Surprise

262 38 7
                                    

Hari ini adalah hari ulang tahun Hwang Hyunjin. Seorang anak tunggal dari pengusaha kaya. Usianya telah genap 17 Tahun, hal besar yang ia inginkan adalah seorang teman. Sejak kecil Hyunjin tidak memiliki teman dalam hidupnya, itu karena ia tidak pernah keluar dari rumah besarnya. Orang tua Hyunjin mengatakan padanya bahwa banyak ancaman besar di luar sana. Mengingat Hyunjin adalah anak satu-satunya dan banyak pesaing bisnis dari keluarganya, membuat Hyunjin mau tidak mau menuruti orang tuanya.

Saat sedang menikmati rintik hujan di dalam kamar, seorang pria paruh baya masuk ke dalam kamarnya. Membawa sesuatu besar yang ia dorong. "Hyunjin" panggilnya. Hyunjin menoleh, ia cukup terdiam dengan bungkusan yang di bawa oleh ayahnya.

Ayah Hyunjin melambaikan tangan, menyuruh Hyunjin untuk datang. "Hari ini adalah hari ulang tahunmu. Maafkan ayah karena harus melakukan ini semua" pucuk kepala Hyunjin ia usap lembut. Hyunjin hanya diam mendengarkan. "Waktu itu kamu bilang ingin memiliki teman, benar bukan?" Hyunjin tersenyum dan mengangguk.

Ayahnya memegang tangan Hyunjin dan memberinya tali pita yang mengikat bungkus kado besar di depannya. "Temanmu ada disini, ayo buka" tanpa basa basi Hyunjin menarik tali pita itu. Saat terbuka ia melihat sebuah boneka yang tingginya sama dengan dia. boneka itu sangat mirip dengan manusia. "Apa dia temanku?" tanya Hyunjin.

Ayahnya menjelaskan bahwa itu adalah boneka, Hyunjin bisa bermain dengannya dan mengajaknya berbicara karena boneka tersebut memiliki sensor suara yang dapat merespon suara manusia. "Aku bisa berbicara dengannya?" ayahnya mengangguk. Hyunjin tersenyum senang dan memeluk boneka itu. Impiannya memiliki teman telah terwujudkan dengan adanya boneka itu.

"Aku memberinya nama, I.N"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

8 Tahun kemudian...

Hyunjin tengah merebahkan dirinya, dengan setelan jas yang masih menempel di tubuhnya. Ia kini telah memiliki pekerjaan, meneruskan usaha ayahnya tentu saja. Hyunjin menghela nafas, menjadi dewasa sangat berat baginya. Apalagi tumbuh tanpa adanya orang lain dalam hidupnya. Sekarang Hyunjin tau,  sekejam itu dunia di luar sana.

Jam sudah menunjukkan pukul 21.00. Kepalanya terasa berat sampai enggan berdiri untuk membersihkan diri. Hyunjin memilih tetap menutup matanya, berharap dia akan tertidur. Menit demi menit berlalu, Hyunjin merasa kalau dirinya akan segera terlelap. Namun usapan di kepalanya membuatnya terkejut dan terjaga.

Ia melihat ke sekitar, tidak ada siapapun di rumahnya. Lalu siapa yang mengusap rambutnya?. Hyunjin memilih tidak peduli dan kembali memejamkan mata. Kali ini ia merasa kancing bajunya terbuka dengan perlahan. Hyunjin mencoba membuka matanya sedikit, berniat mengintip siapa pelakunya. Kondisi kamarnya yang gelap membuat Hyunjin cukup kesulitan. Tapi siluet bayangannya, Hyunjin seperti mengenalnya.

Hyunjin bergerak dengan cepat menggenggam tangan seseorang yang telah berhasil membuka setengah kancing kemejanya. Matanya melebar saat tau ternyata itu adalah tangan I.N, teman bonekanya. Hyunjin bangkit dan bergerak mundur membuat jarak antara dirinya dan I.N.

I.N berdiri disana, dengan rupa bonekanya yang kaku. Hyunjin menatap lama. Tiba-tiba kilat di susul gemuruh langit membuatnya terkejut dan reflek menatap ke arah jendela. Hujan turun dengan derasnya. Saat ia kembali menatap I.N, boneka itu sudah berada tepat di depannya, merangkak di atas kasur, posisi wajah keduanya sangat dekat. Hyunjin lagi-lagi terkejut, ia kembali mundur sampai hampir terjengkang dari ranjangnya.

"AYEN!" Hyunjin dengan lantang memanggil nama I.N. Ia menelan ludah kasar, reaksi antara terkejut juga takut bercampur menjadi satu. Kepalanya bahkan terasa semakin sakit.

"Hyunjin" sahut I.N dengan suara manusianya. I.N tidak mengeluarkan suara seperti boneka pada umumnya. Tak lama badannya bersinar. I.N berubah menjadi manusia, penampilannya tak berbeda jauh, hanya saja I.N lebih menjadi nyata.

Hyunjin tercengang, ia menatap kedua manik mata I.N. "Kenapa bisa?" lirihnya. "Aku kelelahan sampai halusinasi" Hyunjin memegang kepalanya.

"Apa itu halusinasi?" I.N berbicara lagi. "Hyunjin lucu" Hyunjin masih diam, mencerna segala hal yang baru saja terjadi. I.N memegang pipi Hyunjin, menatapnya dengan tersenyum. "Ayen sayang Hyunjin" boneka itu mendekat ke arahnya dan mengecup bibir Hyunjin.

Hyunjin yang sudah sakit kepala makin sulit merespon. Ia hanya diam dan tak lama kesadarannya hilang.

.

.

.

.

.

Saat pagi menjelang, Hyunjin memeriksa boneka miliknya di sudut kamarnya. Berdiri dengan kaku khas boneka. Hyunjin menatap dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sesekali menyentuh pipi juga lengannya. Mencoba mencari kebenaran apa yang telah terjadi semalam. Namun I.N tetap boneka, ia tidak bergerak dan kaku.

"Aku mungkin bermimpi" Hyunjin memilih menyudahi rasa penasarannya dan pergi ke kamar mandi. Tanpa ia sadari I.N tengah tersenyum tipis di sudut kamarnya.






























Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ONESHUUUTTT - HYUNJEONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang