Chapter 8

187 18 6
                                    

ROOM
JIHOON X YEDAM

"Kupikir kau orang jahat,"

ucapan Yedam menghancurkan keheningan namun tidak ada tanda-tanda Jihoon berniat membalas ucapan teman sekelasnya tersebut. Pandangannya masih menatap lurus sungai Han yang lebih menarik perhatiannya.

"Hei Jihoon, kau mendengarku?" tanya Yedam. Rasanya Ia tidak suka dengan suana hening seperti ini.

"Diamlah!" balas Jihoon tajam membuat Yedam seketika terdiam merasa takut.

Meskipun Yedam merasa Jihoon tidak sejahat itu, tapi tetap saja Ia takut dihajar oleh teman sekelasnya tersebut. Rasanya tiap pukulan yang Jihoon berikan padanya itu dapat Ia ingat dengan baik.

"Kau menginap malam ini di rumahku" titah Jihoon final membuat Yedam terkejut. Rasa trauma menginap dirumahnya itu masih ada!

"Sepertinya malam ini aku ti— aww Jihoon ini sakit!" Yedam berteriak ketika kepalanya dikukung oleh lengan Jihoon dan diseret paksa.

***

Yedam terbatuk ketika Jihoon melepaskan cengkramannya dan melemparkannya dengan enteng ke lantai kamarnya.

"Jihoon, sebentar. Kau membuatku takut," ucap Yedam ketika melihat Jihoon yang menatapnya datar. Entah kenapa Jihoon yang ada di hadapannya tersebut seperti Jihoon yang pertama kali ia lihat.

"Takut? Kenapa kau takut pada temanmu sendiri?" balas Jihoon membuat Yedam gelagapan.

"Ganti bajumu sekarang sebelum aku yang menggantikannya" lanjut Jihoon enteng semakin membuat Yedam jengah.

"Sebenarnya apa yang kau rencanakan sih? Ucapanmu terdengar seperti orang cabul!" Yedam menjawab dengan kesal dan dibalas dengan seragamnya ditarik paksa oleh Jihoon untuk dibuka.

"BAIK BAIK AKAN AKU GANTI"

.

"Aku su—"

BRAKK!!!

Suara Yedam terputus ketika mendengar suara bantingan dari arah luar kamar. Jantungnya berdegup kencang karena suara tersebut sangat keras dan tidak ada tanda-tanda Jihoon berada di kamar membuat Yedam semakin panik.

Dengan segera Yedam pergi menuju pintu kamar untuk melihat situasi yang terjadi diluar namun sayangnya pintu tersebut dikunci.

"AISH HEI PARK—"

"ANAK KURANG AJAR!!!"

ucapan Yedam lagi-lagi terputus saat mendengar bentakan kencang dari luar. Ia tidak paham dengan situasi yang terjadi saat ini karena baginya ini terlalu tiba-tiba.

Yedam mengurungkan niat untuk berteriak dan lebih memilih untuk menguping pembicaraan dari dalam kamar.

.

Kepala Jihoon berputar dan pandangannya sedikit kabur ketika dengan tiba-tiba sang Ayah masuk ke dapur dan membenturkan kepalanya ke meja makan dengan keras. Sial, Ia salah memprediksi kalau Ayahnya akan pulang lebih dulu dibanding Ibunya.

"Anak sialan! Aku mencari uang dengan segala keringatku dan kau malah ingin menghabisi jatah makanan untuk seorang diri!" murka sang Ayah ketika melihat Jihoon mengambil ayam hingga 2 potong.

"Diamlah brengsek! Kau hanya perlu mencari uang dengan benar," balas Jihoon muak dengan ocehan sang Ayah.

Mendapat balasan tersebut membuat Ayahnya semakin murka dan dengan segera memukuli Jihoon membabi buta.

"Anak sialan! Anak tidak berguna! Aku sudahtl tahu kalau sifat jelekmu ini mirip seperti wanita jalang tersebut!"

Jihoon menutupi tubuhnya dari pukulan sang Ayah. Marah dan muak menjadi satu dalam hatinya namun entah kenapa tangannya tidak bergerak  untuk membalas perlakuan sang Ayah.

"Pergilah sebelum aku membuatmu sekarat!" ucap sang Ayah tanpa menoleh ke arah sang Anak. Diambil botol miras yang tadi sempat ia taruh lalu diteguk dengan rakus sambil berjalan ke arah kamar sempoyongan.

Jihoon menghela napas berat dan masih terbaring di lantai dapur. Ia merasakan sudut bibirnya sedikit robek dan memar. Jihoon menatap ke arah pergelangan tangannya yang mulai nyeri kembali.

"Sial!" umpat Jihoon merasa dendam.

.

Yedam segera beranjak ketika pintu kamar terbuka dan menatap cemas ke arah Jihoon yang tampak acak-acakan dengan luka dimana-mana.

"Jihoon, kau tidak apa-apa?" tanya Yedam cemas dan mendekati Jihoon.

Namun bukannya menjawab, Jihoon malah menarik kerah kaos Yedam dan dengan sekali hentak membenturkan kepala Yedam ke lantai membuat Yedam mengerang kesakitan.

"Diam atau aku sumpal mulutmu!" ucap Jihoon dingin.

"Kau kenapa?" tanya Yedam sekali lagi namun Jihoon sekali lagi tidak mengatakan apa-apa selain meninju Yedam secara membabi buta sehingga.

Tubuh Yedam terbaring dengan lemas di atas lantai tanpa ada tenaga untuk beranjak.

Tiba-tiba Jihoon menyumpalkan sapu tangan ke mulut Yedam yang hanya bisa pasrah karena tubuhnya sudah tidak bertenaga.

"Tahan," ucap Jihoon singkat yang Yedam tidak mengerti apa maksudnya namun kebingungan tersebut dengan cepat berubah menjadi teriakan tertahan ketika Jihoon dengan tanpa bersalahnya meremukkan kembali tangan yang minggu lalu terluka akibat menengahi teman sekelasnya.

Pandangan Yedam perlahan memudar. Ia tidak sanggup lagi untuk menahan rasa sakit yang diberikan oleh Jihoon secara tiba-tiba.

Yedam jatuh pingsan.

.

Jihoon yang melihat temannya jatuh pingsan hanya bisa berdecak karena merasa Yedam terlalu lemah.

"Kau sangat merepotkan!" ucap Jihoon sambil mengangkat tubuh Yedam dan membawanya ke kasur.

Merasa tubuhnya juga sedikit remuk membuat Jihoon mengurungkan niatnya untuk merawat luka-lukanya dan akhirnya ikut berbaring disamping Yedam.

"Huh, ini diluar prediksiku" ucap Jihoon akhirnya ikut memejamkan mata dan tertidur.

.
.
.

TBC

Haloo aku balik lagi, masih ada yang inget cerita ini? Ehehe. Ini book udah terbengkalai hampir 2tahun semoga kalian masih ingat sama alurnya yaaa sksksks 🏃‍♀️

ROOM 🔞 • JIHOON X YEDAM •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang