Rahma tersenyum dan berusaha memahami bagaimana kehidupan sehari-hariku. Memang aku belum bercerita mengenai kehidupanku, namun Rahma sudah bisa menebak bagaimana kerasnya hidup seorang Aru. Rahma harus banyak bersyukur.
"Iya Aru. Aku akan mengajarkanmu bagaimana cara menutup aurat yang baik dan benar. Agar pikiran burukmu mengenai kerudung itu tidak benar adanya. Kita semua yang memakai kerudung pun juga punya salah kok Aru. Kita setiap manusia pasti punya salah. Karena manusia berasal dari kata Insan, yang artinya lupa. Oleh karena itu manusia memang tempatnya salah."
"Siap Rahma. Terimakasih ya sudah mau menasehati dan bersedia membantuku selama disini. Semoga kita bisa berteman baik ya."
"Iya santai saja Aru. Kita disini belajar bersama-sama kok. Oiya, ini sudah sampai. Disini kamar kamu nanti. Dikamar ini ada tiga orang. Ada aku dan dua orang yang lainnya. Selamat datang dikamar barumu. Semoga kau betah disini."
Aku sangat bersyukur Tuhan masih memberikan tempat yang layak untuk aku tinggali. Bukan hanya layak saja, namun aku juga mendapatkan teman yang baik-baik. Aku merasa bahwa diri amat tak pantas untuk mendapatkan ini semua. Aku sudah banyak mengecewakan Tuhan. Aku sudah banyak melakukan dosa. Aku lagi-lagi menangisi kesalahanku.
"Aru? Mengapa kau menangis hey? Apa ada yang salh dengan perkataanku?"
"Tidak ada Rahma. Aku sungguh berterimakasih kepada kalian semua. Ustad Hamzah yang telah menyelamatkanku dan memberikanku tempat tinggal yang layak dan nyaman, dan kau Rahma, kau begitu baik kepadaku. Kau tak menatap ku jijik seperti kebanyakan orang. Kau sungguh berhati bak malaikat."
"Kau tak perlu mengatakan seperti itu Aru. Setiap manusia pasti memiliki kesalahan. Dan kau sudah cukup baik karena tak menyia-nyikan kesempatan ini untuk kau memperbaiki kesalahan. Terimalah dengan lapang dada. Jangan menyalahkan diri sendiri. Kau harus bangkit dari masa lalumu. Aku tak tau apa masa lalu mu. Tapi aku yakin kau kuat menghadapinya. Aku yakin Allah mengirimkan ujian kepadamu karena Allah tau kau mampu menghadapinya. Percayalah Aru. Kau kuat."
"Terimakasih Rahma. Aku akan berusaha memperbaiki semuanya. Aku akan bertaubat kepada Allah karena aku telah berkali-kali mengecewakan-Nya. Ajarkan aku bertauban Rahma."
.
"Bagaimana Aru, apakah kau sekarang bisa tersenyum melihat kau yang dulu begitu antusias untuk menjemput jalan hijrahmu?"
"Ya, aku tak pernah menyangka hal itu akan terjadi."
"Nah, sekarang izinkan aku untuk membawamu ketempat yang amat kau benci itu. Kita akan mengulang masa ketika kejadian besar itu menimpamu. Apakah kau siap?"
"Siap tak siap aku harus siap. Aku akan mengambil pelajaran dari semua kejadian ini. Aku akan berdamai dengan masa lalu itu. Setidaknya Tuhan telah menyelamatkanku dari tempat yang salah. Aku tak boleh terus terusan membenci takdirku. Maka aku siap kau bawa mengenang masa laluku kemanapun kau pergi. Aku ikut."
"Baiklah jika seperti itu. Kau bersiaplah. Kita akan menuju tempat itu."
Aku dan sosok tinggi itu mulai menutup mata dan seketika itu juga sekelilingku berubah menjadi tempat terkutuk itu. Bau alkohol, bunyi musik yang menggelegar, suara tawa sana sini, dan yang menyedihkannya lagi disana ada diriku yang sedang bergabung dengan para lelaki berhidung belang. Ini sudah lelaki kesekian yang aku layani. Bayaranku bekerja seperti ini tidaklah murah. Mereka mau membayarku dengan bayaran yang cukup tinggi. Bayaran dalam sekali aku melayani mereka bisa aku belikan mobil bahkan rumah. Tapi apakah itu semua membuatku puas. Tentu tidak. Didalam hati kecil ku menolah mati-matian apa yang aku lakukan ini. Hati kecilku berkata bahwa perbuatan ini tak sepatutnya kulakukan. Tapi apa boleh buat. Aku terjebak dalam lubang ini. Aku tak bisa keluar dari lubang ini. Orang tua angkat ku sendiri yang menjualku ketempat ini. Mereka yang merelakanku untuk menjadi "manusia kotor" seperti ini.
Sebelum kejadian besar itu datang dan merengut apa saja yang ada didalamnya. Aku begitu tak berdaya disebut sebagai "manusia". Aku begitu hina dan malu untuk hanya disebut sebagai "manusia". Pada malam itu keputusanku sudah sangat bulat. Aku akan melarikan diri dari tempat terkutuk ini. Aku tak akan pernah lagi menuju kesini. Bahkan aku sendiri rela mengubah seluruh identitasku agar tidak diketahui oleh siapapun orang dimasa laluku.
Arunika telah berganti menjadi Aruna.
.
Aku dan sosok tinggi itu menyaksikan dengan jelas kebakaran besar yang menimpa tempat terkutuk itu. Si jago merah melahap habis tempat terkutuk itu. Tak bersisa sedikitput. Yang tak berhasil melarikan diri hanya teronggok mati bagaikan ayam panggang yang hangus terbakar si jago merah.
"Kebakaran. Kebakaran. Kebakaran. Tolong. Aaakhhhhhh."
Teriakan-teriakan pesakitan terdengar dimana-mana. Membuat merinding siapapun yang mendengarnya. Pada saat kejadian itu berlangsung, tak banyak yang berhasil melarikan diri. Aku sangat bersyukur bisa lari dari tempat itu. Aku mengenali setiap inci bangunan di tempat ini. Pada saat itu Tuhan menolongku dengan memberikanku petunjuk bahwa dibelakang tempatku berdiri saat itu ada pintu rahasia. Aku tak menyagka akan selamat pada peristiwa itu. Namun, begitulah keajaiban Tuhan. Aku sangat bersyukur Tuhan masih sudi menerimaku kembali sebagai Hambanya. Padahal diri ini begitu hina. Begitu banyak dosa yang diri ini perbuat. Aku sempat membenci takdirku selama ini. Sebelum kejadian itu hadir, aku selalu merutuki hidupku. Mengapa aku dilahirkan seperti ini. Mengapa harus aku yang mengalami ini. Terus bertanya-tanya, mengapa, mengapa, dan mengapa. Aku sempat menghakimi bahwa Tuhan tak adil. Maafkan aku.
"Cukup, aku tak kuasa menahan tangisku melihat kejadian ini. Aku tak tau harus bagaimana. Aku harus senang atau sedih. Aku senang karena bisa keluar dari tempat ini. Tapi aku juga sedih karena disana manusia-manusia terpanggang habis tak berdaya. Aku kasihan kepada mereka semua. Tapi apa boleh buat. Tempat itu memang sebaiknya tak pernah ada. Tolong lanjutkan perjalanannya. Aku tak sanggup melihat kejadian ini kembali."
"Baiklah jika itu maumu. Kita akan berpindah ketempat lain. Tapi sebelum kita berpindah, aku akan menyanyakan satu hal. Dan kau harus menjawabnya."
"Baik. Apa pertanyaanmu wahai sosok tinggi."
"Pertanyaannya adalah, jika kau diizinkan untuk menghapus kenangan buruk, maka kenangan buruk apa yang akan kau hapuskan?"
"Jawabannya sederhana. Tak ada. Aku tak ingin menghapus kenangan buruk dalam hidupku. Aku akan memeluk seluruh kenangan dalam hidupku. Baik itu kenangan baik ataupun buruk. Aku akan menjadikannya pelajaran kedepannya. Aku akan berusaha untuk tak membenci kenangan buruk yang ditakdirkan kepadaku. Aku akan memeluknya. Aku akan berterima kasih kepada Tuhan karena telah memberikanku manis pahitnya kehidupan. Dan aku percaya akan ada hadiah hebat dibalik ini semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Per Tiga
FantasyAruna bertemu dengan sosok asing dan dihadapkan dengan tiga pertanyaan. Pertanyaan tentang kehidupan yang begitu sederhana namun sarat akan makna. Pertama, jika waktu bisa terulang kembali, kejadian apa yang ingin kau ulangi? Kedua, jika kenangan bu...