10 Februari 1999
Setelah sekian lama bagi gadis itu menghirup udara segar pagi hari ditanah kelahirannya. Tadi malam saat waktu menunjukan pukul 9, hujan mengguyur kota.
Sehingga pada pagi ini aroma tanah basah samar-samar bisa tercium oleh indera penciumannya.
Dahayu dengan segera keluar dari kamarnya ketika suara mama Riani terdengar. Dengan tergesa-gesa dia menuruni anak tangga karena aroma masakan mama yang ia rindukan kini akan dinikmatinya lagi.
"Ayu! Jangan lari-lari, jangan kayak anak kecil kamu,"
Mama Riani berucap sambil terkekeh dengan kelakuan putri bungsunya.
Dentingan suara sendok dan piring yang bersentuhan itu terdengar bersahutan. Kegiatan makan mereka kali ini di isi dengan candaan-candaan ringan,sudah sangat lama tidak seperti ini.
"Mah, Tetangga yang disebelah itu baru pindahan setelah Ayu pergi waktu itu ya?" tanya Dahayu di sela makan mereka.
"Iya, kenapa?" kata mama kembali bertanya.
Dia hanya menggeleng pelan dengan senyum yang tipis kemudian melanjutkan makannya.
Ketika hari telah menunjukkan pukul 09.25 saat matahari mulai merangkak ingin menuju puncaknya, Ragananda menggeret sepedanya mengeluarkannya dari garasi.
Hampir setiap hari Raga keluar di jam seperti itu dan akan kembali saat matahari mulai menyembunyikan diri. Setiap hari yang dilakukan lelaki itu hanya melakukan pekerjaan-pekerjaan ringan yang langsung diberikan upah. Namun, hasilnya selalu diberikan kepada orang-orang yang lebih membutuhkan orang-orang yang ditemuinya di jalanan.
Hatinya senang ketika melihat orang lain tersenyum apalagi sebabnya adalah dirinya sendiri. Hatinya begitu terenyuh ketika melihat mereka yang tak mampu harus memunguti bekas orang lain hanya demi sesuap nasi untuk mengisi perut.
Langkah Raga terhenti saat melihat seorang gadis keluar dari gerbang sebelah rumahnya, Tersenyum singkat kearah gadis itu dan menyapanya kemudian Raga berlalu begitu saja.
Sedangkan Dahayu yang disapa hanya mengangguk singkat dengan senyum tipis diwajahnya. Gadis itu terus memandang kearah Raga yang berjalan semakin menjauh bersama sepedanya hingga menghilang ditikungan.
Di sinilah Raga berada sekarang. Sebuah tempat di mana orang-orang kelas bawah tinggal. Rumah kecil nan lusuh dipinggiran kota yang ditempati beberapa anak jalanan untuk berteduh dari panas dan hujan.
Tidak hanya anak-anak tapi ada beberapa orang dewasa juga di sana dan seorang nenek yang berusia 70 tahunan.
Hari ini semua orang yang ada disana sedang berduka atas kematian nenek Sri. Padahal baru kemarin mereka melihat nenek tua itu kembali memasak makanan untuk mereka dengan bahan seadanya setelah lama terbaring sakit disana.
Agus, anak berusia 10 tahun itu sedari tadi tidak henti-hentinya menangis disamping Raga. Sedangkan Raga yang melihat itu hanya bisa mengusap punggung Agus dan melontarkan kata-kata menenangkan agar anak itu mengerti.
"Udah ya Gus, Nenek di atas sana pasti sedih liat Agus disini nangisin dia," ucap Raga yang mencoba menenangkan anak itu.
Anak itu langsung diam dan menyapu air matanya dengan punggung tangannya.
Agus memang cucu yang paling disayangi oleh nenek Sri meskipun bukan cucu kandungnya. Bagi Agus, kehilangan nenek Sri lebih menyakitkan dibandingkan saat ia dibuang oleh orang tuanya.
"Bang, Agus nakal ya? Sampai tuhan selalu ngambil sumber kebahagiaan Agus,"
"Dulu Bang Dika, sekarang nenek Sri yang ninggalin Agus,"
Dulu ada seorang remaja 16 tahun bernama Dika yang juga memiliki hubungan erat dengan Agus. Tapi, remaja itu meninggal dunia sebab sakit yang dideritanya.
"Tidak kok, Agus tidak nakal,"
"Agus itu baik. baik sekali sampai tuhan terus menguji kamu dengan kehilangan orang-orang yang kamu sayangi. Tuhan tau kamu kuat dan mampu melewati semuanya,"
"Dan soal mereka yang telah pergi, kamu paham sendiri'kan? Kalau yang hidup itu pasti akan mati. Karena di dunia ini tidak ada yang bersifat abadi,"
Anak itu menangkap satu hal dari ucapan Raga, bahwa deritanya pun pasti akan berakhir suatu hari nanti dan berganti dengan kebahagiaan meski itu tidak pula abadi.
"Bang Raga tidak akan pergi seperti mereka juga'kan?"
"Hidup memang tidak ada yang abadi,tetapi mereka yang telah pergi akan abadi bersama kenangan yang ada di hati."
Published
11-01-2022
KAMU SEDANG MEMBACA
BEFORE 2000 (you and memories)
Teen FictionHanya tentang dia dan kenangan di tahun sebelum 2000