18. Comfortable

14 1 0
                                    

Renaa memang bukan type perempuan yang harus selalu bersama seseorang. Bahkan cenderung lebih suka sendiri daripada bersama seseorang. Hanya saja, yang ia rasakan sangat berbeda saat yang ia rasakan bersama Rayyan ataupun teman-temannya.

"Aish, harusnya biasa aja. Enggak perlu kayak begini juga," gumam Renaa sambil melihat photocard Beomgyu.

"Tapi gua nyaman sama dia," lanjutnya lantas merebahkan tubuhnya dan membuka file drama Koreanya.

"Aish, ssibal. Udah, ah, gua nonton aja. Untung enggak ada tugas." Renaa langsung menuju kasur dan mencari posisi ternyaman.

"Bikin mie juga, deh. Gua lapar," gumamnya sambil keluar dari kamarnya. Keadaan ruang keluarga sepi. Orang tuanya juga sudah pergi ke kamar mereka. Dan yang menyenangkan, letak dapur agak jauh dari kamar utama. Itu mendukung Renaa untuk melancarkan misinya.

***

Paginya, Renaa sudah siap bertempur dengan padatnya kereta. Renaa tersenyum dan langsung turun dengan riang.

"Kak, mau ke mana? Rapi banget," tegur Mama yang masih santai dengan kaus oblong dan rambutnya yang disanggul. Tumben sekali.

"Mama enggak ngajar?" tanya Renaa balik.

"Lho, kan sekarang tanggal merah. Kamu enggak liat kalender?" tanya mama balik sambil meminum air putih yang sudah dituangnya.

Renaa langsung mengambil ponselnya dan melihat kalender.

"Iya 'kan?" tegur mama yang diangguki Renaa.

"Mampus gua," gumam Renaa pelan sambil membelalakkan matanya.

"Kamu bilang apa tadi?" tanya mama.

"Enggak. Bukan apa-apa." Renaa langsung kembali menuju kamarnya tanpa menghadap mama sekalipun.

"Rayyan ... kira-kira udah sembuh belum, ya?" tanya Renaa pada dirinya sendiri.

Renaa kembali turun dari kamarnya dan pamit. Sebenarnya, ia nekat. Tak tahu akan berhasil atau tidak untuk izinnya.

"Mau ke mana?" tanya papa sambil menikmati kopi hitamnya serta keripik bawang.

"Mau ke rumah sakit," jawabnya tegas sambil berlalu ke dapur guna membasahi tenggorokannya.

"Jenguk siapa?" tanya papa lagi.

"Rayyan."

Papa langsung berdiri dan menyambar ponsel Renaa.

"Pa ...."

"Papa enggak izinin kalau ketemu Rayyan," ujar papa cepat memotong protesnya.

"Sekarang kamu ke rumah Reza. Dia juga lagi sakit." Renaa mengangguk.

"Oke, kembaliin HP aku," sepakat Renaa dengan penuh tekanan.

"Oke, aku ke rumah Reza." Setelahnya gadis dengan surai yang sedikit bergelombang dengan setelan kesukaannya langsung pergi menuju rumah Reza.

***

Reza tersenyum ketika mendengar kabar bahwa Renaa akan mengunjunginya. Ia bertekad untuk mengambil Renaa dari adiknya sendiri. Bagaimanapun, ia harus mendapatkan segalanya.

"Kirei," sapa Reza yang sudah menunggu di teras rumah dan melihat Renaa yang rapi dan cantik dengan pakaian kasual. Tidak seperti beberapa pertemuan sebelumnya.

"Lu kayak anjing penjaga," celetuk Renaa membuat Reza terdiam sejenak. Tetapi setelahnya tersenyum.

"Masuk, yuk. Bunda udah nungguin kamu," ajak Reza yang diangguki Renaa.

Mi CasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang