Setelah membetulkan pakaian, aku dan Fatty kembali duduk, kami berpandangan dan saling diam. "Kak.."
"Fatt..."
kami tertawa karena saling memanggil satu sama lain.
"Kamu duluan deh."Kataku
"Kakak duluan aja."Balas Fatty.
"Oke, kamu ga apa-apa ngelakuin ini sama aku, udah punya pacar, umur yah beda-beda jauh kali ya." Kataku setengah bercanda.
"Apaan sih kakak."Balas Fatty memukul tanganku yang sekarang bisa aku tangkap, lalu aku cium bibirnya.
"Justru aku yang mau nanya. Gimana sama Kak Aya, kalo tau kakak sama aku?" Pertanyaan Fatty membuatku terdiam, hingga aku pamit pulang.
Selama perjalanan menuju rumahku, aku teringat pertanyaan Fatty, lalu aku mengingat Aya sambil memandangi langit yang mulai berbintang, pemandangan yang amat jarang aku temukan di Jakarta.
Ingatanku kembali ke saat pertama kali bertemu dengan Aya, kita berdua adalah makhluk asing yang selalu bertemu di lift yang sama. Tidak pernah ada rencana, tidak pernah ada kata terucap tapi garis pertemuan membawa aku dan aya mengobrol bukan di lift, tapi di lobby gedung tempatku bekerja. Hujan waktu itu membuat kita terjebak di tempat yang sama untuk waktu yang lumayan lama, memaksa kita untuk saling bercerita.
Siapa yang menyangka, ternyata kosan Aya kebanjiran, sia-sia dia menunggu di jemput oleh temannya yang tidak kunjung datang dan tampaknya tidak ada kabar. Aku memandang muka cemasnya dan menawarkan dirinya untuk menunggu di kosannku yang tidak terlalu jauh dari kantor. Masih teringat jelas di ingatanku, kami berlari menembus hujan karena dengan bodohnya tidak satupun dari kami membawa payung, malam yang dingin juga membuat ojek payung enggan menjajakan payungnya dan cepat-cepat pulang ke rumah.
Setibanya kami di kosan, dalam keadaan basah kuyup dan tidak menggunakan alas kaki, aku memandang Aya, menyadari sorotan hangat dari matanya, kami tersenyum, kemudian tertawa bersama, dan malam itu kami berdua berpelukan lalu, berciuman di bawah shower air hangat. Malam itu perkenalan aku dengan Aya yang singkat malah mencairkan suasana dingin dalam lift selama ini. Sebelum tertidur, aku mencium bibirnya, aku memeluknya merasakan kulitnya menempel di telapak tanganku, malam itu hanya selimut yang membungkus badan kami berdua. Sejak saat itu aku dan Aya pacaran, lamunanku terhenti saat aku tiba di kosan milikku dan mendapati Aya sudah menungguku di kamar dengan senyumnya.
Aku terbangun di pagi hari, mendapati Aya di sampingku. Hari ini hari sabtu, Aya memang kadang menginap di tempatku atau aku menginap di tempatnya. Aya bergerak sedikit karena posisi tidurnya terganggu, aku bergerak perlahan agar dia tidak bangun. Tapi jam biologisnya membuat dia tersadar, dia membuka matanya perlahan, melihatku yang memandanginya sejak tadi.
"Ko udah bangun Yang?" tanyanya dengan suara parau
"Baru aja ko kebangun." Jawabku
"Masih ngantuk? Masi cape semalem?" tanyanya
Aku hanya menggeleng, "Ngga sih. Malah pengen lagi." Kataku
"Ihh, dasar, morning woods ya?" kata Aya sambil menyibak selimut yang menutupi tubuh kami berdua dan mendapati kejantananku sudah berdiri tegak.
"Kalo pagi-pagi ga morning wood kaya gini berarti ga normal kali." Kataku terkekeh.
Aya memandanginya lalu meraih batang kejantananku dengan tangannya sambil mengocoknya pelan. Aku menyambut bibirnya yang mendekati bibirku, kami berciuman, semetara tangannya masih asik mengocok kejantananku. Aku memeluk Aya yang kini berada di atasku, dengan satu gerakan aku membalik tubuhnya kini aku yang berada di atas menindihnya, kami masih berciuman, berpangutan dan bermain lidah, perlahan ciumanku turun ke leher, sementara tanganku asik meremas payudaranya. Bibirku perlahan bergerak dari leher Aya menuju payudaranya, bibirku beradu dengan dadanya dalam sedotan-sedotan kecil yang kuarahakan makin dekat dengan putingnya. Lidahku kini bermain di aerolanya yang halus, mengitari lingkaran coklat muda itu perlahan, lalu melahap putingnya. Sementara aya hanya melenguh dan menjambakki rambutku keenakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Parallel Love
RomanceJika Benang Merah Takdir Sudah Mengikat Kita berdua, di Bumi Manapun Kita Pasti Akan Bersatu