Bab 1

8 0 0
                                    

Aku terpilih untuk kembali ke masa lalu. Usiaku sudah lebih dari cukup untuk mendapatkan pelajaran melalui perjalanan ini. Aku diajak oleh sosok misterius untuk berpetualang menjelajah dimensi lain. Saat itu aku kira hanya sebatas imaji belaka atau hanya bermimpi. Namun, perjalanan itu sunguh nyata. Aku seperti dapat menyaksikan kembali kehidupanku di masa lalu dan mendapat hikmah dari semua itu. Perjalanan itu mengajarkanku apa arti ikhlas, sabar dan selalu bersyukur atas apa yang ditetapkan oleh Sang Pencipta. Semua itu berawal pada awal tahun 90-an.

.

Sepuluh tahun yang lalu

Aku terbangun dari tidurku. Aku merasa masih sedikit pusing. Aku mencoba untuk mengingat-ngingat lagi apa yang telah terjadi padaku. Aku bingung melihat sekelilingku. Dinding putih tanpa ada interior didalamnya. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku kembali. Tadi aku sedang berada di kamar tidur. Aku sangat yakin itu. Aku bangun dari tidur dan duduk di pinggiran ranjang. Aku menatap lantai pualam di kamar tidurku sebelum berada ditempat ini. Dan bertemu sosok misterius itu.

"Kau sudah bangun Aruna?'

"Siapa kau? Mengapa kau disini? Apa maumu? Dan bagaimana kau bisa tau namaku?"

"Aku akan menjawab satu-satu pertanyaanmu. Siapa aku? Aku adalah orang yang akan mengajakmu berpetualang setelah ini dan kuharap kau suka dengan perjalanan yang kuberikan. Mengapa aku disini? Pertanyaan macam apa ini. Seharusnya aku yang bertanya seperti itu kepadamu. Ini tempatku. Dan kau datang dengan sendirinya ketempat ini. Ada sesuatu yang menarikmu untuk berada ditempat ini. Untuk sekarang aku belum bisa memberikan jawabannya. Apa mauku? Sederhana saja. Mengajakmu jalan-jalan. Bukankah sudah kuperjelas bahwa aku akan mengajakmu berpetualang menjelajahi waktu dan dimensi yang berbeda semoga kau menikmati perjalanan singkat ini. Dan bagaimana aku bisa mengetahui namamu. Mudah saja bagiku untuk mngetahuinya. Karena kau adalah orang pilihan."

"Aku tidak mengenalimu, tuan. Bisakah kau memperkenalkan diri dengan lebih baik lagi. Jangan membuatku jadi bingung. Dan soal perjalanan itu, kau akan membawaku kemana? Kau ingin menculikku? Apakah kau orang baik atau jangan-jangan kau ada niat buruk kepadaku?"

Berbagai pertanyaan demi pertanyaan aku ajukan kepada sosok tinggi tersebut. Aku Aruna, aku bukanlah gadis kecil lagi. Umurku sudah cukup tua untuk melakukan perjalanan ini.

.

"Sudah kuduga. Akan begitu banyak pertanyaan yang harus aku jawab dalam satu waktu yang bersamaan. Aku sudah memperkenalkan diri dengan lebih dari sekedar cukup. Sudah sangat rinci aku menjelaskan apa maksud dan tujuan mengapa kau bisa berada disini. Apakah kau masih belum paham apa maksudku? Hahahahah. Jelas kau tidak paham. Siapa juga yang akan paham mengapa dirinya bisa berada di tempat asing seperti ini. Dan ada orang asing yang tiba-tiba datang diruangan aneh ini dan mengajaknya jalan-jalan. Bukan hanya jalan-jalan biasa. Tapi, berpetualang sekaligus. Bukan juga berpetualang menjelajah alam seperti orang kebanyakan. Tapi, berpetualang menjelajah dimensi waktu yang berbeda. Kita akan mundur sepuluh, lima belas, bahkan dua puluh tahun yang lalu. Kau akan diajak mengenang kembali masa lalu yang begitu berharga ini. Walaupun kau tak pernah menghargai masa lalu mu. Kau termasuk dalam orang-orang terpilih yang akan ku ajak jalan-jalan. Kau begitu beruntung, Aruna."

"Aku beruntung? Sebentar, mengapa kau begitu tau dengan masa lalu ku. Apa hubungannya masa lalu ku dengan mu? Aku tak ingin mengingatnya lagi. Biarlah masa itu menjadi masa yang sudah tertinggal jauh dibelakang. Aku tak ingin mengusiknya lagi, sehingga membuatku selalu merasa bersalah, tak bersyukur bahkan merasa bahwa Tuhan tak adil kepadaku. Jangan kau bawa aku ke masa itu. Aku tak ingin kembali. Kau cari saja orang lain yang mau ikut 'jalan-jalan' seperti yang kau katakana tadi."

"Aku tau kau pasti tak ingin untuk mengenang masa itu. Tapi, biar kan orang ini memberikan nasehat. Sejatinya kehidupan ini adalah perjalanan. Dan kau telah berjalan begitu jauh hingga kau lupa kepada siapa kau seharusnya berpulang. Sebelum kejadian besar itu menimpamu. Kau diuji dengan berbagai macam ujian. Ujian kehidupan memang seperti itu. Kau diuji dulu baru kau akan dapat pelajarannya. Bukan seperti ujian disekolah yang diberi pelajaran dulu baru setelah itu kau diuji. Bukan seperti itu. Ujian kehidupan memiliki arti yang lebih daripada sekedar ujian. Ia mengajarkan kita bagaimana menjalani hidup yang sebenarnya. Apa tujuan hidup kita yang sebenarnya. Yang tak lebih adalah untuk pulang."

"Apa maksudmu?" tanyaku tak sabaran.

"Ya, tujuan hidup kita adalah untuk pulang. Pulang ketempat dimana kita bisa menghabiskan waktu atas apa yang telah kita perbuat ketika kita sedang menempuh perjalanan tersebut. Dan dalam perjalanan tersebut kita pasti butuh yang namanya bekal. Nah, untuk itu kau diuji agar bekal yang kau punya kelak akan bermanfaat untuk perjalanan seanjutnya. Itu tergantung pilihanmu. Tergantung bagaimana cara kau menentukan pilihan tersebut. Kau akan terus berbuat baik atau kau melakukan hal buruk bagi dirimu sendiri bahkan menyakiti orang lain. Kebaikan-kebaikan yang kau lakukan itulah bisa menjadi bekalmu untuk pulang kelak. Namun, jika keburukan yang kau bawa dalam perjalananmu. Tentu saja bekal yang kau bawa pulang adalah keburukan itu. Dan bekal dalam perjalananmu itu akan kau berikan kepada tuan rumah tempat kau pulang. Sang Pencipta yang menciptakan dirimu. Kau jelas akan memberikan yang terbaik bukan? Nah, untuk itu ujian yang kauhadapi harus dijalani dengan baik dan melihat bagaimana cara kau mengatasi ujian tersebut. Apakah kau tetap akan berbuat baik atau malah sebaliknya. Kau akan memberontak terhadap takdir yang berpihak kepadamu. Kurasa nasehat dariku sudah begitu panjang, bukan? Kuharap setelah ini kau berubah pikiran untuk ikut 'jalan-jalan' bersamaku. Aku tidak memaksa. Aku akan menunggu jawaban terbaikmu. Semoga kau tidak menyesal dengan pilihan jawaban yang telah kau berikan. Aku beri kau waktu 30 menit untuk menimbang-nimbang. Waktu yang cukup lama untuk menentukan pilihan. Silahkan."

Aku berpikir keras untuk memilih pilihan yang begitu rumit ini. Aku harus ikut dengan sosok tinggi misterius ini dan kembali mengenang masa-masa itu. Atau aku menolak untuk ikut. Tapi aku rasa ada sesuatu yang tak aku mengerti dan aku ingin mendapatkan jawabannya segera. Aku ingin tau mengapa semua ini terjadi padaku. Mengapa bukan orang lain. Maka dari itu tekadku sudah bulat bahwa aku akan ikut. Aku akan ikut kemanapun sosok itu membawaku berpetualang versi dirinya. Aku mengangguk dengan mantap.

"Ya, aku akan ikut denganmu."

"Akhirnya, aku tau ketidakinginanmu untuk mengenang masa lalu itu terkalahkan oleh pertanyaan-pertanyaan dalam dirimu. Dan kau sudah memilih pilihan yang tepat. Semoga kau suka dengan perjalanan ini. Dan kuaharap kau tak memintaku untuk mengantarmu pulang lebih awal. Kau cukup memperhatikan dan jangan banyak bertanya."

Tiga Per TigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang