2 - perjanjian

323 210 653
                                    

ADZAN SUBUH telah berkumandang sejak dua puluh menit yang lalu namun Langit belum ada tanda-tanda akan bangun menunaikan sholat lima waktu tersebut. Bahkan anak cowok itu masih tetap mendengkur saat Sang Ibu membangunkannya sembari mengomel.

"Lang! Bangun sholat subuh dulu!!!!"

Suara serak khas bangun tidur terdengar. "Iya Bun, lima menit lagi." katanya pelan.

"Kamu ini dari tadi lima menit mulu, gimana nanti kuliah di Jogja?! Masa iya kamu bolos mulu!?" Omel Marlina lagi.

Langit mengerjapkan kedua matanya beberapa kali karena cahaya lampu yang sudah pasti dinyalakan oleh Bundanya kemudian ia mengubah posisi yang semula berbaring menjadi terduduk. "Iya ini udah bangun,"

Marlina tersenyum puas. "Gitu dong dari tadi, Bunda udah capek tau gak bangunin kamu. Gimana nanti udah mulai kuliah Lang? Bunda ga mau kamu kesiangan kayak gini terus, nanti di sana siapa yang bakal bangunin kamu kalo bangun buat subuhan aja susahnya minta ampun."

Astaga, telinganya terasa makin sakit saja.

Bundanya tidak tahu saja semalam ia tidur jam berapa..

"Iya Bundaaaa cantik. Langit mau wudhu dulu."

Ting!

Ting!

Ting!

"Buset dah hape lu noh Lang, rame amat keknya." ucap Vino dengan kedua matanya yang fokus pada layar tv dengan konsol game yang berada digenggaman tangannya.

Vino Bastian—merupakan salah satu sahabat Langit di sekolah. Walaupun bobrok dan paling sering sekali di bully diantara mereka berlima, dia termasuk cowok yang setia pada temannya dan mempunyai sifat penyayang. Apalagi sama doi, eh.

"Ah anjing mati mulu gue," Vino berdecak sebal kemudian melempar dirinya ke arah sofa berukuran panjang.

Sementara Kafi berceletuk, "Lo cacat mainnya Pin."

"Eh anjing lo Kap!" sambar Vino lalu kembali mengumpat kata-kata kasar. "dasar anak anjing." katanya lagi dan cowok yang bernama Kafi itu terkikik geli.

Xavier Kafi atau yang sering dipanggil Kafi—cowok blasteran darah Jawa-London dengan kulit yang putih. Suka sekali main bilyard dan basket. Paling benci dengan buah durian karena baunya yang terkenal menyengat. Tinggi 180 senti setara dengan Langit. Si cowok ganteng yang punya humor rendah. Walaupun ganteng tapi slotnya masih kosong kok alias jomlo.

Mauretta Karina
P.
Pppppppp.
Ppppppppppppppppp.

"Weh siapa ini Mauretta Karina?!" teriak Vino histeris saat melihat message LINE di handphone Langit yang sukses membuat dirinya menjadi pusat perhatian. "Lang slot lu udah unavailable?!!!" tanyanya lagi.

"Bangsat." umpat Langit kemudian mendekati Vino dan mengambil paksa ponsel miliknya. "Lo tau privasi ga sih Vin?" Langit bertanya dengan nada yang dingin.

Sedangkan tersangka malah menyengir tak berdosa lalu mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya sehingga membentuk seperti huruf 'V'. "Soriiii Lang, gue cuma liat dinotifnya doang hehehe."

Noval berceletuk. "Omelin Lang, biar tau rasa jadi orang kepoan bat anjir."

"Nah agree banget sama Nopal," sahut Bryan ikut mengompor-ngompori.

"IH GUE MULU SI ANYING."

"Emang salah lo kutil!" balas Bryan.

Langit menghembuskan napas gusar, to be honest Langit paling tidak bisa marah dengan sahabat-sahabatnya. Karena anak cowok itu jarang sekali marah, paling hanya suka merendam amarahnya agar tidak membesar dengan cara diam. "Lain kali jangan diulangin lagi," sahutnya.

MahardiKarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang