So this is the ending, guys.
Yuk bisa yuk komennya di ramein.
Bacanya pelan-pelan aja ya, karena yah ini lumayan panjang daripada chapter- chapter sebelumnya.Selamat membaca!
Hampir satu jam mungkin Rosie menekuk wajahnya. Memandang malas ke arah Jenan yang sedang bercengkrama dengan Ayah Bundanya beserta Reksa di ruang tamu. Sedari tadi mereka berbincang kesana-kemari membicarakan banyak hal tanpa menghiraukannya yang sudah berdandan rapi malam ini. Bahkan ia tidak bisa ikut andil banyak dalam pembicaraan mereka karena sejak tadi Reksa dan Ayah banyak berbincang tentang pembicaraan bapak-bapak seperti masalah proyek bahkan politik yang tidak banyak ia minati.
Jika ditanya alasan mengapa ia berdandan rapi malam ini jawabannya adalah karena Jenan mengajaknya pergi keluar untuk mengecek proyek malam ini. Dua hari lagi lelaki itu akan berangkat ke Irian Jaya. Maka dari itu, Rosie dengan rasa yang sedikit sedih pun menerima ajakan Jenan untuk menemaninya malam ini karena ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan lelaki itu sebelum ia benar-benar pergi meninggalkannya untuk beberapa bulan ke depan.
Tetapi, seakan memang sedang menguji tingkat kesabaran Rosie, Jenan yang berkata bahwa mereka akan berangkat pukul setengah tujuh malam ini, malah asyik bertamu di rumahnya hingga kini jam menunjukkan pukul delapan malam dan Rosie yang sudah siap sedari tadi dibiarkan menunggu tanpa kepastian.
Setelah drama yang membosankan karena Rosie harus menunggu Jenan bercengkrama selama hampir dua jam. Mereka pun akhirnya berangkat pada pukul setengah sembilan malam. Sudah masuk jam malam bagi Rosie, tetapi untungnya hari ini Ayah dan Bundanya mengijinkannya keluar malam karena mereka percaya dengan Jenan.
"Mau mampir-mampir dulu, gak?" Jenan memecah keheningan diantara mereka saat mobil telah melaju di jalan raya. Sedari tadi, dia tidak dapat menahan senyumnya melihat Rosie yang nampak sebal kepadanya.
"Nggak." jawab Rosie singkat. Matanya memandang lurus ke depan, sedikit mempoutkan bibir karena sedikit kesal dengan Jenan yang membuatnya menunggu terlalu lama. Juga, menghindari untuk bertatap muka dengan Jenan yang malam ini nampak tampan dengan celana jeans hitam yang di padukan dengan kaos putih dan jaket denimnya. Rambutnya yang tebal terkadang ia sugar ke belakang, menambah kesan seksi. Sehingga, Rosie memutuskan untuk tidak memandangnya saja demi kesehatan jantungnya.
"Kok mukanya kayak sebel gitu, sih?" tanya Jenan sembari fokus memutar kemudi.
"Enggak padahal." Rosie masih menjawab dengan raut sebal.
"Itu padahal iya. Bibirnya ditekuk gitu." Jenan menoleh sejenak ke gadis itu. Menggoda gadis yang masih setia enggan menatapnya.
"Nggak, ih." seloroh Rosie.
"Ngambek, nih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmaraloka
FanfictionBerisi cerita-cerita pendek dengan Jaehyun dan Rosé sebagai tokoh utamanya. Start : September 29, 2020