Chapter 4

1.6K 126 30
                                    





-JIHOON X YEDAM-



Yedam mengedarkan pandangannya, mencoba memindai setiap area kamar teman sekelas tersebut. Satu kata yang terlintas dari benaknya, yaitu rapih.

Jihoon tipikal laki-laki yang amat menjaga kebersihannya, tidak seperti kamar laki-laki remaja pada umumnya dengan pakaian yang berserakan atau sekedar sampah bekas cemilan, Yedam hanya menemui kamar teman kelasnya tersebut sungguh rapih bahkan seprei pada kasur tersebut sudah dibersihkan. Kecuali pada pojok ruangan yang terdapat tumpukan... tissue?

Ah Yedam paham karena dia remaja tanggung juga yang memiliki rasa penasaran tinggi. Iapun juga pernah menonton film dewasa tapi Yedam tidak habis pikir bahwa Jihoon yang nyatanya pendiam sangat maniak terhadap film-film dewasa. Begitu batin Yedam saat melihat tumpukan tissue di pojok ruangan dan saat ia bertemu dengan Jihoon secara tidak sengaja memergoki temannya itu membeli beberapa tumpuk tissue.

"Kau tidak ingin duduk?"

Suara tiba-tiba menghentikan aktivitas Yedam. Dengan senyum canggung, Ia mulai mengikuti arahan Jihoon dan duduk disamping teman sekelasnya tersebut.

"Kamarmu rapih," ungkap Yedam jujur membuat Jihoon menautkan alisnya heran.

"Terimakasih," hanya balasan sekenanya membuat Yedam tampak canggung.

Hening melanda keduanya, tidak ada tanda-tanda siapapun ingin memulai percakapan. Yedam merasa ingin lari dalam situasi seperti ini. Perasaannya bercampur aduk tidak enak ketika dari sudut pandangnya menangkap Jihoon selalu memperhatikan gerak geriknya. Apakah keputusan dia untuk menginap adalah suatu kesalahan? Rasanya Yedam ingin pulang dan tidur dibalik selimut hangatnya.

"Jihoon, sepertinya aku tidak ja—"

"Kau takut padaku?" potong Jihoon cepat sambil menatap lurus tepat ke arah Yedam membuat sang empu bergerak gelisah.

Namun suasana tersebut semakin menjadi ketika derap kaki menyapa pendengaran Jihoon yang terbilang tajam, Ia mengumpat pelan ketika Ibunya ternyata pulang lebih cepat dari apa yang ia perkirakan.

Dengan tergesa Ia menarik Yedam dan membuka lemari baju lalu mendorong temannya secara kasar untuk masuk ke dalam membuat Yedam terkejut dan menatap Jihoon takut-takut.

"Ji, Jihoon.." lirih Yedam tak ingin menatap teman kelasnya tersebut yang tengah menatapnya juga dengan pandangan mengerikan.

"Diam dan jangan bersuara atau kau akan mendapatkan mimpi burukmu malam ini juga," ancam Jihoon tidak main-main membuat Yedam mengangguk patah-patah walaupun belum mengerti situasi apa yang Ia hadapi sekarang.

Suara pintu tertutup dan gerakan kunci memutar mengakhiri perbincangan mereka dengan Yedam yang menutup erat mulutnya menghalau tangisannya yang tiba-tiba menyeruak.

"Ibu, Yedam takut.." batin Yedam ketika mengetahui Ia terduduk sendirian di dalam lemari yang terkunci.

***

Suara gelas jatuh merosot menggema di dapur membuat Ibu Yedam tersentak kaget. Dengan tangan gemetar diraihnya gelas plastik tersebut. Lalu setelah itu diraihnya tempat kecil yang berisi beberapa tablet obat dan meminumnya dengan perlahan.

Dengan napas masih tersengal, Ibu Yedam menatap langit-langit dengan pandangan kosong mencoba mengulik bagaimana jika di masa depan dirinya sudah tidak dapat bertahan? Akankah Yedam masih bisa menjalani hari-harinya dengan baik? Faktor umur yang sudah tidak muda lagi dan sering menghirup udara malam setelah pulang bekerja membuatnya semakin kepayahan.

ROOM 🔞 • JIHOON X YEDAM •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang