Part 22
"Alula?"
Alula ternyata mendengar suara Dipta yang mengintip dari jendela. Ia pun kemudian mengintip lewat jendela pula, matanya bertatapan dengan Dipta.
Dipta yang kaget langsung menjauhkan wajahnya dari jendela lalu membuka pintu rumahnya.
"Hai!" sapa Alula sambil tersenyum lebar ketika Dipta membukakan pintu untuknya.
"Ngapain sih lo? Pulang sana!" Dipta hendak menutup pintu namun Alula menahan pintunya.
"Putus hubungan boleh, tapi belajarnya nggak boleh putus!" Alula mendorong Dipta untuk menyingkir dari pintu dan menerobos masuk kedalam.
Alula duduk di sofa lalu mengeluarkan buku-buku yang ia bawa ke atas meja. Dipta yang melihat tingkah Alula itu hanya bisa pasrah, tak dapat protes. Sebab cewek itu tak akan pernah menurut kalau sudah begini.
"Gue nggak mau belajar." Dipta hendak masuk kedalam kamarnya, Alula langsung mengejar dan menahan tangan Dipta.
"Kalau pengen ngulang setahun, yaudah lanjut." Alula mulai menakut-nakuti.
Dipta langsung berhenti. Kalau dipikir sebenarnya perkataan Alula ada benarnya. Jika ia tidak belajar banyak, mungkin tahun depan ia akan mengulang lagi satu tahun. Tapi mau bagaimana? Dipta tak ingin lagi melihat Alula berada di dekatnya.
"Belajarnya lewat zoom aja, gue nggak mau deket-deket sama lo," ujar Dipta sambil melepaskan tangan Alula yang memegang tangannya.
Alula menyilangkan tangannya di depan dada. "Kamu itu ternyata nggak profesional ya."
Dipta mengernyit heran, "Maksud?"
"Ya, kita cuma mau belajar bukan pacaran. Harusnya bisa kan, nggak bawa-bawa masalah hubungan disini?" Dipta terdiam. Cewek ini memang paling bisa membuat dirinya terdiam tak bisa menjawab.
"Oke gini, anggap aja kita ini guru dan juga murid. Layaknya guru, kamu harus gaji aku nanti."
"Apa-apaan, gue juga nggak minta di ajarin lo kok," tangkas Dipta tak terima.
"Gaji nya cuma sebatang coklat setiap selesai belajar kok! Kamu kaya kan? Nggak mampu kah gaji aku coklat?" Alula menatap Dipta sambil tersenyum miring. Seperti meremehkan, Alula memang sedang memancing Dipta agar kesal dan mengiyakan.
"Okay, setuju." Dipta benar-benar mengiyakan.
Alula tersenyum kecil lalu mengajak Dipta untuk duduk di ruang tamu. Dipta menurut saja, ia tak mampu untuk menolaknya karena Alula begitu keras kepala.
"Belajar matematika lagi ya? Mapel lain kamu pasti bisa belajar sendiri." Alula membuka buku matematika miliknya ke atas meja.
Dipta duduk di samping Alula, namun agak berjarak. Tak sedekat biasanya mereka belajar seperti kemarin-kemarin. Alula sadar bahwa mereka sekarang memang bukan lagi sepasang kekasih, jadi ia tak mempermasalahkan itu. Asal Dipta nyaman kalau dia ada, itu sudah lebih dari cukup untuknya.
Alula mulai menjelaskan materi dengan pelan agar dapat mudah dimengerti oleh Dipta. Sebenarnya sejauh ini, Dipta adalah orang yang cepat tangkap. Ia mudah sekali memahami materi kalau ia benar-benar memperhatikan materi yang Alula ajarkan padanya.
"Terus, ini itu hasilnya nanti dibagi sama hasil yang sebelumnya. Ngerti kan?" Alula menatap Dipta yang masih fokus memperhatikan. Dipta mengangguk kecil lalu mulai mengerjakan soal yang terdapat pada buku tersebut tanpa Alula suruh.
Alula tersenyum melihat Dipta yang begitu semangat mengerjakan soal tanpa ia suruh lagi. Dipta sudah mulai berubah sedikit demi sedikit, dan itu membuatnya senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRADIPTA
Teen Fiction"Dekat tapi tak tergapai. Ada tapi tak dianggap." ・・・・・・・・・・・ Pradipta Ananda. Kasar, sering berkelahi, hobi balapan, dan suka minum. BK sudah bukan tempat asing lagi baginya. Tidak ada satupun yang berani dengan dirinya. Ia disegani banyak orang k...