1. Library Accident

201 10 0
                                    

"Sial, kayaknya gua bakal telat," ujarnya sambil berlari dari gerbang kampus menuju gedung delapan, dimana ruang kelasnya berada.

Setidaknya itulah gerutuan dari gadis bersurai ponytail tersebut. Ada sedikit penyesalan kenapa tidak berangkat bersama papanya dan memilih menaiki angkutan umum.

Memang, penyesalan selalu datang di akhir.

Renaa langsung melirik kelasnya. Daripada mempermalukan diri, lebih baik ia ke perpustakaan dan tidur disana. Tak lupa memberi pesan pada temannya untuk menghubunginya jika jam mata kuliah pertama sudah selesai.

"Adem banget di perpustakaan," ungkapnya sambil menyodorkan kartu perpustakaannya dan langsung mencari spot terbaik untuk merebahkan kepalanya.

Langkahnya dibawa menuju pojok ruangan yang tidak terlalu dekat dengan air conditioner, dan kebetulan ada meja komputer yang kosong. Ia bisa tidur barang sejenak untuk memulihkan tenaga akibat lari-larian saat berangkat tadi.

"Perpustakaan bukan buat tempat tidur. Kalau mau tidur, balik aja sana ke rumah lagi," tegur seseorang yang tiba-tiba berdiri di sampingnya sambil membaca buku.

'Sial! Padahal gua baru mimpi jalan sama Beomgyu.'

"Ganggu aja!" gumam Renaa dengan tatapan malasnya dan kembali merebahkan kepalanya.

"Enggak ngerti bahasa Indonesia, ya?" tanya laki-laki tersebut dengan tatapan kesalnya.

"Please, deh. Petugas perpustakaan aja enggak masalah gua mau ngapain disini, asal enggak berisik. Kenapa lu yang sewot, sih?"

Jujur, ia heran dengan orang dihadapannya. Perpustakaan kampus memang spot terbaik untuk tidur –walaupun tidak menyelonjorkan badan. Tetapi, tetap saja adem dan tidak seramai masjid. Dan tentunya sunyi.

"Karena lu menyalahgunakan fungsi perpustakaan," jawabnya dengan cepat.

Tak lama, ponselnya berbunyi. Pesan dari temannya, juga sebuah panggilan tak terjawab dari orang yang sama.

"Sial! Gara-gara lu, gua enggak jadi tidur." Lelaki itu hanya mengedikkan bahu kala Renaa akhirnya beranjak dari posisinya dan meninggalkan perpustakaan.

"Perpustakaan juga bukan tempat tidur," gumamnya lantas kembali membaca buku tebal yang ia bawa tadi.

***

"Kenapa? Lagi kesel, ya?" tanya Najma ketika melihat Renaa masuk dengan wajah yang ditekuk.

"Gua numpang tidur di perpustakaan aja pakai diocehin. Padahal yang tidur bukan gua doang," keluh Renaa ketika ia sudah duduk dan meletakkan tasnya dan mengeluarkan ponselnya.

"Ya, enggak salah juga, sih, sebenarnya. Tapi 'kan, perpustakaan emang tempat ternyaman buat tidur," timpal Najma yang diangguki oleh Renaa.

"Padahal gua baru mejamin mata lima menit. Tiba-tiba itu cowok ngelarang gua tidur. Awas aja kalau gua liat dia tidur di perpustakaan."

Najma sedikit menggidikkan bahunya ngeri. Seorang Kirei Nabila atau yang dipanggil Renaa memang tak akan segan jika masalah seperti ini.

"T-tapi 'kan Ren, lu emang ingat wajahnya? Kan, lu sering enggak inget wajah orang," sahut Najma membuat Renaa menghela napas seketika.

"Iya juga, ya. Bahkan gua langsung lupa wajahnya kayak gimana. Kalau ingat, suatu keajaiban banget, sih. Sayangnya jarang terjadi."

Najma hanya mengangguk saja mendengarkan ocehan Renaa.

"Oh ya, tadi lu catat materinya, enggak?" tanya Renaa yang dijawab anggukkan oleh Najma.

"Gua catat. Tapi enggak lengkap. Power point-nya juga dikirim ke grup kelas," jawab Najma yang langsung diangguki oleh Renaa.

Mi CasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang