BAB 4

15 1 0
                                    


Phena mulai memasuki taman bermain sore ini bersama dengan Aksara dan Pretty. Gadis itu tersenyum hangat melihat Pretty yang tengah anteng bermain dengan Aksara. Pemandangan yang cukup langka.

"Mau apa? Nanti Kakak beliin," ujar Aksara bertanya kepadanya Pretty yang sedang ia gendong.

Gadis kecil itu menunjuk ke arah tukang balon yang menjual beberapa balon dengan karakter yang lucu.

"Ayo kita beli!" semangat Aksara di ikuti oleh Phena di sampingnya.

"Sa, turunin aja biarin main kita jagain dari sini. Di sana udah ada penjaganya." menunjuk beberapa anak seusia Pretty tengah bermain di kubangan yang tetap aman.

Setelah menitipkan Pretty keduanya duduk di salah satu bangku yang di mana dapat ia lihat bagaimana Pretty bermain.

"Gue jadi kepengen punya kayak Pretty," ujar Aksara dengan merangkul Phena dengan nyaman.

"Jangan aneh-aneh deh. Sekolah dulu yang bener jangan mikirin hal lain kalo belum bisa ngasih makan." jawab Phena membuat Aksara terkekeh sinis.

"Suka-suka gue dong. Dan emang Lo pikir gue bakal nikahin Lo gitu?"

Phena kembali menatap Aksara tidak suka, kesal mendengar ucapan yang baru saja di lontarkan.

"Lah? Emang Lo pikir gue barusan bilang itu gue?"

"Ya bisa aja gitu."

"Gak usah geer!" tukas Phena dan melepaskan rangkulan Aksara.

"Gue gak mau nikah sama cowok yang modelan kayak Lo. Nanti, gue mau cari cowok yang bisa buat gue bahagia batin dan raga."

Aksara mendadak berdiri, mengambil jaketnya dan segera pergi tanpa sepatah kata.

Melihat itu, Phena mengernyit tidak mengerti. Apakah ia salah?

Phena dengan cepat menyusul Aksara sebelum cowok itu benar-benar pergi. Apa cowok itu marah?

"Aksa!!"

"Aksaraaa!!"

"AKSAA!!"

Dengan sekali hentakan, Phena berhasil mencegat Aksara yang menampilkan wajah datar. Menyeramkan.

"Lo kenapa sih?!"

Aksara tetap diam. Bahkan cowok itu tidak menatapnya. Padahal, semenit yang lalu keduanya masih baik-baik saja.

"Jangan kayak bocah, bilang sama gue. Lo kenapa?"

Aksara menghela nafas berat, tenaganya begitu lemas mendengar penuturan Phena yang cukup menembus dinding hatinya.

"Ayo putus."

*****

"Aksa," panggil Phena yang kini tengah berdiri di depan Aksara.

Aksara tidak merespon, terlihat jelas bahwa ia sangat marah. Dengan kata-kata yang saat itu ia ucapkan.

"G-gue minta ma-"

"Makasih udah jujur, dan gue harap Lo bisa cari yang jauh lebih baik dan sempurna dari gue."

Sebelum Phena melanjutkan kata-kata, Aksara sudah lebih dulu menjedanya. Menyebalkan. Entah kenapa, dia tidak suka mendengarnya.

"Gue minta maaf. Gue hanya bercanda." Phena menghela nafas,"Maafin gue, dan jangan putus."

Aksara menatapnya tajam dengan melipat tangan di dada."Y."

Phena mengerjapkan matanya beberapa kali, Aksara benar-benar tidak mengerti."Lo belum maafin gue."

"Ya."

"Lo cemburu?" selidik Phena dengan intens.

Aksara melotot tidak tenang. Dia ingin berteriak memaki gadis di depannya.

"Pikir aja sendiri, Lo jadi cewek gak pekaan banget sih!" kesal Aksara.

Bahkan di saat ia mengucapkan kata putus, sebenarnya itu hanya sebuah gertakan menyalurkan rasa cemburunya.

"Udah ah baikan, gak jadi kan putusnya?"

"Jadi!"

"Yasudah, kalo gitu gue cari brondong baru aja. Bye!"

Phena beranjak dan Aksara langsung menarik Phena ke dalam pelukannya. Sangat erat.

"Jangan, gue gak mau."

"Sesak Aksa..." rengek Phena merasakan Aksara benar-benar memeluknya erat.

"Gak boleh pergi. Phena cuma untuk Aksara. Gak boleh yang lain." tegasnya yang terkesan emm, kiyowo!

-PHENAKSARA-

Adem banget liatnya😤

PhenaksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang