Pict nya lagi Gino terus nih hehe 😄
"Daripada ngasih hukuman, mending Ibu kasih saya hadiah, hehe..."
~❤️❤️❤️❤️❤️~
"MALIIIING!""BERHENTI WOY, MALIIING!"
"KEPUNG, GUYS!!!"
Ratu dan Alvan yang kala itu asik menyantap nasi goreng mereka seketika dikejutkan dengan aksi beberapa orang yang berteriak ada maling. Tanpa terduga seseorang yang diduga maling tersebut berlari cepat melintas di depan gerobak nasi goreng yang mereka datangi. Pun sekumpulan warga yang mengejarnya, berderap dari belakang maling.
"Maliiiiing!!"
"Weh maling, maliiiiing!"
Mereka berdua berdiri karena ikut panik setelah meletakkan piring mereka ke kursi yang tadi diduduki. Alvan gemas, dia hendak ikut berlari mengejar penjahat itu. Kakinya sudah siap mengambil ancang-ancang untuk melesat, namun tertahan ketika menyadari ada sebuah kursi yang melayang. Laki-laki itu ternganga kala menemukan Ratu mengangkat lengannya.
Gino dan Chiko yang memimpin pengejaran menghentikan langkah. Jaraknya dengan maling itu sudah dekat, Gino siap menendang kaki orang itu, namun telah lebih dulu dikejutkan akibat kursi yang melayang hampir mengenai dirinya. Kursi itu telak mengenai kepala si maling. Suara keras tubuh si maling yang terjatuh menyusul setelahnya.
"Anjir, badass banget." Gino refleks menggeleng-gelengkan kepalanya, bangga melihat Ratu bertindak sekeren itu.
Di sebelahnya, Chiko menganga takjub tak menyangka kalau yang tadi melempar kursi itu adalah guru magang di sekolahnya. "Eh, itu kan teteh-teteh dari kampus biru nggak sih?"
"That's my girl."
"Apa, No? Apa?" tanya Chiko memastikan pendengarannya.
"Eh, nggak. Hayu ah, grebek."
Lingkaran kerumunan langsung terbentuk di hadapan mereka mengerubungi maling yang masih kesakitan. Ada Alvan dan Ratu juga yang melihat adegan tersebut dari dekat. Gino memperhatikan gadis itu sejenak kala tatapan Ratu menyiratkan rasa bersalah yang kentara.
"Ini nih maling yang meresahkan kita semua."
"Gebukin hayu atuh!"
"Ayo sadayana, buat dia mampus!"
"Setuju!!"
"Ayo gebukin!!
Alvan merentangkan tangannya berusaha menghentikan aksi warga yang marah-marah. Dia bukan bermaksud ingin membela penjahat, namun dia tidak ingin warga-warga di sana bermain hakim sendiri. "Tenang, tenang, bapak-bapak, ibu-ibu... kita tidak boleh bermain hakim sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
PLP dan Kamu
General FictionRatu Diani Syakila adalah mahasiswa tingkat 3 yang disibukkan dengan kegiatan PLP di SMA Gempita Cita, salah satu sekolah elite di Bandung. Gadis itu kurang beruntung karena harus satu kelompok dengan Kayla Niandra, gadis yang tidak suka padanya. S...