4 - dinner bersama

196 151 351
                                    

GADIS itu sedari tadi sibuk menghantuk-hantukan kepalanya menggunakan ujung bolpoin bertinta hitam. Dia sudah melakukan aktivitas tersebut sejak beberapa menit yang lalu, dengan pandangan menunduk memandangi coretan angka yang mampu membuat kepalanya pusing bukan kepalang.

Cowok yang merupakan guru matematikanya itu dengan sialnya memberikan dia tugas les soal-soal pelajaran laknat sebanyak 20 butir soal. Benar-benar cukup membuat Karina istighfar ratusan kali. "Mtk sialan gue capek banget, ya, ngerjain lo terus!" rengut Karina pada soal matematikanya–seolah ia tengah berbicara dengan angka-angka itu.

Dreet. Dreet.

Karina langsung mengangkat telepon masuk itu tanpa mengecek tampilan namanya. "Apa!?" tanya Karina dengan nada suara galak.

"Buset galak amat, Mbak. Lagi tanggal merah emang lo?" Celetuk Aksa di seberang sana yang sudah Karina hafal suaranya, kemudian suara dengusan Karina terdengar.

"Ga usah banyak cincong lo! Gue lagi mumet, ada apaan?" Karina bertanya dengan sedikit nge-gas.

"Et ngapain mikirin si Mumet si, mending juga anterin gue cari kado yuk."

Lagi-lagi Karina mendengus. "Hadeh ga selera gue, perasaan lo ga punya doi dah, udah cari-cari kado aja lu gue liat-liat." kata Karina dengan blak-blakan.

"Idih walaupun gue jomlo, yang mau sama gue banyak kalee..." sahut Aksa dengan kepedean yang setinggi gunung es di kutub selatan.

"Lagi ga nafsu gue, nt dah."

"Lah nt apaan, gue mah ga pernah nt brou!" Aksa menyahut tak terima, mungkin dia menangkap kata-kata 'nt' yang diucapkan oleh Karina barusan adalah sebutan dari nice try–yang mana itu adalah sebutan untuk orang-orang yang jalan percintaannya tidak semulus jalan tol alias gagal terus.

"Next time dodol! Dah ah! Bye!" Lalu Karina langsung menutup sambungan telepon itu secara sepihak. Kedua matanya menatap pandangan miris ke kertas latihan soalnya itu.

Lantas pikirannya pun menuju dengan omelan Mama tercintanya itu mengenai nilai matematikanya saat pengambilan raport ujian sekolah nanti, dan bayang-bayang iPhone keluaran terbaru pun lenyap seketika. Membayangkannya saja membuat Karina nyaris lemas setengah mati.

Ia menarik napas kemudian menghembuskannya dengan perlahan, oke, Karina harus berpikir positif. Dia pasti bisa melalui cobaan-cobaan yang sejujurnya tidak berminat untuk Karina cobain. Dia mengambil pulpen dan mulai mengerjakan soal yang menurutnya mudah lebih dulu.

Langit Adrian Mahardika
Gw g bs ngajar les.

Mauretta Karina
Yaudah, mang syp yg
nyuruh les hari ini(?)

Langit Adrian Mahardika
Just announcement.

"Idihh announcement-announcement bapak lo peang!" gerutu Karina saat membaca pesan dari cowok dingin sekulkas seratus pintu itu. Rasa-rasanya ia akan membalas guru tutornya itu dengan hal yang biasa cowok itu lakukan.

Mauretta Karina
Y.

Selang beberapa detik kemudian Langit membaca pesan singkat yang Karina kirim, karena dibawah pesan yang ia kirim tadi ada tulisan read yang artinya Langit sudah membacanya. "Rasain lo!" kata Karina sambil tersenyum puas.

"Sayanggg," panggilan suara Ibunda terdengar di telinganya, lantas Karina langsung mengalihkan pandangannya yang semula menatap layar elektronik itu menjadi ke sumber suara.

MahardiKarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang