itu.

"apa?" tanyanya sambil melototi violet yang terus memandangnya itu.

"tidak ada" jawab asano. "aku hanya berfikir bagaimana bisa orang sepertimu menyukai susu stroberi"

"apa itu masalah bagimu?"

"tidak, tentu saja"

"jadi cukup tutup mulutmu dan urus urusanmu sendiri, ketua OSIS" ujarnya. "pelajaran apa sekarang?"

"bahasa jepang" dan asano menahan tangan karma sebelum lelaki itu sempat beranjak dari kelas. "mau kemana kau?"

"bolos, tentu saja"

"kalau begitu, duduklah sampai jam setengah sepuluh nanti"

karma memasang raut wajah terganggu, menatap asano yang tiba-tiba menjadi sangat perhatian padanya.

"kalo kau ingin caper, lebih baik cari orang lain" ujarnya kesal.

"aku akan menjadi ketua OSIS, jadi aku harus menjaga ketertiban agar tidak ada siswa yang membolos di jam pelajaran" senyum manis itu membuat karma memasang wajah jijik.

"senyummu membuatku ingin muntah, bisakah kau berhenti?" sahutnya sarkas.

"aku akan berhenti senyum jika kau duduk diam disini" asano masih belum melepaskan genggamannya dari pergelangan putih itu.

sebenarnya karma tidak peduli jika lipan sialan itu tidak berhenti tersenyum, bukan urusannya juga. tapi ternyata itu hanya akal-akalan asano untuk membuatnya menunggu guru masuk agar dia tidak membolos.

karma berdecih melihat asano yang kali ini tersenyum meremehkannya. ia membalas tatapan sombong itu dengan tatapan tajam.

"akabane, duduk" ujar pria dewasa yang baru saja datang itu.

karma mendaratkan bokongnya diatas kursi dengan raut wajah kesal. ia melihat jam di dinding kelas, mengira-ngira waktu yang tepat untuk keluar kelas.

---

"kau kenapa, karma?" tanya lelaki bersurai biru itu melihat teman lamanya tiba dengan emosi di tempat janjian mereka.

"tidak ada" jawab karma sambil mendudukkan dirinya didepan orang yang masih tidak jelas gendernya itu. "lipan sialan itu, dia benar-benar membuatku naik darah sejak hari pertama sekolah"

"katanya gak papa" gumam nagisa kecil. "kau jadi dekat dengannya ya" ujarnya sedikit kesal? entahlah, nagisa terlalu sering tersenyum, jadi tidak yakin yang mana yang pasti.

"kami sekelas, dan bangku kami sebelahan" jelas karma sembari melahap burgernya. "dan dia yang mendekatiku lebih dulu"

"hee, bagaimana dengan siswa lain?"

"yah, aku berteman dengan teman asano, si rambut aneh itu yang saat ini rambutnya terlihat makin aneh" jawabnya. "bagaimana denganmu?"

"seperti biasa, banyak yang salah paham denganku karena wajah feminimku, padahal aku sudah memotong rambut" jawab nagisa.

"kasihan sekali kau nagisa" sahut karma. "tubuhmu juga tidak bertambah tinggi, apa kau yakin kau pubertas dengan lancar"

"karma!"

"karma?" kedua lelaki yang duduk berhadapan itu menoleh ke arah suara. violet itu memandang sapphire dan emas itu bergantian. "kau, nagisa kan?"

"iya," jawab nagisa ramah. "kau sendirian disini, asano?"

"tidak, aku pergi bersama ren" ia menunjuk lelaki yang sibuk dengan handphonenya.

keduanya mengangguk paham seraya berujar 'oh' serentak.

"yasudah, aku pergi dulu" pamitnya. "sampai jumpa besok, akabane, aku akan mengalahkanmu di ulangan matematika esok" ia menepuk pundak karma pelan.

"ya, bersiaplah untuk kalah, lipan sialan" sahut karma sarkas seperti biasa.

"dia memanggilmu 'akabane'?" tanya nagisa setelah asano beranjak.

"ya, dia tidak mengubah panggilannya sejak SMP dulu"

"hanya dia?" nada bicara nagisa terlihat seperti orang cemburu.

"tidak, para guru dan senior juga memanggilku 'akabane'" karma menaikkan alisnya bingung. memangnya kenapa dengan nama panggilan.

"bagaimana dengan teman seangkatanmu?"

"ada beberapa yang memanggilku 'akabane', tapi rata-rata mereka memanggilku 'karma'" ia masih tetap menjawab membuat sosok biru itu merasa panas. "tapi diantara temanku, yang memanggilku 'akabane' hanya asano"

"oh" nagisa melahap potongan nugget terakhirnya. "bolehkah aku memanggilmu 'akabane' juga?"

"hah?" balas karma bingung. "panggil 'karma' saja seperti biasanya, lebih mudah diucapkan juga, kan?"

"baiklah" ia menggertakkan giginya kesal, kenapa hanya anak mantan kepala sekolah itu yang bisa memanggilnya 'akabane'? "ah, aku harus pergi bimbel" ujarnya melihat jam tangannya. "aku duluan ya, karma" pamit nagisa melambaikan tangannya sambil tersenyum.

"okay, bye" balas karma melambaikan tangannya. "apa-apaan sikapnya yang tiba-tiba berubah itu?" batinnya kesal. tentu saja ia peka, mereka sudah berteman tiga tahun. "kau cemburu, nagisa? kita bahkan tidak ada hubungan apapun" ia membersihkan mulutnya dengan tisu sebelum beranjak dari mejanya.

asano yang melihat karma dan nagisa tidak pulang berbarengan entah kenapa terlihat senang. ren yang memandang pria didepannya ini tiba-tiba tersenyum merinding, dia pasti kerasukan, pikirnya.

"ada apa?" tanyanya.

"tidak ada" jawab asano lalu kembali melahap makananannya.

"fiks, dia kerasukan setan lipan"

---

hello guys, i'm back!
gimana? lanjut lagi gak?

eh, btw kalian suka bl lokal gak?

entah kenapa, setiap aku buat bl lokal selalu sepi.

tapi kalo aku buat fanfic, rame yang baca.

btw, see ya next episode

ketua osisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang