Selena sedang antusias menyiapkan makan malam untuk suaminya. Selena sangat bahagia membayangkan Arfi menyantap masakannya dan memujinya. Selama satu minggu ini ia sangat bahagia, Arfi benar-benar menyayanginya dan memperlakukannya seperti ratu dirumah ini. Walaupun hubungan mereka hanya sebatas itu, Selena cukup bersyukur Arfi bisa menerimanya.
Setelah selesai menyiapkan semuanya, Selena segera melepaskan apron yang dipakainya dan langsung mencuci tangannya diwastafel. Ia tersenyum kala mendengar suara mobil suaminya pulang. Selena segera berlari menuju pintu ruang tamu.
Selena menunggu dengan antusias ketika Arfi belum juga muncul diruang tamunya. Ia berdebar-debar penuh kegembiraan. Dan benar saja, beberapa menit kemudian Arfian muncul dengan menenteng tas kerjanya. Ia memandang Selena sekilas kemudian meluruskan tatapannya dan berjalan tanpa menyapanya.
Selena tertegun sesaat. Ada apa?. Kenapa kak Arfi tiba-tiba bersikap seperti itu padanya. Biasanya kak Arfi akan tersenyum dan menyapanya dengan lembut. Sekarang, kenapa bisa tiba-tiba berubah. Apa jangan-jangan?
Selena segera berlari menuju kamar menyusul Arfian. Jika memang kak Arfi tahu, ia harus mendengarkan penjelasannya. Kak Arfi harus percaya padanya. Selena punya alasan kuat mengapa sampai melakukannya.
Setiba dikamar, ia disambut oleh tatapan dingin Arfian padanya. Sepertinya dugaannya benar, Arfi sudah tahu semuanya, dan Arfi pasti tidak tahu alasan Selena melakukannya. Selena dengan segenap keberaniannya berjalan menuju Arfi diiringi tatapan membunuh yang dilayangkan Arfi padanya. Setibanya di depan Arfi Selena hendak meraih bahu Arfi yang langsung ditepis kasar oleh Arfi.
"Kak." Selena menatap Arfi berkaca-kaca, seolah tak percaya yang barusan Arfi lakukan padanya.
Arfi tetap pada tempatnya sembari menatapnya dingin. Kemudian meraih tasnya diatas ranjang, mengambil sesuatu. Didetik selanjutnya, Selena memejamkan matanya saat Arfi menyebar ke udara foto-foto Selena yang sedang bernegosiasi dengan pelayan yang malam itu memberikan jus berisi afrodisiak pada Arfi. Ketika ia membuka matanya, ia mendapati Arfi yang menatapnya berang.
"Ada yang bisa kau jelaskan?" Pertanyaan dingin Arfi disertai gigi yang saling beradu menahan marah membuat Selena semakin ketakutan. Kak Arfi tidak pernah terlihat semarah ini sebelumnya. Dengan segenap keberaniannya Selena memandang Arfi dan berusaha menjelaskan.
"Kak, aku punya alasan." Katanya lirih dengan mata berkaca-kaca.
"Alasan apa?" Arfi bertanya datar.
"Aku mencintaimu, dan aku.."
"Kau mencintaiku dan menjebakku untuk mendapatkanku. Ya Selena, selamat, kau berhasil. Rencanamu berjalan dengan sangat sukses." Arfi bertepuk tangan sambil memandang Selena penuh ejekan.
"Kak, bukan begitu." Selena masih berusaha menjelaskan, namun sialnya, lidahnya terasa kelu. Kenapa disaat seperti ini penyakitnya justru kambuh. Ya Tuhaaaan, bagaimana Selena menjelaskannya jika lidahnya susah digerakkan.
"Lalu apa?, Apa maksudmu menjebakku seperti itu. Membuatku terlihat seperti pria bajingan yang meniduri gadis polos. Membuatku merasa sangat bersalah, dan membuatku kehilangan Friska. Kau pasti sangat puas bukan. Rencanamu lebih dari kata sukses." Arfi menatap Selena penuh ejekan, sedangkan Selena hanya memandang mata Arfi dengan air mata yang mengalir di pipinya. Sungguh Selena ingin menjelaskan yang sebenarnya, tapi kenapa lidahnya susah digerakkan.
"Kau tidak mampu menjawab?, Atau kau berpura-pura lidahmu kelu karena penyakitmu kambuh. Cih, dasar munafik, sekarang kau tidak bisa membohongiku lagi. Aku tidak akan pernah percaya padamu lagi."
Air mata Selena mengalir semakin deras mendengar kata-kata Arfi. Bagaimana mungkin Arfi tidak mau mendengarkannya. Selama ini Arfi begitu percaya setiap tindakannya pasti memiliki sebab. Lalu kenapa sekarang kak Arfi tidak mendengarkan penjelasannya dan malah menuduhnya. Hati Selena sakit sekali mendengarnya.
"Menangislah sepuasnya. Kau pasti sangat sedih semua rencanamu terbongkar, padahal kau sedang asyik-asyiknya menikmati kebohonganmu. Tapi setelah ini, jangan harap aku melepaskanmu. Kau akan berada disini, dibawah kekuasaanku, dan menjadi budakku. Kau harus membayar mahal kebohongan dan obsesi gilamu itu Selena. Kau akan sangat menyesal karena bermain-main dengan perasaanku."
Arfi dengan tatapan dinginnya perlahan mendekati Selena. Hari ini ia akan memberi pelajaran yang tidak akan Selena lupakan seumur hidupnya.
Selena yang menyadari tingkah menakutkan Arfi berjalan mundur sambil menatap Arfi ketakutan. Selena benar-benar takut. Selama ini kak Arfi adalah sosok yang lembut dan penuh perhatian. Tapi yang dihadapan Selena sekarang adalah kak Arfi dalam wujud yang menakutkan. Tatapannya dingin dan datar, matanya memerah dan giginya saling beradu menahan amarah.
Punggung Selena menabrak tembok ketika tanpa sadar ia terus berjalan mundur. Selena panik ketika Arfi mengurung tubuhnya dengan tubuh kekar Arfi. Hembusan nafas Arfi yang berat menerpa wajahnya. Mereka saling berhadapan intens dengan mata Selena yang terus berkaca-kaca.
"Kau ingin lari?, Tidak semudah itu. Sudah kubilang kau tidak akan pernah bisa. Kau harus membayar mahal kebohongan yang sudah kau lakukan padaku juga pada keluargaku. Kau akan terus berada disini hingga aku katakan kau pergi. Kau akan tetap disini selama yang aku inginkan." Arfi tersenyum miring, dan didetik selanjutnya, ia membungkam bibir Selena dengan bibirnya.
Selena syok akan tindakan tiba-tiba Arfi. Ia hanya terdiam saat Arfi menciumnya dengan kasar. Setelah cukup lama menciuminya tanpa respon balik, Arfi yang terlihat geram segera membuka paksa kemeja Selena. Selena yang menyadari tindakan kasar Arfi mulai panik. Ia mendorong dada Arfi dan menutup kembali kemejanya yang sudah setengah terbuka.
Selena menangis tanpa suara. Sungguh ia tidak menyangka kak Arfi akan sekejam ini padanya. Padahal Selena belum menjelaskan keadaan yang memaksanya melakukan hal itu pada Arfi. Tapi tindakan kasar Arfi membuatnya benar-benar ketakutan. Selena ingin lari, ia tidak bisa diruangan ini bersama kak Arfi. Selena takut sekali.
Saat ia melangkah ingin berlari, dengan langkah cepat Arfi memegangi lengannya dan menarik Selena hingga menubruk dadanya.
"Sudah kubilang, kau akan membayar mahal semua tindakan bodohmu Selena. Kau tidak akan bisa pergi dari sini. Kau akan tersiksa ditempat ini bersamaku." Dan didetik selanjutnya, Arfian mengangkat tubuh Selena dan menghempaskannya diranjang dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession (TAMAT)
Romance(Cerita ini sudah saya tamatkan di wattpad dan sudah saya terbitkan. PDF sudah tersedia atau bisa membelinya di google play book atau lewat karya karsa) 21+ Arfian Hadiwijaya merasa hidupnya sempurna karena memiliki segalanya. Ia mempunyai kedua ora...