UCAPAN Nalendra kemarin nyatanya bukan hanya omong kosong belaka, anak laki-laki dengan kulit sawo matang itu benar-benar serius dengan perkataannya bahwa dia ingin duet bersama Karina di acara pentas seni nanti. Terbukti dengan Viona yang langsung mendaftarkan namanya didaftar nama siswa-siswi yang akan tampil di pentas seni SMA Garuda nanti.
Karina hanya bisa pasrah saja, dia tidak bisa melakukan hal apapun lagi selain menerima dengan lapang dada. Lantaran Viona beserta antek-anteknya itu memaksanya untuk ikut mengisi acara pentas seni, bahkan Viona sedikit mengancam dirinya jika dia tidak mau menuruti perkataannya Viona tidak akan segan-segan untuk tidak lagi memberi contekan kepada Karina.
Kampret. Kampret.
Karina bisa mati kutu jika ancamannya seperti itu.
Dan pada akhirnya Karina hanya bisa menganggukan kepala lemah lalu dibalas dengan senyum kemenangan oleh Viona.
"Gak papa, Ta. Itu artinya lo bisa nunjukin ke anak-anak sini kalo lo itu bisa main piano!" kata Shafira dengan semangat yang menggebu-gebu.
Karina memutar bola matanya malas ketika sahabatnya terlalu excited. "Maka dari itu, Ra. Gue males," sahutnya kemudian melahap mie ayam yang sudah digulung menggunakan kedua sumpit.
"Ah ga asik lo."
"Bho-dho," balas Karina dengan kondisi mulut yang masih penuh mie ayam dan mengunyahnya. Ketika kunyahan makanan mie ayam itu sudah berhasil ditelan, Karina meminum ice lemon tea yang isinya sudah tidak penuh lagi. Matanya menangkap sosok Nalendra yang seperti sedang berjalan ke arahnya.
Dan dugaan Karina tepat sekali.
"Halo gengs boleh sharing meja?" ujar Nalendra dengan ramah namun sebelum diizinkan oleh dua anak perempuan yang diajak berbicara dengannya, Nalendra langsung duduk di bangku panjang tepat di sebelah Karina.
Shafira menggerutu. "Belom dikasih izin juga lo maen duduk aja, Len!"
Nalendra tertawa. "Ye ga papa dong! Karina aja santai gue ada di sini," sahutnya lalu mengalihkan penglihatannya pada Karina. "ye ga, Kar?"
"Gak, gue males sama lo Len."
Kini berganti Shafira yang tertawa puas. "Hahahaha sukurin lo!"
Sementara Nalendra tersenyum kecut karena Shafira menertawainya dengan puas. Lelah karena terus-menerus tertawa, pada akhirnya Shafira menyudahi aksi tertawa tersebut lalu meminum minuman yang dipesannya tadi. Sedangkan anak laki-laki yang baru datang sejak beberapa detik yang lalu menusuk satu buah siomay berbumbu kacang untuk dibawanya ke dalam mulut dan mengunyahnya. "Lo berdua harusnya seneng gue dateng ke meja ini." kata Nalendra setelah menelan siomaynya yang mungkin saat ini sedang dicerna disaluran pencernaannya.
"Dih seneng apaan," tukas Karina yang sepertinya tidak terima dengan pernyataan yang dilontarkan Nalendra barusan. "Yang ada malapetaka kalo lo dateng ke sini, Len." kata Karina lagi dan mampu mengundang tawa Shafira.
"Hahaha bego lo, Ta!"
"Anjir ye lo. Awas aje lo ga gue traktir es krim budhe lagi!" Nalendra berkata dengan setengah mengancam walau sejujurnya dia tidak akan benar-benar melakukan hal tersebut.
Karina memasang raut wajah kecewa dan sedih yang sengaja dibuat-buat. "Gitu ya kamu sama aku! Nanti aku aduin ke mama loh," ucap Karina yang suaranya dibuat seperti suara anak kecil.
Lagi-lagi Nalendra dan Shafira tertawa hingga mereka bertiga menjadi pusat perhatian.
Seharusnya ga salah kalo gue tertarik sama lo, Kar.
⚫
Ting!
"Lah? Kok lo bisa ada di sini?!" Karina bertanya dengan nada yang terkejut bukan main, bahkan suara dentingan pesan masuk dari Aksa tidak dihiraukannya. Ya, karena sosok laki-laki dihadapan Karina ini lebih penting dari pesan Aksa yang isinya hanya pap foto yang bertujuan untuk pamer kepadanya. Memang adik sepupu sialan!

KAMU SEDANG MEMBACA
MahardiKarina
Ficção AdolescenteLangit Adrian Mahardika. Cowok berparas diatas rata-rata dengan kepintarannya yang sudah tidak diragukan lagi sekaligus MABA universitas negeri di Yogyakarta. Mauretta Karina. Perempuan yang dipaksa masuk jurusan IPA, bodoh dalam pelajaran matematik...