Hari ini jarum jam terasa seperti berputar berlawanan arah.
Seperti kembali ke masa hampir 5 tahun yang lalu.
Ingatan ini terus menyusuri bayang masa lalu yang sudah terlewat hampir 5 tahun lalu.
5 tahun lalu ada seseorang yang datang menghampiri hubunganku yang sudah cukup sempurna.
Hadir ditengah-tengah sebagai perusak, dan berlindung dibalik kata 'cinta' maupun 'sayang'.
Kehadirannya seperti malapetaka.
Tiap malam tak henti ku bisikan kepada bumi berharap setiap bisikan pintaku terdengar sampai ke langit, memohon agar Ia mampu mencari kebahagiaannya tanpa merusak kebahagian orang lain.
Aku membujuk Tuhan agar pasanganku mampu mencintaiku sepenuhnya dan tak bersyarat. Namun sepertinya Tuhan masih enggan mengabulkan permintaanku.
Tapi percayalah aku tidak akan pernah muak untuk berbisik kepada bumi bahwa aku mencintai dia walaupun setengah hatinya berada di tempat lain.
Suatu saat nanti dimana pun dan kapan pun itu akan ada waktu kamu menyadari bahwa aku mencintaimu tanpa syarat.
Aku mencintaimu seperti deras hujan yang ikhlas memeluk bumi, meskipun engkau lebih memilih pelangi.
Dan aku selalu ada, meski kau tidak selalu mencari.
Sesetia itu aku mencintaimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Di Sudut Kota
PoesíaKetika sebuah perasaan tidak bisa diucapkan sedemikian rupa, maka sebuah tulisan yang dirangkai dari kata hingga menghasilkan sebuah kalimat diharapkan mampu menyampaikan sebuah makna yang mendalam. Rasa yang dirasakan manusia diharapkan bisa dikema...