Part 13
Pagi ini hujan turun begitu deras. Padahal seharusnya hari ini upacara bendera. Namun sudah pasti upacara itu dibatalkan hari ini.
Dipta sudah berangkat ke sekolah 5 menit lalu. Ia hari ini kesekolah menggunakan mobilnya. Ia senang karena jika hujan begini, ia boleh terlambat datang ke sekolah.
Ia melajukan mobilnya membelah jalanan yang masih belum ramai. Rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolah, namun ia melajukan mobilnya melewati sekolah. Hari ini tujuannya bukan ke sekolah dulu, melainkan rumah Alula. Ya, ia berniat menjemput Alula untuk pergi ke sekolah bersama.
Dipta memarkirkan mobilnya hingga masuk ke pekarangan rumah Alula karena dilihatnya pagarnya terbuka lebar.
Dipta keluar dari mobil dan berjalan cepat menuju pintu rumah Alula. Ia mengetuk pintu itu sambil mengucapkan salam.
Ketukan ketiga, pintu itu terbuka dan muncul lah Aliya dari dalam sana.
"Loh nak Dipta? Belum berangkat ya?" tanya Aliya begitu melihat Dipta berada di depannya sekarang.
"Saya mau jemput Alula, Tante. Alula nya ada?"
Aliya langsung mengernyit heran. "Bukannya tadi udah berangkat sama kamu?"
"Saya baru sampai, Tante," balas Dipta sambil tersenyum.
"Loh berarti bukan kamu yang jemput tadi ya, Tante pikir kamu. Soalnya Alula nggak bilang apa-apa selain pamit."
Dipta menghela napas panjang. "Yaudah kalau gitu, Dipta berangkat dulu ya Tante? Assalamualaikum." Setelah pamit, Dipta langsung tancap gas menuju sekolah.
Perasaanya nano-nano. Entah perasaan apa yang terjadi pada dirinya. Ia tidak marah, ia tidak kesal, ia tidak cemburu, namun perasaannya tidak baik-baik saja. Ia juga bingung.
Ia melajukan mobilnya sangat cepat. Hanya butuh 5 menit saja, ia sudah sampai ke sekolah. Ia memarkirkan mobilnya di samping mobil hitam sport yang tidak tahu milik siapa.
Ia berjalan menuju kelas, namun diperjalanan ia bertemu dengan Alula yang baru saja keluar dari kantin bersama dengan Dewa dan Varla.
Dipta ingin menghindar, namun Alula malah memanggilnya.
"Dipta!"
Dipta tidak menjawab, ia menatap lurus ke depan sembari mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana.
Alula yang merasa dihiraukan itu malah menggandeng lengan Dipta yang sedang memegang ponsel. Dipta sedikit kaget, namun ia langsung bisa mengatasi ekspresinya itu menjadi datar kembali.
"Ih kenapa sih? Kok aku panggil nggak jawab?" tanya Alula pada Dipta.
Dipta menunjuk langit yang masih hujan itu dengan wajahnya yang datar. "Hujan, nggak kedengeran," ucapnya beralasan. Padahal ia sudah melihat Alula dari kejauhan, bahkan ia mendengar dengan jelas teriakan melengking Alula yang memanggil namanya tadi.
Dewa dan Varla ikut mendekati. Dewa menatap Dipta tidak suka, sedangkan Dipta tidak melirik Dewa sama sekali.
"Al, ayo masuk kelas." Dewa menarik Alula agar gandengannya terlepas dari lengan Dipta.
Alula menoleh pada Dewa. "Oh iya, ayo."
Alula hendak berjalan meninggalkannya, namun Dipta menahannya. Alula yang bingung kemudian bertanya. "Kenapa?"
Dipta menggeleng. "Belajar yang rajin."
Alula terkekeh pelan menatap Dipta. "Harusnya aku yang ngomong gitu. Yaudah, semangat belajar sayang," ucap Alula sambil melemparkan kissbye pada Dipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRADIPTA
Fiksi Remaja"Dekat tapi tak tergapai. Ada tapi tak dianggap." ・・・・・・・・・・・ Pradipta Ananda. Kasar, sering berkelahi, hobi balapan, dan suka minum. BK sudah bukan tempat asing lagi baginya. Tidak ada satupun yang berani dengan dirinya. Ia disegani banyak orang k...