Part 12
Keduanya masih sibuk mencoret-coret buku mereka masing-masing, mencari sebuah jawaban dari soal yang baru saja mereka bahas.
"Gue udah nih." Dipta memberikan buku catatannya pada Alula.
"Cepet banget. Aku aja belum loh."
"Iyalah, Dipta gitu loh."
Alula menaruh pensilnya dan menutup bukunya. "Karena kamu udah paham, pelajaran hari ini sampe sini dulu."
Dipta melirik jam yang terpasang di dinding. Ternyata sudah jam 4 sore. Sudah 3 jam mereka belajar. Memang sudah seharusnya Alula pulang sekarang.
"Gue ganti baju dulu." Dipta berdiri dari duduknya.
"Ngapain ganti baju?" tanya Alula.
"Banyak nanya ya lo, tunggu aja disini sebentar." Dipta berjalan masuk kedalam kamarnya. Semenit kemudian ia keluar dari kamar dengan menggunakan kemeja dan juga jeans berwarna biru.
Alula memperhatikan Dipta yang sibuk mondar-mandir mencari sesuatu.
"Kamu nyari apaan?"
Dipta membalas singkat. "Kunci mobil."
Alula berdiri dan ikut mencari. "Emang kamu taruh dimana terakhir kali?"
Dipta tidak menjawab. Ia sibuk mencari kunci tersebut di dalam laci-laci yang terdapat di ruang tamu. Ia membuka laci terakhir dan ia menemukan kunci tersebut.
"Yaudah ayo." Dipta berjalan menuju pintu.
"Lah udah ketemu?" Dipta mengiyakan.
Alula mengambil buku-bukunya dan berjalan mengikuti Dipta. "Kenapa pake mobil? Motor kamu kan udah bener."
Dipta tidak mengatakan apapun, hanya menunjuk ke arah rok Alula yang pendek. Alula kemudian paham maksudnya. Ia tidak bertanya lagi, hanya diam dan memasang sepatunya.
Dipta membuka pagar lalu pintu garasi mobil dan menghidupkan mesin. Dipta mengisyaratkan Alula untuk masuk, namun Alula masih diam menatap keluar pagar.
"Lo ngeliatin apaan sih? Masuk buruan!" Dipta turun dari mobil dan menarik Alula untuk masuk. Alula menahannya. Ia menyuruh Dipta untuk melihat kearah pagar.
Seorang pria paruh baya baru saja turun dari mobil dan masuk ke dalam pagar yang terbuka.
"Itu siapa?" tanya Alula dengan suara kecil.
"Masuk ke mobil cepetan." Dipta mendorong Alula untuk masuk ke dalam mobil.
Sebelum benar-benar masuk, Alula mendengarkan percakapan antara Dipta dan lelaki itu.
"Siapa dia?" Lelaki itu bertanya pada Dipta.
"Bukan siapa-siapa," balas Dipta singkat. Ia tidak menunggu balasan dari lelaki itu lagi. Ia masuk kedalam mobil dan mengunci pintu mobilnya.
Alula memberanikan diri untuk bertanya. "Tadi itu... siapa?"
"Papa."
"Kok nggak bilang? Aku mau salaman dulu ya?" Alula hendak membuka pintu namun Dipta menahan tangannya.
"Nggak usah."
"Kenapa?"
Dipta kemudian menatapnya datar. "Nggak semua urusan gue, lo harus tau kan?"
Alula langsung diam dan menunduk. "Iya, maaf."
Dipta memasangkan seatbelt pada Alula lalu menjalankan mobilnya melewati ayahnya yang masih memperhatikan mereka dari tempat mereka berdiri tadi.
Mereka sama-sama diam hingga pada akhirnya mereka sampai dirumah Alula. Alula membuka seatbeltnya lalu diam menunggu Dipta.
"Kenapa diem? Nggak masuk rumah?"
"Aku nungguin kamu, kamu masuk juga. Bunda mau ketemu kamu soalnya."
Dipta menaikkan sebelah alisnya. "Bunda? Kok bisa?"
"Pokoknya kamu masuk dulu aja deh, bentar aja."
Dipta menurut akhirnya. Ia turun bersama Alula dan mengikutinya masuk ke dalam rumah. Dilihatnya pekarangan rumah Alula penuh dengan bunga mawar. Sepertinya gadis ini menyukai bunga mawar, batinnya.
Alula membukakan pintu untuk Dipta. "Duduk dulu ya, aku panggilin bunda dulu." Dipta mengangguk singkat lalu duduk di sofa ruang tamu. Semenit kemudian wanita paruh baya keluar dari dapur bersamaan dengan Alula.
Dipta langsung berdiri dan menyalaminya. "Halo Tante," sapa Dipta pada Ibunda Alula.
"Ini Dipta ya? Wah kamu ganteng banget ya ternyata, lebih ganteng dari yang difoto." Aliya- ibunda Alula tersenyum manis pada Dipta.
Dipta yang tidak mengerti hanya tersenyum sembari mengangguk saja.
"Kamu apa kabar?" tanya Aliya.
"Baik, alhamdulilah. Tante gimana kabarnya?"
"Alhamdulillah sehat. Ohiya kamu mau minum apa? Nanti biar Alula yang ambilin." Alula sudah siap-siap ingin kedapur namun Dipta langsung menolak tawarannya.
Dipta menggeleng kecil. "Nggak usah Tante, Dipta juga udah mau pulang. Soalnya papa baru aja sampe rumah, nggak enak kalau Dipta keluar rumahnya lama," tolak Dipta sopan.
"Oh papamu baru aja pulang? Masih sering ya dia keluar kota?" tanya Aliya yang membuat Dipta tidak mengerti.
Dipta mengangguk lagi. "Ah iya Tante, masih sering. Kalau gitu Dipta pamit dulu ya?" Dipta berdiri dari duduknya dan menyalami Aliya.
Aliya tersenyum lebar sambil mengelus rambut Dipta dan mengangguk. "Hati-hati ya nak. Jangan suka ngebut, bahaya."
Dipta tersenyum manis lalu mengangguk. "Iya siap Tante. Dipta pamit dulu, assalamualaikum." Dipta melirik Alula sebelum keluar rumah. Ia melihat Aliya yang melambaikan tangannya sampai mobilnya hilang dari pandangan.
Dipta tersenyum sepanjang jalan mengingat perlakuan Aliya padanya tadi. Terlihat sederhana namun ia sangat menyukainya. Mengingatkannya pada sosok ibunya dulu. Lalu Alula? Gadis itu membuatnya tersenyum sepanjang hari. Dengan tingkahnya yang membuat ia kesal sekaligus gemas.
Dipta menggeleng cepat ketika otaknya langsung dipenuhi dengan memorinya hari ini bersama Alula.
Ia fokus kembali pada jalanan. Hingga akhirnya ia sampai kerumahnya tepat jam 5 sore. Ia memasukkan kembali mobilnya ke dalam bagasi. Menutup pagar lalu masuk ke dalam rumah. Ia melihat buku-bukunya masih berserakan di atas meja.
Ia membereskannya sedikit dan membawanya kembali ke kamar. Dilihatnya kamarnya juga penuh dengan sampah yang berserakan. Tanpa berpikir lagi, langsung ia buang sampah tersebut ke dalam tong sampah yang terletak di dapur.
Ia bernapas lega. Hari ini cukup menguras pikiran dan tenaganya. Namun ia puas. Banyak hal yang ia lewati hari ini.
Ia menuangkan segelas air ke dalam gelas dan meminumnya hingga tandas. Ia menaruh gelas tadi ke dalam wastafel dan hendak kembali ke kamar.
Belum ada lima langkah dari tempat ia berdiri tadi, ia berpapasan dengan ayahnya di tangga.
Dipta tidak menatap wajahnya. Ia menunduk dan melewati ayahnya begitu saja. Sebelum menutup pintu kamar, ia mendengar ayahnya berbicara.
"Gadis itu, pacarmu kan?"
•••
oke sampe sini duluuuu.
voment juseyooo
KAMU SEDANG MEMBACA
PRADIPTA
Teen Fiction"Dekat tapi tak tergapai. Ada tapi tak dianggap." ・・・・・・・・・・・ Pradipta Ananda. Kasar, sering berkelahi, hobi balapan, dan suka minum. BK sudah bukan tempat asing lagi baginya. Tidak ada satupun yang berani dengan dirinya. Ia disegani banyak orang k...