Phena tengah berjalan menyusuri koridor sambil membawa paper bag yang berisi kotak makan.Tujuannya hari ini ia akan mengajak Aksara makan bersama. Sudah lama ia tidak bersama menghabiskan waktu dengan serius.
Kalian tahu kan bagaimana Aksara Cassano, cowok itu tidak bisa sehari saja bersikap tenang.
"Phena!"
Phena menghentikan langkahnya saat suara itu memanggil. Dari koridor samping, Agave teman sekelasnya tengah berlari menghampirinya.
"Hari ini Lo senggang nggak?" tanya Agave dengan senyum mengembang.
Phena mencoba mengingat, seingatnya ia tidak ada waktu yang padat hari ini.
"Iya, emang kenapa?"
Bola mata Agave berbinar,"Lo mau nggak temenin gue ke Gramedia buat cari buku referensi tugasnya Pak Ahong?"
Belum sempat menjawab, suara nyaring yang terkesan berat sudah lebih dulu mendahuluinya.
"Nggak usah Caper sama pacar orang bisa gak? Murahan banget Lo jadi cowok!" bentak Aksara yang tiba-tiba saja datang dan kini berdiri di samping Phena.
"Aksa, Lo apa-apaan sih! Nggak usah gitu bisa kan?!" sengit Phena dengan tatapan menatap Aksara tajam.
"Diem Lo!"
Kini telunjuknya mengarah ke arah Agave yang nampaknya tidak terusik sedikit pun.
"Jangan berani-beraninya Lo deketin Phena lagi. Gue gak bakalan tinggal diam liat Lo coba rebut Phena dari gue." peringatan Aksara terdengar mengerikan namun lihatlah sekarang, banyak yang terkesan dengan ke gantle-anya.
Phena sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia tidak mungkin memarahi Aksara ketika melihat apa yang sudah cowok itu tunjukkan.
"Phena," panggil Aksara.
Mata Phena langsung mengarah ke arah Aksara. Phena langsung menunduk dia merasa sangat malu melihat keadaan sekitar sudah seperti reporter yang akan bertanya-tanya.
"Kalo Lo di gangguin sama jelmaan babi ini, Lo bilang sama gue." permintaan Aksara itu membuat Phena tergagap.
Cewek itu mencoba untuk menghilangkan rasa gugupnya. Namun, Aksara menangkap setiap gerak-geriknya.
"Atau jangan-jangan Lo juga sama? Gatel sama tuh orang?!" tanya Aksara dengan tangan mengepal.
Phena membulatkan matanya saat mendengar tuduhan dari Aksara.
"Mulutnya ya! Gue tampol nih lama-lama!" kesal Phena.
"Ya siapa tau Lo juga sama, makanya tuh human gatel deketin Lo terus."
"Aksara!" sentak Agave yang sudah muak mendengar hinaan yang keluar dari mulut cowok brandal itu.
"Apa? Lo kesinggung? Ups! Sorry gue cuman bilang kenyataannya."
"Disini yang harusnya sadar itu Lo! Lo harus tau diri, bisa-bisanya Phena mau punya pacar berandal kay-"
"Anjing!"
Bugh!!!
Aksara dengan cepat memukul Agave yang sedang berbicara. Kepalanya benar-benar panas. Sudah jelas dia yang bersalah dan masih saja mencacinya.
Suara pekikan dengan kehebohan kini terdengar di koridor yang menghubungkan ke arah XII IPS.
Melihat kekacauan ini, Phena dengan cepat menarik Aksara yang tengah memukuli Agave.
"Aksa udah!!"
Seolah tuli, Aksara tidak mengindahkannya ia benar-benar kalap. Kemarin ia melihat cowok itu menghubungi Phena dan sekarang dengan terang-terangan dia mendekati miliknya.
"Gue bakal bunuh Lo!" teriak Aksara dengan tangan yang memukul habis Agave.
Phena mulai panik ia tidak harus berbuat apa. Selama berpacaran dengan Aksara memang ia sering melihat cowok itu bertengkar namun tidak ia saksikan sendiri.
"Aksa, Phen takut." cicit Phena yang kini memegang lengan Aksara yang hampir saja memberikan pukulan tandas ke wajah Agave.
"Phen takut,"
Hanya dengan cara ini, mungkin terdengar menggelikan. Percayalah Aksara memang kasar. Namun, dia memiliki sisi lain yang membuat Phena enggan untuk meninggalkan lelaki bernetra coklat.
"Cukup. Ayo pergi." ajak Phena menariknya dari keramaian dengan tangan yang bergetar.
Aksara sendiri, ia menyadari akan hal itu. Apa ia sudah menyakiti gadisnya?
Di lain tempat, Agave langsung dilarikan ke unit kesehatan sekolah. Guru sudah mengetahui hal itu, karena Agave adalah salah satu anggota OSIS di SMA SEMESTA, jadi sudah tak heran jika kejadian itu dapat dengan cepat terdengar oleh guru kesiswaan di sana.
Perlahan namun pasti, Aksara mencoba untuk mengajak berbicara Phena yang sedari tadi diam mengunci bibirnya.
"Maaf."
Semilir angin menerpa permukaan wajahnya yang tercetak lebam. Sudah pasti ngilu dan Aksara tidak masalah.
"Gue tau gue salah. Nggak seharusnya gue buat rusuh yang akhirnya Lo juga bakal ikut sus-"
"Makasih Aksa,"
Terdiam. Keduanya sama-sama diam. Aksara yang terkejut akan ucapan yang dilontarkan oleh Phena dan Phena yang merasa terharu akan perjuangan Aksara.
Kini pandangan keduanya bertemu, taman yang biasanya dilalui oleh siswa-siswi kini hanya diisi oleh mereka berdua.
"Makasih udah selalu jaga dan perjuangin gue sampai titik saat ini. Gue bangga sama Lo Aksa."
"Lo pacar yang baik."
Demi apa pun, dia kira Phena akan marah dan menyalahkan dirinya. Namun, lihatlah mengapa suasana menjadi romance seperti ini.
"Bentar!" cegah Aksara ketika Phena akan membuka suara kembali.
Merasa heran, Phena mengernyitkan dahi,"Kenapa?"
"Dada gue deg-degan gara-gara gombalan receh Lo."
-PHENAKSARA-
KAMU SEDANG MEMBACA
Phenaksara
Jugendliteratur"Lo gak boleh pergi!" "Gue gak suka kalo lo deket-deket cowok lain!" "Ayo putus!" ***** Aksara itu emosian dan gengsian. Dimana ada Aksara maka dosanya harus ada Phena. Keduanya suda seperti prangko. Jika di pisahkan, mungkin Aksara akan gila tiba-t...