PROLOG

11 1 0
                                    


Aku Aruna. Usia ku sudah begitu tua untuk bercerita. Maka dari itu izinkan aku menuliskannya. Aku akan menuliskan kisah hidupku yang mungkin saja tak dialami oleh orang lain dan aku ingin tulisanku ini dibaca oleh banyak orang sehingga mereka mendapatkan hikmah dari kisah hidupku ini.

Dulu, disaat umurku menginjak usia 40 an. Aku bertemu dengan sosok yang sama sekali tidak kukenali. Ia masuk ke kehidupanku dan memberikanku tiga pertanyaan. Pertanyaan yang membuatku harus berpetuang kembali menuju dimensi masa laluku.

Pertama, jika waktu bisa terulang kembali, kejadian apa yang ingin kau ulangi? Kedua, jika kenangan buruk bisa dihapus, kenangan buruk apa yang ingin kau hapuskan? Ketiga, jika kau diberi pilihan untuk terlahir seperti apa, lantas kau ngin menjadi seperti apa? Apakah kau akan meminta untuk dilahirkan sebagai orang yang terkenal, kaya raya, berparas cantik, atau orang yang biasa-biasa saja? Begitulah pertanyaan yang diajukan oleh sosok itu. Perawakannya tinggi, wajahnya bersinar bak rembulan, usianya jika aku tebak sekitar 10 tahun lebih tua dariku dan ia memiliki garis wajah yang keras namun teduh. Membuat siapa saja yang melihatnya seakan-akan berada pada dimensi waktu yang berbeda.

Sosok itulah yang membawaku melintasi kembali ke masa lalu. Masa yang telah kusimpan rapat-rapat. Sosok yang mengingatkanku akan dirinya. Cinta pandangan pertamaku. Cinta yang telah mengajarkanku untuk ikhlas. Dan, sosok itu pula berhasil membawaku untuk mengingat kembali masa dimana aku sudah tidak sanggup lagi untuk melanjutkan kehidupanku. Aku menuntut bahwa Tuhan tidak adil kepadaku. Aku sempat membenci takdirku. Dan ia juga telah mengingatkanku atas masalalu hina yang telah aku lakukan. Masalalu yang membuatku tak layak disebut sebagai manusia.

Namun, dibalik itu pula aku tersadarkan atas pertanyaan-pertanyaan yang sosok itu berikan kepadaku. Aku jadi tau mengapa aku dilahirkan dalam kondisi seperti ini. Aku salah dalam menafsirkan semua persepsi kehidupanku. Aku salah telah menilai bahwa Tuhan tak adil. Dan sosok ini dengan mudah membawaku untuk mendapatkan pengertiannya dan memberikan ku pemahaman yang sebenarnya. 

Tiga Per TigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang