Part 05

1.5K 100 32
                                    

Seminggu berlalu, pernikahan Arfi dan Selena berjalan lancar tanpa kendala, meski hubungan mereka hanya sebatas kakak beradik. Bedanya kini mereka tidur satu ranjang meski tidak melakukan hubungan suami-istri. Bahkan Arfi harus menahan gairahnya mati-matian ketika tanpa sengaja Selena memeluknya saat tertidur. Ayolah, Arfi pria normal. Walaupun menganggap Selena adiknya, itu tidak berlaku bagi naluri lelakinya yang memberontak setiap kali melihat Selena tertidur. Bahkan parahnya, ia jadi bermain solo dikamar mandi ketika hasratnya benar-benar tidak bisa dibendung.

Arfi mendesah resah memikirkan semuanya. Dua hari lalu Friska datang kekantornya dan mereka membahas tentang hubungan mereka yang menggantung. Arfi berkata dengan tegas bahwa ia harus mengakhiri hubungan mereka walaupun ia tidak mencintai Selena. Ia pria beristri, tentu saja pantang baginya berhubungan dengan wanita lain disaat statusnya menjadi seorang suami.

Untung saja saat berhubungan dengan Friska atau pacar-pacarnya dulu, Arfi selalu menerapkan sex after married. Ia tidak pernah melakukan hubungan melampaui batas bersama wanita-wanita itu. Baginya, sex hanya dilakukan ketika sudah menikah. Dan dalam kasus Selena, ia benar-benar menyesal karena sudah melanggar prinsip tersebut.

"Kak, ayo makan." Suara lirih Selena menyadarkan Arfi dari lamunannya. Ia menoleh ke arah Selena yang saat ini tengah memandangnya heran. Arfi segera tersenyum dan membelai rambut Selena.

"Ayo makan." Ucap Arfi sambil mulai menyendokkan sup ayam kemulutnya. Masakan Selena memang cukup memanjakan lidahnya. Bahkan tanpa ia sadari, semingguan ini ia jadi terlalu sering makan. Arfi mendesah, tidak buruk juga ia menikahi Selena, gadis itu tahu betul kesukaannya, dan tahu betul cara memanjakan lidahnya.

*****
Selena sedang menikmati kegiatan melukisnya ditaman belakang rumahnya. Lebih tepatnya rumah pemberian ibu mertuanya. Rumah besar dan mewah hingga Selena terkadang bingung karena terlalu besar. Namun karena banyaknya pelayan, ia tidak terlalu pusing tentang bersih-bersihnya.

Saat ini ia tengah melukis bunga mawar merah besar dimana mawar itu ada didepannya. Kelihaiannya dalam melukis memang tidak diragukan lagi. Sehingga walaupun belum begitu terkenal, kebanyakan lukisannya ludes terjual ketika dipamerkan pada ajang-ajang tertentu.

Dibalik semua itu, Selena cukup bersyukur punya keluarga yang selalu mendukungnya, terutama ibu tirinya. Mama Zivanna selama ini begitu menyayanginya, meskipun sudah memiliki Ello, adik laki-lakinya. Keluarganya sangat mendukungnya untuk sembuh dari traumanya, dan lambat laut walaupun belum sepenuhnya, traumanya sudah tidak separah dulu.

Dan sosok yang menjadi penyemangatnya tentu saja. Arfian Hadiwijaya, sosok yang sudah menarik hatinya sedari kecil dulu. Sosok yang begitu melindunginya dan ada untuknya setiap saat. Satu-satunya yang mau berteman dengannya dikala yang lain menjauhinya karena sikap diamnya. Selena sangat mencintai kak Arfi, mungkin sedari kecil dulu.

Hanya saja, ternyata perasaannya hanya bertepuk sebelah tangan. Arfi mencintai wanita lain, dan hanya menganggap dirinya seperti Deana, adiknya. Selena harus menelan kekecewaannya saat Arfi mengenalkan Friska sebagai kekasihnya dihadapan semua orang.

Melihat betapa populernya Arfi dimata para perempuan, tidak heran jika banyak wanita mengantri untuk menjadi kekasihnya. Selena sadar diri dengan keadaannya. Wanita sempurna seperti Friska memang sangat cocok mendampingi Arfi yang sempurna, bukan dirinya yang penuh kekurangan.

Namun malam itu mengubah segalanya. Selena tidak menyangka semua akan berubah seperti ini. Dilain pihak, ia begitu bersyukur Arfi menjadi suaminya. Ia sangat mencintai Arfian, bahkan mungkin terobsesi pada Arfi. Tapi bagaimana jika Arfi mengetahui semuanya. Apakah kak Arfi akan membencinya?.

****
Arfian sedang mengerjakan berkas-berkas proyek baru dimeja kerjanya. Ia berhenti sebentar lalu melirik kotak makan yang tadi dibawakan Selena, Arfian tersenyum samar. Hubungannya dengan Selena satu minggu ini memang mengalami kemajuan. Selain tidur satu ranjang, Arfian juga tak lagi sungkan memeluk atau mencium Selena. Memang agak canggung pada awalnya, namun seiring waktu ia mulai menerima Selena sebagai istrinya.

Dan ketika dipandang intens, Selena sebenarnya cukup cantik, hanya saja kecantikannya tertutupi oleh sikap diamnya dan wanita itu lebih suka polos tanpa perawatan apa-apa. Sekarang, ketika setiap pagi ia menyaksikan semua kegiatan Selena, mulai dari memasak, melukis, dan melayaninya, hati Arfian mulai tersentuh.

Tapi apa Selena juga begitu?, Atau Arfi saja yang mulai terbawa suasana kebersamaan mereka.

Huft.

Arfi pusing sendiri memikirkannya. Semingguan ini ia disibukkan dengan berbagai macam pekerjaan dan juga penyelidikannya pada kejadian antara dirinya dan Selena. Orang-orangnya mulai menemukan titik terang, namun pelakunya masih abu-abu.

Pelayan yang disuruh memberikan jus berisi afrodisiak itu masih diburu. Dan Arfi yakin setelah ditemukan, teka teki tentang siapa dalang dari semua kejadian itu akan terungkap. Dan setelahnya, jangan harap bajingan itu bisa lolos darinya. Ia akan memberikan pelajaran yang tidak akan pernah dilupakannya seumur hidup.

Ditengah lamunannya, handphone nya berdering nyaring. Arfi segera mengalihkan fokusnya dari laptopnya ke handphone yang berada disamping berkas. Mata Arfi seketika antusias ketika mengetahui nomer itu dari anak buahnya yang ia suruh untuk menyelidiki kejadian itu. Ia segera mengangkatnya dan berharap menemukan teka teki yang belakangan menghantuinya.

"Hallo, bagaimana?, Kalian sudah menemukan pelakunya?" Tanyanya datar.

"Sudah bos, kami akan segera mengirimkan foto-fotonya."

"Baik, aku menunggu sekarang juga."

"Siap bos."

Arfi menutup panggilannya, kemudian jari-jarinya mengetuk-ngetuk meja. Ia menggigit bibirnya menahan rasa penasaran yang membuncah di dadanya. Saat dering tanda pesan itu berbunyi, Arfi segera membukanya dengan antusias. Namun matanya seolah akan keluar dari tempatnya kala foto-foto itu dengan jelas menampakkan pelaku yang memberikan sesuatu yang ia duga afrodisiak kepada pelayan yang malam itu memberinya orange jus.

Arfi syok. Matanya memerah karena marah. Handphone yang ia pegang serasa akan pecah saking eratnya Arfi memeganginya.

Sialan.

Jadi selama ini ia ditipu mentah-mentah. Lebih tepatnya ia dan keluarganya.

Arfi marah bukan main. Foto-foto itu bukti yang tidak dapat disangkal lagi. Air mata Arfi meluncur dengan sendirinya. Jadi semua perhatian dan kasih sayangnya selama ini dibalas air tuba.

Baiklah, Arfi menerimanya. Tapi jangan harap setelah ini ia akan melepaskannya begitu saja. Huh, tidak semudah itu. Wanita itu harus bertanggung jawab atas sakit hati, rasa bersalah dan rasa kehilangan yang ia rasakan sejak kejadian itu.

Obsession (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang