Bab 5

1 0 0
                                    

Aku menjawab dengan mantap pertanyaan kedua yang diberikan oleh sosok tinggi itu. Aku tak ingin lagi untuk terus-terusan menyalahkan takdir yang Tuhan berikan kepadaku. Aku tak boleh hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Aku harus hidup dalam diriku yang sekarang. Aku ada di dunia yang sekarang. Biarlah masa lalu itu menjadi kenangan yang memberikanku pelajaran.

 Pelajaran hidup. Pelajaran hidup tak bisa didapat hanya Ketika kita mendapatkan kesenangan tanpa melalui ujian. Hidup itu memang butuh proses. Ada duka dan suka. Ada pahit dan manis. Ada gelap dan terang. Mengapa aku meletakkan kata yang duka, pahit, dan gelap di awal. Karena aku yakin setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Seperti yang terdapat dalam surah Al-Insyirah ayat 5-6 yang artinya, "Sesungguhnya beserta kesuitan itu ada kemudahan." Ayat ini diulang sebanyak dua kali. Yang mana disitu aku sangat percaya bahwa cahaya terang pasti akan datang. Seiring dengan kesabaran dan keikhlasan.

.

"Kurasa kau telah menjawab pertanyaanku dengan sangat baik. Kau mulai paham apa tujuan dari perjalanan ini. Aku harap kau akan lebih paham lagi Ketika kita telah berada diujung perjalanan. Perjalanan ini akan sangat bermakna jika kau mau memaknainya dan akan sangat menyebalkan jika kau masih membenci jalan takdirmu dan memilih untuk merutuki hidupmu. Jadi sekarang bagaimana?, apakah kita akan melanjutkan perjalanannya?"

"Iya, kita akan lanjutkan perjalanan ini sampai selesai. Aku akan ikut denganmu kemanapun kau membawaku pergi. Aku akan menikmati perjalanan ini dengan sepenuh hati. Baiklah, bawa aku ketempat-tempat masa laluku."

.

Aku dan sosok tinggi itu mulai berpindah tempat lagi. Kami memejamkan mata dan bersamaan dengan itu aku dan sosok tinggi itu berada disuatu bangunan kecil. Seperti rumah tetapi terlalu kecil jika disebut rumah. Seperti kamar tetapi terlalu besar jika disebut kamar.

Tempat inilah awal mula aku berada didunia ini. Tempat ini, walaupun aku hanya sebentar disini hanya beberapa bulan saja, tapi dulu aku sering singgah sebentar ketempat ini. Hanya datang menengok dan sekedar menanyakan kabar kepada pemilik tempat ini. Ya, inilah Panti Asuhan tempat dimana aku dibawa oleh orang entah itu orang tuaku atau bukan. Dan disinilah aku hidup sebelum aku diadopsi oleh keluarga yang merawatku hingga aku beranjak dewasa dan menjualku ke tempat terkutuk itu.

"Bagaimana Aru? Apakah kau merindukan tempat ini? Apakah kau sekarang senang bisa berada di tempat ini?"

"Ya, aku begitu merindukan tempat ini. Walaupun aku hanya tinggal beberapa bulan disini, tapi aku bisa merasakan kehangatan kasih sayang pemilik panti. Dulu, Ketika aku pulang sekolah aku sering berkunjung hanya untuk sekedar menanyakan kabar pemilik panti. Hingga usiaku menginjak belasan aku tak lagi singgah ke tempat ini."

"Mari kita ulang kejadian pertama kalinya kau hadir disini. Ini yang menjadi pertanyaanmu bukan? Kau ingin mengetahui siapa yang membawamu kesini. Apakah itu orang lain atau orang tuamu. Nah, ini pertanyaan terakhirku. Jika kau disuruh memilih untuk terlahir seperti apa, lantas kau akan memilih untuk terlahir sperti apa? Apakah kau akan meminta hidup kaya raya, cantik, atau biasa-biasa saja? silahkan kau ikuti perjalanan ini dan pikirkan jawabannya."

.

Hari ini tepat dihari kelahiranku. Aku melihat ada seseorang dengan tergesa-gesa mengetuk pintu panti dengan menggendong seorang bayi mungil yang wajahnya masih memerah. Aku yakin sekali bahwa bayi yang digendong itu adalah diriku. Tapi, siapa wanita yang mengendongnya itu? Apakah dia ibuku? Atau siapa?

Aku terus memperhatikan wanita itu dengan saksama. Ia meletakkan bayi itudidepan pintu dengan memasukkannya kedalam kardus dan pergi meninggalkan bayi itu. Ketika pintu panti dibuka oleh pemilik panti dan terkejut melihat ada bayi mungil yang diletakkan di depan pintu rumahnya. Pemilik panti terlihat bingung dengan bayi yang ada di depan pintunya. Bayi siapakah ini? Siapa yang meletakkan bayi disini malam-malam? Pemilik panti merasa kasihan dengan sang bayi dan membawanya masuk kedalam panti.

.

"Bagaimana kelanjutannya?. Aku sungguh penasaran dengan wanita tadi. Siapakah dia? Apakah kau mengenalinya?" desakku kepada sosok tinggi tersebut.

"Aku tak tahu harus menjawab bagaimana. Tapi izinkan aku untuk mengajakmu masuk kedalam panti asuhan untuk melihat siapa yang mengirikanmu kesini. Siapakah Wanita tersebut dan untuk apa dia membawamu kesini. Kau ikuti aku."

Aku sungguh penasaran siapa wanita itu dan dengan alasan apa dia membawaku kesini.

Aku mengikuti sosok tinggi itu memasuki panti asuhan. Aku melihat ibu pemilik panti sedang menggendongku dengan raut muka yang bingung. Ibu pemilik panti bergegas ke kamar dan mendatangi suaminya untuk memberitahukan bahwa dirinya menemukan ada bayi didepan pintu rumahnya. Jam menunjukkan pukul satu dini hari. Sang suami pemilik panti juga ikut bingung atas apa yang ibu panti jelaskan. Mereka sama-sama tak tau harus bagaimana. Akan merawat bayi ini sampai besar atau mengembalikannya keorang tuanya. Tapi, mereka tak tau siapa orang tua atau orang yang telah mengirimkan bayi ini kesini.

"Pak, lihat ini. Aku menemukan ada secarik kertas di kantong bajunya."

"Apa isinya, Bu. Segera buka kertasnya."

Aku dan sosok tinggi itu menyimak dengan saksama percakapan suami istri pemilik panti ini. Mereka membuka secarik kertas dari dalam kantong sang bayi. Isi suratnya seperti ini.

Pak, Bu tolong rawat bayi ini seperti anak kalian sendiri. Aku adalah adik dari ibu bayi ini. Orang tuanya mengalami kecelakaan hebat ketika pulang dari rumah sakit bersama bayi ini. Orang tua bayi ini meninggal dunia atas kecelakaan tersebut. Dan bayi ini selamat atas kejadian tersebut. Aku menemukannya didalam puing mobil ketika aku mendengar suara tangis dari si bayi. Bayi ini tak punya siapa-siapa lagi selain diriku. Sedangkan aku tak mampu merawatnya dan memberikannya kasih sayang. Aku telah memiliki enam orang anak dan aku bukanlah orang yang hidup dengan bergelimang harta. Untuk merawat anak-anakku saja aku telah bersusah payah. Maka dari itu izinkan aku menitipkan bayi ini kepada kalian. Aku mendengar dari beberapa rekanku bahwa panti asuhan ini menerima anak-anak terlantar yang tidak memiliki orang tua seperti bayi ini. Sampaikan salam ku kepadanya ketika dia sudah besar nanti.

Tertanda,

Tari

.

Aku terduduk melihat isi secarik kertas yang ditulis oleh bibiku, adik perempuan dari ibuku. Ternyata selama ini aku telah salah sangka. Aku mengira bahwa aku telah dibuang. Aku mengira bahwa aku adalah anak yang tak diharapkan dan ditinggalkan di panti tersebut. Namun, nyatanya aku telah salah dalam menafsirkan. Orang tuaku meninggal dunia atas kecelakaan tersebut. 

Tiga Per TigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang