Dua pria anak buah Esther pergi ke depan melihat siapa yang baru saja mengintip. Namun tak ada orang.
"Tidak ada siapapun?"
"Mungkin itu kucing."
Bugghhh...bughhh..
Levi menendang kepala dua pria itu dari atas hingga tak sadarkan diri. Jangan lupa jika dia masih membawa manuver jadi mudah baginya untuk bersembunyi.
Levi segera memasuki gedung itu. Dalamnya sangat gelap. Tidak mungkin anggota teatrikal bisa bertahan dalam ruangan tanpa cahaya seperti ini. Sedikit mengingatkannya dengan kota bawah tanah. Namun bukan saatnya memikirkan masa lalu.
Wanita yang tadi dicambuk masih berada pada tempatnya, tergeletak tak sadarkan diri. Oh, cambukan itu meninggalkan darah yang sangat banyak. Levi mengecek kondisinya, sayang sekali wanita itu sudah tidak bernyawa. Seketika Levi panik.
Bagaimana dengan Petra?
Dengan cepat Levi mengendap-endap menuju lantai dua. Unlucky, lantai dua banyak yang menjaga dan bisa Levi pastikan bahwa yang menjaga adalah anggota teatrikal itu sendiri. Mereka semua kurus dan pucat. Kasihan sekali. Levi memutuskan bersembunyi dan mendengarkan percakapan mereka.
"Hei, menurutmu kapan kita bisa makan?"
"Tergantung suasana hati nyonya."
"Aku tak masalah jika hanya makan seperlima potong roti, asalkan perutku terisi. Rasanya seperti mau mati."
"Bertahanlah. Jangan mati konyol disini. Tak ada yang akan peduli kau mati atau tidak, atau jasadmu membusuk disini."
"Sebenarnya itu lebih baik daripada aku tersiksa."
Percakapan mereka yang sedang berkumpul memberi rasa sakit pada Levi. Jadi ternyata selama ini anggota teatrikal diperlakukan seperti hewan? Mereka hanya digunakan sebagai alat pencari uang pribadi Esther Lind. Pantas saja selama ini pertunjukan teatrikal mereka yang sebagian besar bercerita tentang hal-hal menyedihkan terasa lebih realistis, karena mereka sendiri mengalaminya.
Levi dengan berani mendekati mereka. Sontak anggota teatrikal berdiri dan menghadang Levi dengan waspada, seolah bersiap akan menangkapnya.
"Tenanglah, aku tidak berniat jahat pada kalian. Percayalah padaku, bahwa aku juga tidak menyukai Esther Lind. Aku hanya ingin mendengar cerita dari kalian, barangkali aku bisa membantu."
Semuanya saling melempar pandang hingga akhirnya mengangguk setuju
"Kami mendengarkan."
"Tidak disini, mungkin bisa ke tempat tersembunyi. Apakah kalian memilikinya?", tanya Levi.
Kemudian mereka menuntunnya menuju sebuah lantai kayu yang bisa diangkat. Ternyata ada ruang bawah tanah rahasia di gedung ini.
"Ini tempat persembunyian kami. Satu-satunya tempat yang tidak diketahui nyonya. Kami biasa saling menghibur dan mengobati luka-luka disini.", jawab salah satu dari mereka.
Ruangan itu tidak terlalu luas, namun sepertinya cukup nyaman untuk ditempati mereka. Ugh, ruangan itu kotor dan banyak debu. Rasa ingin membersihkan dari diri Levi tiba-tiba bangkit, namun bukan saatnya untuk bersih-bersih. Mau tidak mau dia harus menahan rasa jijik pada tempat kotor itu.
"Jadi sejak kapan kalian menjadi budak Esther Lind?"
"Kami awalnya ditawari untuk bergabung dengan jaminan terkenal dan keuntungan yang besar jadi dengan mudah kami menerimanya. Awal bergabung, nyonya memperlakukan kami dengan baik layaknya anggota teater pada umumnya. Namun disitulah kami mendapat mimpi buruk. Berada pada puncak ketenaran membuat nyonya menjadi gila harta. Lama-lama kami diperlakukan semena-mena dan menyiksa kami apabila kami gagal melakukan pertunjukan yang baik. Dulunya kami berjumlah sekitar 50 anggota, namun sekarang hanya tersisa 22 anggota saja. Anggota lain sudah meninggal akibat terus disiksa dan nyonya membuang mayat mereka begitu saja. Dan karena kekurangan anggota, nyonya terus mencari mangsa sehingga dia menemukan anggota baru mantan pasukan pengintai.", jelas salah satu dari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dream • Rivetra
FanfictionAntara mimpi, cinta, dan realita seorang gadis Eldian yang menjadi prajurit kemanusiaan. Cerita hanya untuk bersenang-senang. Author hanya meminjam karakter dan tempat kejadiannya saja. Selebihnya milik pengarang asli Attack On Titan, Hajime Isayama...