"Aksaaaaa," gadis itu merengek melihat kekasihnya hanya diam dari pulang sekolah.Keduanya tengah berada di apartemen Aksara dengan keadaan yang cukup hening. Aksaranya marah.
"Saa!! Aksaaaaaaa!!" kini bukan lagi rengekan, melainkan teriakan yang membuat cowok yang tengah asyik bermain game sedikit terganggu.
"Sekali lagi Lo nggak mau ngomong apa-apa, gue pergi dari sini!!"
Ancaman Phena membuat Aksara tetap tegak dalam pendiriaanya. Ia masih kesal dengan gadis menyebalkan itu.
"Ngapain lo ajak gue kalo akhirnya di anggurin kayak gini! Gue cabut!"
Phena mulai berdiri dari duduknya. Ia berjalan namun sayang tarikan itu membuatnya jatuh. Jatuh di tempat yang tidak aman. Sial!
"Berani lo pergi gue buat Lo jadi ibu dari anak-anak gue!"
Seperti ancaman namun mengapa rasanya begitu geli. Ah! Cowok galak itu rupanya tidak ingin dia pergi.
"Bilang aja kali kalo Lo gak mau gue pergi! Gengsian!" timpal Phena lalu menarik gadis itu untuk duduk di sampingnya.
"Mana handphone lo,"
"Mau ngapain?"
"Sini, cepetan!"
"Nggak! Gue gak mau!"
Dengan kesabaran yang sudah di ubun-ubun, Aksara bangkit lalu manrik lengan Phena membuat sang empunya menjerit.
"Bangsat!" umpat Phena karena tarikan Aksara memang bukan main-main.
"Mulut Lo?!"
"Sakit Saa!"
"Makanya sini handphone Lo!" greget Aksara membuat Phena dengan tidak rela memberikan handphonenya.
"Dari tadi kek gini!" dengus Aksara lalu mulai mengotak-atik isi benda pipih itu.
"Ini siapa lagi Agev agap!"
"Lo marah-marah terus perasaan! Bisa gak sih kalo ngomong jangan pake urat?!" sebal Phena lalu memasukan anggur yang ia petik di depannya.
Bohong jika ia berasumsi bahwa telah menyesal mengenal cowok bengis ini. Lihatlah, walaupun galak tetap saja pacarnya ini tetap peka akan kebutuhan perutnya.
"Situ gak ngaca apa?" sindir Aksara lalu merebahkan kepalanya di paha gadis yang sudah membuatnya jatuh hati.
"Sa lo ngapain lagi anjir!" pekik Phena merasa terkejut dengan tindakannya.
"Gini dulu bentar, gue ngantuk."
Phena mulai menerimanya ia mulai mengusap rambut lebat Aksara. Ia melihat-lihat dengan seksama ciptaan Tuhan yang hampir saja sempurna.
Jika kelakuannya bisa di benarkan mungkin Aksara akan menang dalam segi manapun.
"Gini aja, gue lebih suka liat lo tutup mata."
*****
"Sa..."
Panggilan itu tidak membuat sang empunya terbangun. Alam mimpi rupanya lebih nyaman dibandingkan dunianya.
"Aksa,"
"Sa! Bangun ih!" kini Phena bukan hanya memanggil tetapi mengguncangkan bahu cowok yang masih tenang tertidur di pangkuannya.
"Bangun Aksa!"
"AKASARAAAAAAA!!!"
"Apa sih Phen, Lo ganggu banget!" ketus Aksara lalu mencari kenyamanan untuk melanjutkan tidurnya.
"Paha gue pegel Sa, Lo bangun bisa gak sih?!"
"Sebentar lagi Phennn,"
"Sebentar-sebentar pala Lo! Udah tiga jam nih! Gue mau pulang Aksara!" gemas Phena. Ia mengacak rambut Aksara agar cowok itu bangun. Bisa-bisanya ia berfikir ini sebentar.
"Iya iya! Iya nih gue bangun!"
Aksara bangun dengan mata yang sudah terbuka lebar. Suara Phena benar-benar membuat jiwanya seketika berkumpul.
"Cerewet banget jadi cewek!" desis Aksara lalu menegak habis air putih.
Keduanya masih memakai seragam Putih Abu. Dan kini waktu sudah menjelang petang. Bagaimana jika Ayahnya mencarinya.
"Gue mau pulang. Udah petang, nanti Ayah nyariin."
"Y."
Phena mendesah kesal, kali ini Aksara tidak main-main mengajaknya untuk berperang.
Alih-alih bangkit, Phena dengan sengaja memukul punggung tegak Aksara yang menimbulkan bunyi 'buk'.
(Gitu bukan sih bunyinya hihi)
"Awshh! Phena Lo apa-apaan mukul gue?!"
Phena menghela nafas panjang,"Lo emang enggak peka atau gak beneran cinta sama gue?!"
Aksara memberikan tatapan tajamnya. Ia tidak suka jika Phena meragukan kesungguhannya.
"Gue emang gak cinta sama Lo."
Bagai tertimpa batuan besar, rasanya Phena ingin sekali menyayat wajah tampan di depannya. Mulutnya memang tidak bisa di sekolahkan, apakah pantas seorang pacar berbicara seperti itu.
"Bagus deh! Gue bisa cari cowok yang lebih ganteng dari Lo! Lebih taj-"
"Mau gue ajak ke KUA sekarang, hm?"
Sial!
Bisa-bisanya ia terjerat gombalan receh Aksara. Mengapa cowok itu senang sekali membuat tenaganya naik turun.
"Udah ayo, gue antar pulang. Jangan cemberut gitu, gue tau hati Lo lagi dugem kan di dalam?"
Phena gelagapan mendengar pertanyaan itu,"Geer b-banget Lo!"
Phena meremas roknya, sungguh ia sangat malu melihat Aksara yang tengah tersenyum puas melihatnya.
"Ayo tuan putri, pangeran akan mengantar kemanapun pujaan hatinya pergi."
-PHENAKSARA-
KAMU SEDANG MEMBACA
Phenaksara
Teen Fiction"Lo gak boleh pergi!" "Gue gak suka kalo lo deket-deket cowok lain!" "Ayo putus!" ***** Aksara itu emosian dan gengsian. Dimana ada Aksara maka dosanya harus ada Phena. Keduanya suda seperti prangko. Jika di pisahkan, mungkin Aksara akan gila tiba-t...