Desember 1998
Kepulan asap berasal dari teh yang diseduh oleh mama Riani itu terbang mengudara kemudian menghilang bercampur dengan suasana malam itu yang terasa hampa.
Tempat kediaman mereka yang nampak sepi tanpa kehadiran anak-anak yang biasanya akan ribut dengan hal tidak penting sekalipun.
Biasanya ada si tertua Allyani Wulandari yang akan sibuk mengurus pekerjaannya selaku reporter salah satu stasiun televisi swasta.
Kemudian,si tengah Kahil Anwari yang selalu misuh-misuh dengan diskripsinya yang tak kunjung selesai padahal dia sendiri yang tidak mengerjakan skripsinya meski sedang tidak melakukan apapun.
Dan juga, si bungsu Dahayu Wulani yang sudah lulus dari sekolah menengah atasnya biasanya gadis itu akan sibuk belajar dan belajar untuk lulus dengan hasil yang memuaskan.
Saking kesepiannya mereka sempat berfikir akan mengadopsi seorang anak perempuan yang tak sengaja mereka temui di salah satu panti asuhan terdekat.
Dahasha Wirayuna nama gadis kecil itu,gadis kecil yang telah ditelantarkan oleh kedua orangtuanya,gadis kecil yang tidak pernah diharapkan kehadirannya didalam keluarganya,gadis kecil yang tidak pernah tahu dimana letak kesalahannya.
Oleh sebab itu,mama Riani dan ayah Andra ingin menjaga anak itu dengan sepenuh hati dan memperlakukannya seperti anak kandung mereka sendiri.
Seketika telepon rumah jadul itu berbunyi membuat mama Riani berdiri dari duduknya dan mengangkat telepon tersebut.
"Assalamualaikum,ma,"
Suara lembut anak bungsunya lah yang pertama kali menyapu pendengarannya.
"Wa'alaikumussalam, Ayu,"
Sesaat jeda menyelimuti keduanya, sampai akhirnya gadis diseberang sana mengatakan apa yang kini mengganjal di hatinya.
"Ma, Ayu pulang ya?"
"Ayu kangen mama sama ayah,"
"Kak Lia sama mas Kahil juga,"
"Ayu sudah bosan disini,"
"Apa lagi selalu lihat dan bertemu dengan dokter Tara,"
Mama Riani terkekeh mendengar keluhan putri bungsunya itu. Selama satu tahun terakhir gadis itu selalu menelpon dengan dengan alasan yang sama yaitu ingin kembali ke kampung halamannya.
Kata-kata yang digunakannya pun selalu tentang bagaimana rindunya dia dengan keluarganya dan betapa bosannya dia ketika setiap saat bertemu dengan seorang dokter tampan bernama Tara Ardiwinata.
"Kamu tunggu beberapa bulan lagi ya, sayang," Ucap mama Riani menenangkannya agar lebih sabar untuk segera bertemu dengan orang-orang yang dirindukannya.
Februari 1999
Hari itu saat matahari berada ditengah-tengah aktivitas semua orang,setelah sekian lama akhirnya gadis bernama lengkap Dahayu Wulani itu menginjakkan kakinya kembali di rumah itu.
Mama Riani sudah jelas sangat menyambut baik kehadirannya begitu juga ayah Andra.
Lia dan Kahil belum kembali dari kesibukan mereka. Lia yang berada diluar kota dan Kahil yang betah menginap di tempat temannya yang berada lebih dekat dengan kampusnya.
Beberapa saat kemudian, gadis kecil bernama Dhira datang menghampiri kediaman keluarga itu.
Dhira jelas sangat bahagia karena akan memiliki teman baru selain Raga dan anak seumurannya bernama Novan.
"Tante Riani, Dhira masuk ya?"
Gadis kecil itu dengan sopan meminta izin untuk masuk dan bertemu langsung dengan sosok Dahayu.
"Tetehnya ajakin bicara yang seru-seru ya,Ra,"
Dhira yang berlari menaiki anak tangga itu sedikit berbalik dan mengacungkan jempolnya.
"Siap Tante!"
Dahayu cukup terkejut ketika membuka pintu kamarnya,terlihat anak kecil dengan senyum lebar dan secerah matahari membuat dirinya menghangat.
"Hai, Teh Ayu!" Sapanya
Dengan senang hati Dahayu membiarkan Dhira masuk kedalam kamarnya.
Ini pertama kalinya Dhira memasuki kamar itu, dia begitu terkagum dengan jendela kamar Dahayu yang langsung berhadapan dengan jendela rumah diseberangnya.
Itu rumah yang di diami oleh Ragananda.
"Woaaah, seandainya rumah aku disini pas ti tidak perlu capek-capek nyusul buat main sama mas Nanda,"
Entah kenapa nama itu terdengar sangat asing ditelinganya, mungkin saja mereka baru pindah kesana setelah dirinya pergi, begitu pikirnya.
Karena rasa ingin tahunya,Dahayu bertanya.
"Nanda siapa?"
Dhira berbalik dengan senyum yang tak kunjung luntur.
"Mas Nanda, orangnya baiiiiik banget sepertinya dia seumuran sama teh Ayu,"
Lantas Dahayu hanya menganggukan kepalanya.
'begitu,ya?'
~~~
"Nama asing itu membuatku berdebar, kenapa?"-Dahayu Wulani
9 Februari 1999Published
10-12-2021
KAMU SEDANG MEMBACA
BEFORE 2000 (you and memories)
Teen FictionHanya tentang dia dan kenangan di tahun sebelum 2000