Falling (2)

1.3K 234 4
                                    

"Kalau begitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kalau begitu. Bibi, kami berangkat dulu, ya."

Suara lembut seorang gadis yang menjadi favoritku akhir- akhir ini, kini akhirnya dapat kembali dapat ku dengar sore ini. Benar, tak lain dan tak bukan adalah suara Rose. Gadis baik hati yang kini telah resmi menjadi teman baikku sejak pertemuan kami di St James's Park beberapa waktu yang lalu.

Ini sudah pertemuan kesekian kami semenjak hari itu, dan hubungan pertemanan kami mengalir begitu saja. Dan kami memang banyak menghabiskan waktu luang bersama akhir-akhir ini.

Kehadirannya di tengah keluarga kami pun cukup beralasan karena Rose bercerita bahwa ia sering kesepian di rumahnya. Itu dikarenakan ayahnya yang bekerja sebagai politikus ternama dan sibuk bekerja di lingkungan kerajaan—namun ia enggan menyebutkan nama beliau dan aku menghormati keputusannya itu. Sedangkan Ibunya adalah seorang guru besar di sebuah perguruan tinggi ternama di salah satu universitas bergengsi di London.

Dan untuk Rose sendiri ia kini tengah menempuh semester akhirnya di jurusan desain di Royal College of Arts. Yang notabenenya salah satu kampus seni terbaik di Inggris atau bahkan di dunia. Bisa dibilang bahwa latar belakang gadis ini begitu bagus dan terkadang sedikit membuatku merasa minder. Tapi, Rose tetaplah Rose yang akan terus datang padaku dan mengisi hari-hariku yang kelam dengan canda tawanya yang menjadi pelipur lara.

Tanpa ku sadari Rose telah mengambil  alih seluruh atensiku. Membawanya pada perasaan yang tabu bagiku. Yang aku bahkan tidak yakin itu apa.

"Iya, hati-hati ya kalian berdua. Bibi titip Jeff ya, Rose?" Ibuku menjawab sembari sedikit membenarkan tatanan rambutku. Entah mengapa Ibu tiba-tiba sangat menjaga penampilanku setiap aku sedang bersama Rose. Seperti halnya perlakuannya pada kak Theo saat ia membawa seorang gadis ke rumah untuk pertama kalinya.

Hingga pada saat kutanyakan pada Ibu alasannya pada malam itu, ia hanya tertawa dan memberikan jawaban yang sedikit membingungkan, "They say that a good story book is also need a good cover book because it is the reader's love at first sight. Sama halnya dengan perasaan perempuan, Jeff. They see, they learn, and then they will fall."

Fall.

Aku cukup tahu apa maksud Ibu akan kata ini. Meskipun aku masih tidak banyak tahu tentang perasaan wanita bahkan atas perasaanku sendiri terhadap gadis cantik yang kata Ibu bersurai pirang ini.

Aku tersadar dari lamunanku saat suara Rose sedikit mengagetkanku.

"Siap Bi, aku akan bersama Jeff di setiap menit, detik, bahkan setiap helaan nafas hari ini." canda Rose seperti biasanya. Yang membuatku hanya bisa menggeleng sembari tersenyum akan tingkahnya.

Ku dengar tawa kecil Ibuku. Diselingi dengan batuk-batuk kecil karena memang kata Ibu ia sedang flu akhir-akhir ini.

"Baiklah, baiklah terima kasih, Rose. Bibi percaya padamu kok." jawab Ibuku pada akhirnya.

AsmaralokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang