Pukul 12.00 WIB.
Gadis bersurai panjang itu mendesah setelah membaca arloji di pergelangan tangan kirinya. Pukul 12 tepat, itu berarti dia sudah berdiri lebih dari satu jam seorang diri di depan Gedung Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. Kakinya bergerak gelisah menghalau rasa lelah, sementara itu kedua netranya sejak tadi sibuk mengedar ke kanan dan kiri.
"Ratu!"
Si gadis menoleh karena namanya baru saja dipanggil. Wajahnya yang tertekuk terlihat semakin kusut karena harapannya semakin menipis. Dia--Ratu berpura-pura bahagia dengan melambaikan tangan mengiringi kedatangan laki-laki itu.
"Kok di sini? Nunggu siapa?"
Ratu menurunkan lambaian tangannya dan menepuk bahu temannya itu. "Nunggu Viktor nih. Kamu sendiri ngapain di sini, Van?"
"Ketemu teman. BTW, Kamu udah daftar PLP belum?"
Si gadis mengangguk cepat. "Udah dong."
"Semoga kita dapat sekolah yang sama ya."
"Iya, semoga ya, Van."
Alvan sudah membuka mulut untuk pamit, tetapi pandangannya terpaku pada sepasang manusia yang asik bercengkerama. Mata Alvan menyipit dengan senyum miring yang terbit di wajahnya. Tanpa menunggu lama, Alvan menepuk bahu Ratu dan menunjukkan apa yang dilihatnya pada gadis itu. "Lihat, itu Viktor, kan?"
"Viktor!" Ratu berteriak kesal.
"Ratu?" Viktor yang kalap dengan cepat menurunkan lengan gadis di sebelahnya. Dia berlari menghampiri Ratu. "I-ini nggak seperti yang kamu lihat, Tu. Aku... Aku... Nggak ada apa-apa sama--"
"Kamu jahat, Viktor!" sentak Ratu. Mengentak satu kaki secara kasar, lalu dia pergi meninggalkan tempatnya menunggu yang hampir satu jam lebih itu.
Viktor bergegas menyusul langkah Ratu. "Ratu tunggu!"
Ratu tidak mempedulikan panggilan Viktor, dia memilih berlari di bahu jalan hingga menjauh dari area kampus. Viktor masih belum menyerah, dia akan tetap menyusul Ratu dan menjelaskan kesalahpahaman mereka.
Merasa Viktor sudah berhasil menyusulnya, Ratu berinisiatif untuk bersembunyi di sisi motor besar yang terparkir di depan warung kecil. Beruntung badan kecilnya tidak mudah ditemukan oleh Viktor, Ratu bernapas dengan lega.
"Mbak, ngapain jongkok di situ?"
"Eh?" Ratu terhenyak, lalu segera memutuskan berdiri. Dia mengamati sosok berseragam sekolah di hadapannya yang tengah membawa sebuah rokok.
"Bisa minggir, Mbak? Saya mau--"
"Heh bocah! Masih SMA udah berani ngerokok kamu ya. Rokok itu nggak baik buat kesehatan kamu. Apalagi kamu masih SMA gini, jalanmu masih panjang, bocah!" Ratu merampas rokok dari tangan siswa di depannya tanpa ragu. "Belajar yang benar, dan jangan menyentuh barang seperti ini lagi. Aduh, mau jadi apa kamu nanti, bocah?"
"Tapi--"
"Sstt... Diam!"
Ratu mengibaskan tangan, berlalu cepat melewati tubuh siswa SMA yang baru saja dia rebut rokoknya. Namun, bukannya marah atau kesal, laki-laki itu justru menaikkan kedua sudut bibirnya ke atas sembari memandangi punggung Ratu yang mulai menghilang dari pandangannya.
~♥♥♥♥♥~
Welcome to my new story 😄
Gimana nih ceritanya, suka gak?
Perlu lanjut kah?
KAMU SEDANG MEMBACA
PLP dan Kamu
General FictionRatu Diani Syakila adalah mahasiswa tingkat 3 yang disibukkan dengan kegiatan PLP di SMA Gempita Cita, salah satu sekolah elite di Bandung. Gadis itu kurang beruntung karena harus satu kelompok dengan Kayla Niandra, gadis yang tidak suka padanya. S...