Arfi dan Selena duduk berdampingan, sedangkan kedua ayah mereka duduk dikursi seberang mereka. Ibu Arfi, Irina menangis tersedu-sedu dipelukan ibu tiri Selena. Bukan hanya seluruh keluarga mereka yang syok, Friska juga tak kalah syok ketika melihat semua itu dan langsung pergi dari sana diiringi tangis yang tidak terbendung.
Arfi berniat menyusul Friska, namun segera ditahan oleh ayahnya. Mereka harus meluruskan masalah ini terlebih dahulu, sebelum masalah Friska dan dirinya. Arfi hanya terduduk gelisah dan tidak tahu harus berkata apa, ia belum mengingat apapun tentang kejadian itu. Dan Selena sedari tadi hanya menunduk, Arfi merasa kasian padanya, Selena pasti syok dengan kejadian ini, apalagi mengingat mental Selena. Arfi sangat takut terjadi sesuatu pada Selena karena kejadian ini.
"Bisa kalian jelaskan apa yang terjadi?, Semalam kami mencari kalian dan tidak ketemu. Papa kira kamu mengajak Selena jalan-jalan karena biasanya kamu tahu bagaimana cara menghibur Selena. Tapi Papa benar-benar tidak menyangka kalau kamu akan memanfaatkan Selena seperti itu. Papa benar-benar syok saat orang suruhan Papa malah menemukan kamu berada di hotel ini bersama Selena. Dan kalian, kalian...." Efran tidak sanggup meneruskan kata-katanya. Tangan Efran mengepal erat. Ia tidak menyangka Arfi akan berbuat seperti itu. Cukup dirinya saja dulu yang brengsek dan ia cukup menyesali itu. Efran tidak mau anak-anaknya mengikuti jejak penyesalannya. Itu sangat menyakitkan.
"Arfi nggak tahu pa, Arfi nggak ingat apa-apa." Kata Arfi lirih sembari menundukkan kepalanya. Efran yang melihat itu berusaha menahan geram. Sedangkan Fredi mengembuskan nafas berat menahan kata-kata kasar yang ingin ia ucapkan pada Arfian. Jika tidak sungkan pada Efran dan Irina, tentu saja Fredi akan membunuh pria yang sudah berani menyentuh putrinya diluar nikah.
Zivanna yang sudah berhasil menenangkan Irina ditepi ranjang, kini berdiri dan beralih duduk disamping Selena lalu memeluknya. Sebagai wanita yang selama ini mengasuh Selena sejak kecil, ia tahu saat ini perasaan bersalah sedang menggerogoti Selena dan itu menyebabkan Selena kesulitan bicara. Selena hanya terisak-isak dipelukannya.
Melihat itu hati Arfian semakin diliputi oleh rasa bersalah. Ya Tuhaaaan, sebagai kakak yang menjaga Selena selama ini, bagaimana mungkin Arfian justru malah merusaknya. Ia benar-benar merutuki kebodohannya karena tidak mengingat apa-apa malam itu. Terakhir kali ia berbincang dengan Selena lalu seorang pelayan memberi orange jus kesukaannya. Setelah itu Arfi benar-benar tidak mengingat apa-apa. Batin Arfi mengumpat frustasi.
"Lalu, sekarang bagaimana kamu bertanggungjawab atas semua ini Arfi?" Fredi memandang Arfi dengan sorot geram dimatanya. Sungguh rasanya ia ingin membunuh pemuda yang saat ini menunduk dihadapannya. Jika memang ia menginginkan Selena, kenapa tidak melamarnya langsung, kenapa harus seperti ini. Selena putri kesayangannya, ia selama ini membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Fredi tidak akan terima jika Selena dirusak begitu saja. Jika Arfi tidak bertanggung jawab, ia akan membawa kasus ini ke pengadilan tanpa sungkan lagi pada Efran maupun Irina.
"Saya akan bertanggungjawab Om. Jika memang saya bersalah, saya akan mempertanggungjawabkannya. Saya pasti menikahi Selena. Tapi Om, Arfi ingin bertanya sekali saja pada Selena agar masalah ini menjadi jelas, bolehkan Om?" Fredi mengangguk mendengar perkataan Arfi. Jika bukan melihat dengan mata kepalanya sendiri, Fredi tidak akan percaya laki-laki sebaik Arfi akan melakukan hal hina itu pada putrinya.
Dengan sangat hati-hati, Arfian menghadap Selena dan bertanya dengan sabar. Arfi tahu saat ini Selena pasti sedang syok hingga sulit bicara. Selena selalu seperti itu jika sedih atau sedang memendam masalah. Arfi sudah hafal sekali watak Selena.
"Sel, kamu bener-bener nggak ingat apa yang terjadi sama kita berdua sehingga kita berakhir seperti semalam?, Bukan maksudku tidak mau bertanggung jawab atau membersihkan namaku. Aku hanya ingin kejelasan agar tidak ada kesalahpahaman diantara kita nantinya. Aku harap kamu ngerti." Arfi menjeda ucapannya.
"Apa kamu bener-bener juga nggak ingat apa yang terjadi Sel?" Tanya Arfi sambil memandang hangat pada Selena. Ia berharap Selena sedikit mengingat kejadian itu agar dirinya tidak dihantui rasa bersalah seperti sekarang.
Selena terdiam sebentar, semua tegang menantikan jawaban Selena. Hingga kemudian gadis yang menunduk sedari tadi itu menegakkan wajahnya dan memandang Arfi dengan mata berkaca-kaca. Tak lama kemudian Selena menggelengkan kepalanya dengan air mata bercucuran. Zivanna segera membawanya ke dalam pelukannya, Arfi memejamkan matanya. Tamatlah hubungannya dengan Friska sekarang. Mau tidak mau, Arfi harus bertanggung jawab atas kesalahannya. Ia tidak bisa membiarkan Selena menanggung semua ini sendirian. Selena terlalu rapuh untuk melalui semua kejadian ini.
"Nggak apa-apa, kalau nggak ingat nggak perlu dipaksa. Kak Arfi yakin kamu juga sama terkejutnya seperti kakak. Kamu nggak perlu takut. Kak Arfi akan bertanggung jawab. Kamu ingat kan, kak Arfi pernah bilang akan ada buat kami kapanpun kamu butuhkan, apalagi sekarang, kak Arfi sudah berbuat kesalahan yang cukup fatal pada kamu. Kamu nggak usah bersedih atau bingung, seperti janji kakak, kak Arfi akan selalu disisi kamu mulai sekarang dan selamanya." Arfian mengusap air mata di pipi Selena yang sekarang tengah menatapnya dengan tatapan bersalah. Ia menyunggingkan senyum hangatnya pada Selena, lalu membawa Selena kedalam pelukannya, dan sontak tindakan Arfi tersebut membuat semua orang yang ada di ruangan itu bernafas lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession (TAMAT)
Romance(Cerita ini sudah saya tamatkan di wattpad dan sudah saya terbitkan. PDF sudah tersedia atau bisa membelinya di google play book atau lewat karya karsa) 21+ Arfian Hadiwijaya merasa hidupnya sempurna karena memiliki segalanya. Ia mempunyai kedua ora...