Jeongin berjalan dengan perlahan di kota kelahirannya. Kedua tangannya mencari kehangatan di saku mantelnya. Cuaca semakin dingin, ia menghela nafas sambil menatap langit. "Bagaimana kabarnya?"
Ponselnya berbunyi, menampilkan nama managernya. "Halo?"
"Jeongin dimana? Kenapa lama?"
"Maaf, aku akan segera kesana" Sambungan tertutup setelah managernya menyuruh Jeongin untuk bergegas. Pemuda itu mengantongi kembali ponselnya, merapatkan topinya dan bergegas pergi.
Saat sampai di gedung dimana ia akan melakukan record album terbarunya, Jeongin adalah seorang penyanyi. Ia telah melakukan debutnya satu tahun yang lalu. Ia merelakan masa SMA nya di Seoul, Jeongin mengikuti audisi disana dan di pindahkan ke Busan.
"Kenapa banyak mobil disini?" tanyanya bingung. Ia memilih tidak peduli dan masuk ke dalam gedung. Saat di dalam lift ia berpapasan dengan pria yang sedikit lebih tinggi darinya, ia memakai topi dan masker. Awalnya Jeongin biasa saja sampai aroma familiar masuk ke dalam indera penciumannya.
Ia melirik ke samping, namun pintu lift terbuka dan pria itu keluar dari sana. "Mungkin bukan, mungkin hanya parfum yang sama" katanya dalam hati. Ia terus naik dan lift terbuka, Jeongin pun segera keluar.
Jeongin masuk ke dalam ruang rapat, disana sudah ada managernya. "Kenapa kau lama sekali?"
"Maaf" manager Jeongin memberikan beberapa lembar kertas. "Kita punya desainer set yang baru, ia sudah datang disini mungkin beberapa menit lagi ia akan kemari. Kau baca dulu itu, aku akan segera kembali" kini tinggal lah Jeongin sendirian, ia membaca kertas-kertas itu dengan teliti.
Tak lama pintu terbuka dan beberapa orang masuk ke dalam ruangan, meeting pun segera di mulai. "Baiklah semuanya, kita kedatangan desainer art kita yang baru, silahkan perkenalkan dirimu"
"Oh? Orang yang di lift tadi" batin Jeongin. Pria itu membuka masker dan topinya, kemudian ia memperkenalkan diri "Selamat siang semuanya, perkenalkan saya Hwang Hyunjin desainer art yang baru. Mohon kerja samanya" Hyunjin membungkuk memberi hormat. Mata Jeongin membola "Dia disini".
Meeting terus berlanjut sampai akhirnya tiba waktu Jeongin akan rekaman. Ia menyiapkan segalanya, melemaskan pita suaranya. Jeongin pun bernyanyi. Tapi sial, suaranya pecah. Ia terlalu gugup karena ada Hyunjin disana. Cinta pertamanya ada disana.
3 tahun yang lalu
"Salju turun lebih cepat bukan?" Pemuda tampan itu memandang langit yang menurunkan salju, butirannya terasa lembut saat menerpa wajahnya.
"Jeongin, sekarang sampai nanti, aku ingin terus melihatmu saat salju pertama turun. Seperti sekarang. Mereka jauh lebih indah jika melihatnya bersamamu" Jeongin meremat sisi mantelnya kuat, ia benar-benar bimbang.
"Hyunjin, sebenarnya...." Hyunjin mengernyit karena bingung "Ada apa?"
"Aku akan ke Busan untuk menyelesaikan masa trainee ku" jelasnya. "Kau akan meninggalkanku?" kata Hyunjin. "Maaf" Jeongin tertunduk, air matanya menetes. Hyunjin memeluknya dan berkata "Tak apa, itu impianmu. Kejarlah, aku akan menyusulmu" tangis Jeongin semakin pecah, ia membalas pelukan Hyunjin dengan erat
"Maafkan aku"
"Jeongin fokus lah, kau akan merusak rekamannya" produser menyadarkan Jeongin yang melamun, ia melihat ke depan. Hyunjin sudah tidak ada disana. "Maafkan aku, boleh aku ambil istirahat sebentar?" setelah diijinkan, Jeongin keluar studio dan pergi menuju cafe di gedung. Ia memesan segelas kopi disana. Saat ia hendak kembali ke studio, tiba-tiba salju turun. Jeongin bisa melihatnya dari kaca gedung.
"Sepertinya salju tahun ini turun lebih cepat lagi" kata seseorang yang berdiri di sampingnya. Jeongin menoleh "Hyunjin" yang di panggil tersenyum. "Aku pernah bilang padamu, aku akan menyusulmu" katanya.
Jeongin tertawa pelan "Pria gila". Hyunjin ikut tertawa akibat perkataan Jeongin. "Sayangnya pria gila ini cinta pertamamu" Hening kemudian. Jeongin kembali menyesap kopinya.
Hyunjin terus memandangnya "Berhenti melakukan itu, kita bisa ketahuan" Jeongin memperingati. "Aku tidak peduli, aku senang melihatmu lagi, tepat saat salju pertama turun" Hyunjin mengusap rambut Jeongin. "Masih halus seperti dulu" Jeongin semakin tersipu di buatnya.
"Setelah rekamanmu selesai, ayo kita makan bersama" tawar Hyunjin, Jeongin tersenyum dan mengangguk.
Sepertinya harapan Hyunjin akan terus terkabul dari sekarang sampai nanti.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ini adalah cerita pertama yg gue tulis di book ini. Tpi ga gue up dluan.