Minggu kali ini, rutinitas Phena sedikit berubah. Biasanya ia akan menghabiskan waktu berdiam diri di kamar dengan di temani laptop yang menancap menampilkan drama Korea yang sangat ia sukai.
Dan sekarang Bundanya memberikan wejangan bahwa ia di perintahkan untuk menjaga Pretty gadis kecil yang baru berumur 3 tahun. Menggemaskan dan Phena sangat menyukai anak kecil seperti Pretty.
"Bunda titip Pretty ya, Tante Agnes mau pergi ke undangan rekan kerjanya dan Bunda gak bisa jaga Pretty karena harus menemui client yang sudah menunggu di butik, enggak apa-apa kan?" tutur Bulan-Bunda Phena.
Phena dengan antusias mengangguk lalu memberikan hormat,"Dengan segenap jiwa dan raga. Phena janji bakal jaga Pretty dengan baik dan tentunya aman.
Bulan terkekeh,"Yasudah, Bunda tinggal ya jaga baik-baik Pretty-nya."
Dengan cepat Phena mengambil alih gadis kecil yang memakai baju pink yang menambah kesan sangat lucu.
"Hai Pretty!" sapa Phena dengan suara yang sangat merdu.
Pretty yang mendengar itu tersenyum membuat Phena tak tahan tidak memberikan kecupan.
"Hari ini Pretty mainnya sama kakak ya, nanti kita main boneka, oke?"
Drrrrtttt...
Benda pipih yang berada di sakunya bergetar, dengan perlahan Phena mengambil benda itu dan melihat siapa yang meneleponnya.
"Halo, kenapa Aksa?" tanya Phena kepada Aksara di sebrang sana.
"Lagi ngapain? Tumben gancep banget angakatnya."
"Lagi jagain Pretty di rumah,"
"Pretty? Siapa lagi astaga! Hobi banget sih ko buat gue em-"
"Shuttt! Gue mau kencan dulu! Bye!"
Dengan teganya, Phena memutuskan sambungannya sepihak membuat Aksara tentunya uring-uringan.
Di tempat lain, Aksara sudah seperti orang kesetanan tiba-tiba. Mengambil jaketnya dengan kasar lalu segera berjalan keluar untuk melabrak gadisnya yang sudah berani menduakannya.
"Gue nikahin lama-lama Lo Phen. Gak kuat mental gue Lo tarik ulur kayak gini." geramnya lalu melajukan mobilnya ke arah rumah Phena.
Dia membawa mobil karena udara sedang sangat panas di pagi seperti ini. Jadi ia memutuskan untuk membawa mobil.
Tidak butuh waktu lama, kini ia sudah berada di depan pagar bercat putih. Dengan tergesa-gesa Aksara pun segera memasuki halaman rumah Phena yang cukup luas.
Dilihat dari luar, rumahnya sepi. Dan Phena bilang ia sedang di rumah. Itu artinya tengah beduaan bersama Pretty?
Tidak bisa di biarkan.
Brak!
"PHENA LO BERANI SEL-"
Ucapannya terhenti ketika melihat Phena tengah bercanda ria bersama gadis kecil.
"Sopan masuk rumah orang tanpa permisi mas-nya?" sindir Phena lalu mendekati Aksara yang masih terdiam di ambang pintu.
"Untung Aya sama Bunda lagi enggak di rumah. Kalo tau gini, bisa-bisa lo di cancel dari daftar menantu."
Lihatlah, Aksara kini hanya diam seperti seseorang yang ketahuan menculik anak.
"Ngapain masih di sana? Mau jadi pawang pintu?" canda Phena lalu menggenggam tangan Aksara untuk kembali bergabung dengan Pretty.
"Kenalin ini Pretty." sambil mengusap kepala gadis yang tengah asik memainkan boneka.
Aksara memandang Phena diam."Phennnnnn." rengek Aksara lalu memeluk Phena secara tiba-tiba.
Yang awalnya ia menjaga satu balita kecil kini ia harus mengurus balita besar yang tengah menyerukan kepala di lehernya.
"Kenapa gak bilang Aksa dari tadi!" kesal Aksara yang masih memeluk Phena erat.
"Makanya kalo gue ngomong di cerna jangan langsung nyerobot pake urat."
"Malu Phen," ujar Aksara.
Aksara itu manja. Dan itu hanya kepadanya dan tentu ibunya.
"Udah lepas dulu, kasian Pretty liatin. Gak baik juga."
Dengan terpaksa, Aksara mengurai pelukannya. Ia menatap bocah yang kini menatapnya juga.
"Gara-gara Lo gue jadi malu cah." tutur Aksara yang langsung di hadiahi Tempatan maut di bibirnya.
"Ngomongnya yang bener!" gemas Phena.
"Iya iya, tadi kebawa esmosi Bu Negara."
"Aaaka," ucap Pretty yang masih sedikit-sedikit berbicara.
Mereka kompak menatap gadis itu,"Kenapa sayang?" tanya Phena begitu lembut.
"Ammm ammm,"
"Mau makan? Bentar kakak ambil dulu ya."
Phena bangkit, lalu berujar,"Jagain Pretty dulu, gue mau ambil camilannya di dapur."
"Siap Bu Negara!"
Sepeninggalan Phena, Aksara lebih mendekati gadis kecil itu. Ia menyentuk tangan Mungin yang jauh berbeda dengannya.
"Kamu cantik banget sih, tapi masih cantikan Kak Phena."
"Nanti kakak bakal bikin yang lebih gemoy, lebih lucu sama kak Phena."
"Jadi jangan sok cantik dulu."
"Produk limited edition gak bakalan gagal. Liat aja Papanya ganteng, Mamanya cantik, nanti anaknya bisa-bisa terlalu tampan."
Ocehan Aksara memang sangat aneh, sama halnya dengan Pretty yang hanya menanggapinya dengan tawa renyah yang membuat Aksara ikut tertawa.
Dari arah belakang Phena menggelengkan kepala. Ia sangat senang melihat pemandangan di depannya. Selain kasar, Aksara pun memiliki jiwa-jiwa yang amat penyayang.
"Kalian bicarakan apa? Seru kayaknya." timbrung Phena yang sudah mendidikan diri di samping kiri Pretty.
"Kepo banget sih, ini rahasia. Ia gak Pretty?"
"Iiyaaa."
Mendelik Aksara Phena segera memberikan camilan untuk Pretty lalu tak lupa membawa camilan untuknya dan Aksara.
"Phen,"
"Apa?"
"Pretty lucu ya."
"Iya orang aunty nya juga gue, lucu." jawab Phena dengan tangan yang sibuk memasukan kue ke dalam mulutnya.
"Ayo kita bikin yang lebih lucu!"
-PHENAKSARA-
Bisa kalem juga nih bocah😤
KAMU SEDANG MEMBACA
Phenaksara
Teen Fiction"Lo gak boleh pergi!" "Gue gak suka kalo lo deket-deket cowok lain!" "Ayo putus!" ***** Aksara itu emosian dan gengsian. Dimana ada Aksara maka dosanya harus ada Phena. Keduanya suda seperti prangko. Jika di pisahkan, mungkin Aksara akan gila tiba-t...