BAB 5

17 1 0
                                    


"Algabra, Phena, Sia."

Di dalam kelas Phena sekarang sedang melakukan pembagian kelompok untuk acara class meeting. Setiap orang di bagi menjadi 3 orang di satu kelompok.

"Baik. Jangan lupa untuk melakukan tugas-tugasnya."

Kelas riuh ketika guru pergi. Berbincang membicarakan apa yang akan di buat dan masih banyak lagi.

"Phen, jadi kita mau buat apa?" tanya Sia.

"Menurut gue, gimana kalau kelompok kita ambil tugas Vidio Sinematik?"

"Jangan itu deh, gue gak terlalu paham untuk hal gitu." ucap Algabra.

"Kalau nyanyi gimana? Suara Lo kan bagus. Jadi, Lo bisa nyanyi bareng Algabra dan gue yang main gitarnya, gimana?" usul Sia membuat Algabra mengacungkan jempol setuju.

"Gue setuju!"

Sia melirik ke arah Phena. Ragu untuk menjawab apa. Namun, ini hanya sebatas pengerjaan tugas bukan. Jadi tidak ada salahnya.

"Oke, gue juga."

"Bagus! Besok kita latihan di rumah gue ya."

Mereka pun setuju. Dan memutuskan untuk mengambil tugas itu. Bisa di coba, memang sangat aneh namun ini hanya untuk sesaat saja.

Tapi...

Bagaimana dengan Aksara?

*****


"Sa, gue ada kerja kelompok jadi Lo pulang sendiri gak papa kan?"

Phena mengajak Aksara untuk bertemu sehabis pulang sekolah, bukan untuk pulang bersama namun dia ingin memberi tahu Aksara.

"Sama siapa?"

"Sia sama Algabra,"

"Apa?! Kenapa harus sama dia sih?!" kesal Aksara tidak suka.

"Ya gue gak tahu, Lo tanya aja wali kelas gue."

"Tapi Lo bisa kan buat nantang, kenapa mau-mau aja!"

Beginilah akhirnya bukan, cowok keras itu pasti akan marah.

"Aksara Cassano, aku cuma kerja kelompok gak usah berlebihan, bisa kan?" ujar Phena dengan nada lembut.

"Gak! Gak boleh, Lo pulang bareng gue."

Phena berdecak sebal,"Gue gak bisa! Udah janji, gak enak Sa."

"Nanti gue yang bilang ke si Alakatabra."

"Algabra Sa."

"Suka-suka gue, mau gue panggil apa juga kenapa Lo yang komen sih!"

Sudah tahu sedang dalam mode marah. Masih saja Phena membawa-bawa Algabra.

"Sekali ini aja, gue bakal kabarin Lo deh, janji." bujuk Phena berharap cowok itu meng-iyakan.

"Gue bilang Enggak Phena. Lo ngebet banget sih?! Atau jangan-jangan Lo mau berduaan lagi sama tuh cowok cupu??!!" tuduh Aksara dengan mata menyorot tajam.

Semakin pusing mendengar celotehan Aksara, Phena pun hanya bisa menghela nafas. Dasar cowok sinting! Untung sayang.

"Jangan aneh-aneh, gue gak mungkin gitu. Lagian gak berdua, ada Sia juga. So, Lo gak usah parno gini bisa kan?"

"Phenaaaaaaa.... Pokonya gak boleh." rengek Aksara yang membuat Phena menatap sekeliling.

Pasalnya mereka kini tengah berada di parkiran. Apa kata orang jika mereka melihat sisi lain dari seorang Aksara.

"Shut! Gak usah gitu juga ih! Lo gak liat tuh orang-orang liatin, malu gak sih?!" kesal Phena membuat Aksara mendengus.

"Gak peka banget sih ah! Cewek apaan Lo, pacarnya cemburu bukannya di bujuk malah di paksa!"

Aksara beranjak pergi meninggalkan Phena yang terkejut sekaligus merasa heran. Apakah ia salah? Bukannya sedari tadi ia berusaha membujuk?

"Aksaraaaaaa! Woyyy!! Tunggguuuinn!!"


*****


"Lama banget sih Phen, dari mana aja?" tanya Sia.

Kebetulan mereka sudah berada di depan halte untuk menunggu taksi. Algabra sudah lebih dulu pergi.

"Biasalah, Macan gue gak ngizinin."

Sia terkikis,"Lo berdua sweet banget sih! Gue jadi iri kan,"

"Swwatt swittt dari mananya coba? Gue kesel ngadepinnya."

"Tapi lo sayangkan?"

Tidak menjawab, Phena mengajak Sia untuk segera pergi karena taksi online yang di pesan sudah datang.

"Algabraaaaa!"

"Sialann! Lo apainn kucingg guee??!!"

Sia tentu saja berteriak ketika melihat Moy kucing kesayangan basah seperti habis terkena air.

"Gue mandiin, gak kuat gue liat dia main guling-gulingan takutnya nanti membawa virus lagi."

Hah?

"Moyyyyy, astaga kasian banget kamu." cicit Sia lalu mengendong Moy masuk ke dalam rumah.

Kini tinggalah Phena dan Algabra. Algabra menatap Phena meminta pendapat.

"Ngapain Lo mandiin kucing Sia, Lo tahu? Katanya kucingnya gak bisa di mandiin sembarangan, kalo gitu nanti bakal kena jamur."

"Dan harga Moy gak main-main loh."

Setelah mengucapkan itu, Phena pergi meninggalkan Algabra yang tengah menatap lesu ke arah selang air.

"Gimana kalo gue di suruh ganti rugi?"

-PHENAKSARA-

"Pacar gue emang paling cantik dah!"-Aksara Cassano.


PhenaksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang