Festival Musik

112 5 0
                                    

Felicia berulang kali menghela nafasnya. Gadis itu sangat amat terpaksa menghadiri festival musik yang sangat tidak ingin ia hadiri.

Jika saja bukan karena Dilla yang memaksanya sampai datang ke rumah, dan mencuci otak keluarganya. Felicia tidak akan pernah menghadiri festival musik ini lagi.

"Senyum dong Fel!" ujar Dilla dengan nada memohon. Felicia memutar matanya tidak memperdulikan ucapan Dilla. Seandainya Dilla tau alasan dirinya tidak mau menghadiri festival musik tahunan kampus ini, mungkin dia akan merasa sangat bersalah karena mengajaknya.

"Fel, penyanyi yang dipanggil kali ini Raisa loh, lo gak seneng apa?" ucap Dilla sambil menarik-narik tangannya, agar Felicia menoleh.

"Gak!" ketusnya. Sungguh gadis itu sangat tidak ingin menghadiri festival musik keramat ini.

"Fel!" panggil Dilla lagi. Felicia menatap Dilla dengan raut datar nya.

"Sebenernya, gue ajak lo ke sini buat temenin gue ketemuan sama dia," ujar Dilla dengan ragu-ragu, membuat mata Felicia melotot ingin keluar.

"Hah? Dia? Amar?" tanya Felicia terkejut.

"Iya, dia ajakin gue nonton konser ini bareng," jelas Dilla dengan cengiran khas nya.

"Terus kenapa lo suruh gue ke sini?" tanya Felicia dengan terheran-heran.

"Ya, gapapa, gue malu aja kalo berdua sama dia aja," ujar Dilla sambil senyum-senyum gak jelas.

"Udah balikan kalian?" tanya Felicia.

Dilla menggeleng. "Belum!"

"Berarti nanti balikan," lanjut Felicia. Felicia menggeleng-gelengkan kepalanya ketika melihat raut kesemsem dari Dilla.

"Terus itu orang mana?" tanya Felicia. Dilla menggeleng sebagai jawaban. Sepertinya gadis itu pun tak tau keberadaan Amar di mana.

"La!" Suara seseorang memanggil membuat Dilla dan Felicia menoleh secara bersamaan ke orang itu.

Felicia dapat melihat Amar berjalan ke arah mereka. "Hai La! Fel! Udah lama kita gak saling nyapa," ujar Amar dengan begitu canggung.

Felicia hanya tersenyum tipis menanggapi nya. Gadis itu bukan tipe orang yang gampang bersosialisasi, terkadang Felicia sangat sulit untuk berteman. Bahkan temannya mungkin bisa di hitung jari.

"Apa kabar Fel?" tanya Amar.

"Baik, lo gimana?" tanya Felicia dengan senyum tipisnya.

"Baik juga," jawab Amar.

Setelah jawaban dari Amar tidak ada lagi yang membuka topik pembicaraan. Suasana menjadi sangat canggung. Gadis itu melirik Dilla dan Amar yang hanya saling pandang-pandangan saja.

Felicia rasa, mereka butuh waktu berdua. Setelah Amar yang mengakhiri hubungan mereka dengan alasan ingin fokus ujian agar bisa masuk kampus favorit, dua orang itu tidak pernah berkomunikasi lagi.

"Ehm itu udah mau mulai konser nya, gue mau liat ke sana, gapapa kan gue tinggal?" tanya Felicia yang jelas hanya kebohongan. Gadis itu mana mau mendekati panggung. Apa lagi berdiri di tengah keramaian yang mampu membuatnya kembali teringat akan kenangan itu.

"Oh iya, silahkan!" ujar Amar yang sepertinya memang menunggu Felicia pergi.

"Gue titip Dilla ya. La kalo ada apa-apa telpon gue oke!" Dilla mengangguk-angguk sebagai jawaban.

Felicia langsung berjalan meninggalkan mereka berdua. Gadis itu tidak pergi mendekati kerumunan orang-orang yang menunggu Raisa bernyanyi.

Gadis itu memilih untuk menjauh dari kerumunan. Felicia akhirnya memilih untuk berdiri di dekat stan makanan yang tidak digunakan.

Felicia's EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang