19. Cemburu

22.4K 1.6K 11
                                    

"Aku mau belanja. Kamu mau nitip sesuatu nggak?" tanya Hana sembari berdiri dari duduknya. Tak lupa, ia juga menyelipkan selembar kertas yang isinya adalah catatan belanjaan yang akan ia beli nanti.

"Bukannya ada Bi Surti, ya?" tanya Reghan tak mengalihkan tatapannya dari layar laptopnya. Hana berdecak. "Aku mau jalan-jalan, bosen di rumah mulu!"

Reghan terdiam sembari berpikir. "Cumi!" balasnya kemudian.

Hana mengangguk dan mendekat. "Uangnya?" Wanita berbadan dua itu tampak menyodorkan telapak tangan kanannya dengan mata mengerjap polos.

"Dasar matre! Ambil dompet sana!" Tatapan mata Reghan tak pernah lepas dari pekerjaannya. Hana sempat bingung, bukannya hari minggu itu libur? Namun, suami gila kerjanya ini tetap saja lembur.

"Jadi istri itu emang harus matre, kalau nggak ya nggak akan makan. Apalagi kalau suaminya nggak peka!" seru Hana sembari melengos mencari dompet Reghan. Sesuai dugaannya, dompet lelaki itu selalu ada di nakas. Hana memberikan dompet itu pada Reghan.

"Kamu udah pernah bilang itu waktu di kantor!" timpalnya membuat Hana terkekeh.

"Lagipula kamu nggak usah nyindir! Bukan berarti aku nggak punya uang!" serunya sembari memberikan beberapa lembar uang berwarna merah.

Usai mendapatkan apa yang ia inginkan, Hana pun melengos pergi. Namun, sebelumnya ia menyempatkan untuk mencium punggung tangan Reghan. Lelaki itu sedikit terkejut dengan itu semua.

'Aku heran, kenapa dia nggak bahas soal kemarin?' batin Reghan bertanya-tanya. Apakah istrinya itu tidak marah saat Reghan membawa Kinan ke rumah?

***
Reghan duduk di atas ranjang dengan bosan. Ia memilih bangkit dan menuruni tangga. Sepi. Itulah yang kini ia rasakan. Akhirnya ia memilih duduk di sofa dengan tubuh menghadap televisi.

"Perempuan itu lama banget, sih!" kesal Reghan saat dirinya mulai merasa lapar.

"Tuan," panggil Bu Surti. Reghan hanya menoleh tanpa berniat menjawab.

"Tuan ingin sesuatu?" tanya Bu Surti. Reghan menggeleng.

"Tidak, apa supermarket jauh dari sini?" tanya Reghan.

"Lumayan, Tuan. Biasanya kalau naik ojek bisa sampai sepuluh menit," jelas Bu Surti.

"Ya sudah, sana pergi. Aku hanya ingin makan cumi, Hana sangat lama!" Reghan merebahkan tubuhnya di atas sofa.

Bu Surti menurut dan berjalan menjauh. Seperginya Bu Surti, Reghan menutup matanya dan hendak meraup indahnya bunga tidur.

Namun, suara bising mobil beserta percakapan itu terdengar jelas di telinganya. Dengan melawan rasa malas, Reghan bangkit dan menuju kaca untuk melihat apa yang terjadi di luar rumahnya. Ia menyibak pelan gorden yang menghalanginya melihat apa yang terjadi di luar rumahnya.

Di sana ada sebuah mobil berwarna hitam keluaran terbaru. Namun, arah pandangnya bukan itu, melainkan seorang wanita yang kini tengah asyik berbincang dengan seorang lelaki yang tak lain adalah Damar.

Tiba-tiba saja Reghan merasa ada yang aneh dengan perasaannya. Ia berjalan pelan menuju pintu utama rumahnya. Deru mobil perlahan menjauh, tak lama setelah itu, pintu terbuka yang menampilkan Hana dengan raut terkejutnya.

Sepersekian detik kemudian, Hana menghela napas. "Kamu, Ghan. Aku kira hantu tadi," ucap Hana dengan santai. Wanita berbadan dua itu mengelus dadanya. Reghan hanya diam tak berniat menjawab. Ia lebih tertarik memperhatikan setiap gerak gerik Hana.

"Kamu lagi apa? Kok, tumben ke bawah? Bu Surti mana? Bu!" panggil Hana.

"Mulai saat ini tidak usah sok peduli padaku!" sentak Reghan sambil mendorong Hana dan pergi.

Istri Terakhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang