Happy Reading
Typo bertebaran. 🍃******
Setelah segala pembicaraan yang menurut Javier sangat tidak penting beberapa saat yang lalu, kini pria itu telah kembali memasuki area Mansion yang selama ini di tinggali. Bersama para bodyguard pilihannya dan juga para pelayan yang bertugas mengurus mansion megah berlantai tiga tersebut yang cukup jauh dari keramaian. Sengaja, sebab Javier menyukai kebisingan tidak penting.
Terhitung sudah hampir delapan tahun ia memilih sendiri dengan dunianya. Javier sangat menutup diri dari orang-orang yang menurutnya sangat tidak layak untuk sekedar berteman. Menjauh dari mansion utama keluarga Albern setelah peristiwa yang masih sangat membekas dalam hati dan jiwanya.
Mengingatnya saja tangan Javier terkepal kuat dan rasanya ingin sekali menghabisi biang dari semuanya. Namun, ia akan menahan diri. Biarkan saja semuanya berjalan bagai air laut yang tenang sebelum gelombang dahsyat datang menghancurkan semuanya. Dan itu pasti terjadi. Hanya tinggal menunggu waktu saja.
Javier tengah berjalan memasuki mansionnya dengan bodyguard bersusun rapi disisi kanan dan kiri, menunduk hormat pada sang Tuan. Javier duduk disofa yang berada diruang tamu setelah membuka kancing jasnya.
"Apa jadwalku hari ini, Patrick?" Javier bertanya sambil mengotak atik ponsel yang berada di tangan. Patrick Volker merupakan sekretaris pribadinya yang telah bekerja cukup lama.
"Jadwal Anda kosong hingga hari pernikahan. Saya telah mengatur ulang semuanya, Tuan." Beritahu Patrick sigap. Pria berusia tiga puluh tahun itu berdiri tenang disebelah sofa yang Javier duduki.
Javier menghentikan gerakan pada layar ponsel. Menggeladah sambil menatap Patrick dengan salah satu alis terangkat. "Ada masalah?"
"Tidak ada, Tuan. Hanya saja ini perintah Mr. Albern langsung. Beliau memerintahkan saya untuk mengosongkan semua jadwal hingga hari pernikahan Anda digelar nanti. Dan untuk sekarang Anda bebas dari tugas perusahaan. Anda bisa beristirahat." Urai Patrick panjang lebar dengan sangat lancar dan sempurna. Terlihat sekali, bahwa Javier memang benar-benar mempekerjakan orang-orang yang memiliki kompetensi terbaik dalam bidang masing-masing.
"Wow, mereka benar-benar mempersiapkan semuanya dengan detail." Respon Javier dengan senyum miring. "Tapi lupakan hal itu. Sekarang katakan saja, apa jadwal yang harus aku lakukan hari ini." Lanjutnya memerintah.
"Maaf Tuan, saya tidak berani membantah perintah Tuan Albern." Patrick menundukkan kepala.
"Benarkah?" Seru Javier. Namun tak lama kemudian, pria itu bangkit dari duduknya dan berdiri dihadapan Patrick.
Tanpa perlu berkata dengan sopan, Javier merampas macbook yang berada ditangan sekretarisnya. Tindakan tiba-tiba itu, tentu saja membuat Patrick tersentak beberapa detik dan langsung mendonggak menatap sang Tuan yang kini tengah berselancar mengotak-atik macbook berwarna hitam. Patrick hanya bisa menghela napas pelan. Menjadi Sekretaris Javier memang sangat butuh kesabaran yang mumpuni. Pria itu benar-benar bersikap tidak ubahnya seorang diktaktor yang tidak ingin dibantah.
"Kita berangkat ke Prancis satu jam lagi. Persiapkan semuanya." Titah Javier setelah membaca semua jadwal yang sebelumnya disuruh batalkan.
"Tapi Tuan--" Sanggah Patrick yang langsung dibalas tatapan tajam Javier.
"Jika kau tidak ingin ikut terserah, aku bisa pergi sendiri." Balas Javier dingin dan segera berlalu dari hadapan Patrick menuju lift pribadi, untuk ke kamarnya yang berada dilantai tiga.
"Baiklah. Saya akan menyiapkan sesuai dengan perintah Anda, Tuan. Seperti biasa." Patuh Patrick akhirnya.
Javier yang masih bisa mendengar hal tersebut menghentikan langkahnya sejenak. Dan kemudian---
KAMU SEDANG MEMBACA
LILYAN (END)
Romance"Saya tidak akan pernah sudi menjadi perempuan bodoh yang hanya bisa menganggukan kepala mengikuti segala perkataan Anda." Ucap Lilyan Evangeline Lawrence dengan tajam pada pria tampan yang kini tengah menampilkan senyum kecil mendengar perkataannya...