Chapter 9

172 27 1
                                    

JIHOON X YEDAM
ROOM 🔞


Yedam termenung diatas kasur Jihokn menang sang pemilik kasur sedang bersiap-siap pergi ke sekolah.

Entah sejak kapan lukanya sudah diobati dan lagi-lagi bajunya sudah diganti dengan yang baru.

Ia menenggelamkan wajahnya pada kedua lututnya yang tertekuk. Pikirannya merasa kosong dengan tubuh yang remuk akibat dihajar tiba-tiba oleh Jihoon.

"Aku ingin pergi ke sekolah," ucap Yedam pelan memecah keheningan.

Jihoon hanya melirik sekilas namun tak dihiraukan ucapan teman sekelasnya tersebut lalu kembali ke aktivitasnya.

Yedam menoleh ke arah Jihoon, "jika aku tidak boleh pergi ke sekolah, ijinkan aku pulang ke—" ucapan Yedam terputus ketika Jihoon menatapnya dengan tajam.

"Kau, tetap disini," balas Jihoon final tidak ingin dibantah.

Yedam menghela napas kasar karena tidak bisa membantah kata-kata dari teman sekelasnya tersebut.

"Bagaimana jika aku mati karena bosan?"

Pertanyaan konyol Yedam membuat Jihoon mendengus.

"Kau tidak akan mati karena bosan,"

Kali ini Yedam yang memutar kedua bola matanya merasa Jihoon meremehkannya.

"Ji—"

"Makanlah. Aku akan pergi sekarang," potong Jihoon sambil melampirkan tas ke punggungnya lalu berjalan mendekati Yedam dan mengacak rambut Yedam pelan.

Mendapat perlakuan seperti itu entah kenapa membuat Yedam merasa malu dan melempar pandangannya tidak ingin menatap ke arah Jihoon.

Jihoon tidak ambil pusing ketika melihat tingkah aneh Yedam. Dengan cuek ia pergi keluar kamar dan tidak lupa menguncinya dari luar.

Yedam menghela napas lalu meraba kasur mencoba mencari ponselnya.

"Sial! Sepertinya dia membawa ponselku lagi!" Kesal Yedam ketika mengetahui ponsel miliknya tidak ada.

***

Jihoon menatap datar ke arah ponsel Yedam yang sedang ada digenggamannya. Dengan tidak tahu malunya, Ia membuka galeri di ponsel tersebut. Tampak beberapa foto selfie Yedam membuat Jihoon mendengus geli lalu lanjut melihat beberapa foto lainnya.

Jihoon tanpa sadar tersenyum ketika melihat foto Yedam bersama sang Ibu.

"Bagaimana jika ibunya tahu kalau anak yang Ia sayangi dan rawat sepenuh hati telah berurusan denganku?" gumam Jihoon menatap lekat-lekat foto tersebut.

Jihoon lanjut melihat foto lainnya kembali.

Yedam bersama Junkyu.

Secara tidak sadar, senyum diwajah Jihoon perlahan mengikis ketika melihat foto tersebut.

Entah sejak kapan Jihoon tidak menyukai Junkyu. Baginya salahsatu teman sekelasnya tersebut seperti benalu yang selalu mempengaruhi Yedam.

Jihoon menghela napas kasar dan dengan tanpa bersalahnya menghapus foto tersebut kemudian memasukan ponsel Yedam ke dalam kantongnya karena bel sudah berbunyi.

***

Yedam seketika berdiri saat melihat Jihoon masuk sambil membawa satu kantong plastik besar.

"Kenapa kau lama sekali," ucap Yedam sembari berjalan mendekati Jihoon.

Jihoon melirik ke arah Yedam dan pergi ke meja belajarnya untuk mejaruh tasnya.

"Duduklah! Setelah mandi, aku akan merawat lukamu," ucap Jihoon membuat Yedam menangguk dan duduk dengan tenang.

15 menit kemudian

Jihoon menggosok rambutnya yang basah dan menatap Yedam yang masih terduduk diam sesuai yang Ia perintahkan.

Dengan handuk yang disampirkan ke pundak, Jihoon mengambil kotak P3K dan berjalan mendekati Yedam lalu duduk di depannya.

Yedam hanya diam tidak ingin banyak berkomentar karena takut terkena amukan teman sekelasnya tersebut.

Dengan telaten Jihoon merawat luka ditubuh Yedam termasuk telapak tangannya.

"Terimakasih," ucap Yedam menatap Jihoon yang sedang merapihkan kotak P3K dan hanya dibalas anggukan pelan.

Jihoon mengambil sebuah meja kecil disudut kamar dan diletakan di depan Yedam beserta kantong plastik besar yang tadi Ia bawa.

Wajah Yedam membulat ketika Jihoon mengeluarkan beberapa paha ayam dan kue beras pedas dari kantong plastik tersebut.

"Woahh" Yedam reflek berseru ketika pemandangan menggoda tersaji di depannya. Perutnya seakan ikut berteriak kegirangan mendukung dirinya.

"Makanlah," ucap Jihoon membuat Yedam mengangguk bersemangat.

Jihoon menggeleng lalu ikut makan bersama Yedam. Matanya melirik ke arah Yedam yang nampak kesusahan membuka mulutnya. Sesekali terdengar rintihan akibat bibirnya yang sedikit sobek karena hantaman Jihoon kemarin.

Jihoon meletakan sumpitnya lalu mengambil ayam dan kue beras pedas milik Yedam membuat sang empu terkejut.

"Ji—" seketika Yedam menelan ucapannya saat melihat Jihoon dengan telaten memotong kecil-kecil ayam dan kue beras pedasnya agar Ia mudah mengunyahnya.

Jihoon meletakan kembali makanan tersebut ke hadapan Yedam, "makanlah"

Yedam mengangguk dan lanjut makan tanpa banyak berbicara.

Jihoon tanpa sadar mengacak pelan rambut Yedam saat melihat tingkah gemas teman sekelasnya tersebut, "sudah kubilang kau memilikiku."

Yedam hanya diam. Baginya segala bentuk perlakuan Jihoon itu terasa abu-abu. Disatu sisi Yedam merasa nyaman dengan perlakuan Jihoon yang seperti ini namun Ia juga merasa takut jika Jihoon mengamuk seperti kemarin malam.

Namun daripada memikirkan itu semua, Yedam hanya ingin moment seperti ini akan terus berlangsung dalam waktu yang lama.

.
.
.
.

TBC

Chapter kali ini khusus yang manis-manis dulu yaa ahahahaha

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ROOM 🔞 • JIHOON X YEDAM •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang