24. Furious

11 1 0
                                    

"Mau gimanapun gua bertahan sama lu, lu juga harus pergi karena keadaan. Bukan karena kemauan lu. Maaf, maaf karena buat kebebasan lu semakin terkurung. Maaf, karena gua enggak bisa ngasih yang terbaik buat lu."

***

Tok! Tok!

"Masuk!" perintah Rayyan yang langsung memunculkan wajah Renaa.

"Oh, lu. Masuk aja, Ren." Renaa langsung masuk ketika Rayyan mempersilakan dirinya masuk.

"Enggak perlu formalitas 'kan?" goda Renaa yang dijawab gelengan oleh Rayyan.

"Ini, minuman lu," ujar Rayyan sembari menyodorkan segelas ovaltine cheese cream kesukaannya. Renaa membelalak. Serius, ini untuknya?

"Kali ini gua yang teraktir. Sekarang lu istirahat dulu. Gua tau tadi lu pusing sama ujian 'kan?" tebak Rayyan disusul dengan anggukan Renaa.

"Sebagian benar, sebagian lagi enggak," sahut Renaa santai. Kini, Rayyan bingung maksud perkataan Renaa.

"Ujian tadi. Analisis data kualitatif sama kuanti. Sedikit ribet di rumus, tapi selebihnya gua rasa lancar," terang Renaa membuat Rayyan mengangguk.

"Pasti lu ngambil kasus dari drakor," tebak Rayyan yang diangguki Renaa.

"Yes, right. Seratus buat lu."

Kini keduanya berbagi cerita tentang ujian tadi setelah tidak bertemu sejak pernikahannya dengan Reza.

"Ren, lu gimana di rumah?" tanya Rayyan dengan senyum yang dipaksakan.

"So bad. Gua minta kamar terpisah malah enggak dikasih. Mau enggak mau gua tidur di sofa," adu Renaa membuat lelaki itu terbelalak.

"Enggak pegel? Atau salah posisi, gitu?" tanya Rayyan khawatir mendengar penuturan Renaa.

"Udah pasti. Cuma, daripada gua tidur seranjang sama kakak lu. Itu lebih nyebelin lagi. Padahal gua pernah minta tidur di kamar lu atau kamar lain," sungut Renaa yang disenyumi oleh Rayyan.

Rayyan paham. Renaa bukan tipe gadis yang mudah menyerah. Hanya saja, beberapa minggu ini ia sedang dikuasai amarah lantaran paksaan orang tuanya.

"Serius, Ray!" tegasnya yang diangguki Rayyan.

"Yang paling gua kesel, dia enggak tau tentang kuanti, tapi nanya gua lagi ngapain. Plus-nya, dia kira kuanti tuh makanan. Sampai gua mikir, serius dia suami gua?"

Rayyan diam mendengarkan ocehan Renaa yang seakan mengadu kepadanya.

Bagi Renaa, waktu terbaik dirinya dengan orang lain adalah ketika bisa berbicara dari hati ke hati tanpa batasan, dan menjadi dirinya sendiri. Sedangkan Rayyan, ia senang ketika seseorang menceritakan masalahnya pada dirinya, setelah itu dijadikan bahan diskusi yang menarik.

Memang sama-sama pecinta quality time.

"Wajar Kak Reza enggak tau. Kan, Kak Reza enggak kuliah. Kelas tiga aja udah home schooling," jelas Rayyan yang diangguki Renaa.

"Setidaknya kalau enggak paham, ya, jangan nimbrung, gitu. Bukannya ngasih ide malah bikin kesel," kukuh Renaa yang diangguki saja oleh Rayyan.

"Ray," panggil Renaa. Rayyan menoleh dan melihat ke arah tatapan Renaa.

"You fine?" tanya Renaa sambil menatap Rayyan dalam.

"Gua? Gua baik-baik aja, Ren," ujarnya dengan senyum yang menurut Renaa dipaksakan.

Rayyan berbohong.

"Gua enggak tau lu kenapa, tapi tolong jangan ditutupin. Setidaknya bagi tau Chani atau Jason." Renaa mulai khawatir dengan Rayyan. Pasalnya lelaki itu mulai berkeringat seperti orang habis makan makanan pedas level tertinggi.

Mi CasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang