2. Penyerahan ke Sekolah

162 21 39
                                    

Halohai semua.. 😄

"Someday when it rains, you will remember this day

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Someday when it rains, you will remember this day."

~♥♥♥♥♥~



Ratu sudah berkumpul dengan keempat rekannya di depan gerbang SMA Gempita Cita dari lima menit yang lalu. Hari ini adalah agenda untuk penyerahan dari DPL (Dosen Pembimbing Lapangan) ke pihak sekolah yang dituju. Sesuai arahan yang didapat dari pembekalan, serta intruksi Pak Damar, kelompok PLP SMA Gempita Cita akan mengadakan perkenalan di Jumat pagi ini.

Namun, hingga menit kesepuluh Pak Damar masih belum juga sampai di sana. Kelima mahasiswa dengan jas kebanggaan kampus mereka terlihat semakin resah karena dibuat menunggu lama. Di depan SMA Gempita Cita, tepatnya di halte sekolah itu, kelimanya menunggu di sana, duduk bersejajar.

Juna berdiri dari duduknya, menggerakkan kaki ke depan bergantian. "Ampun, deh, ini Pak Damar bisa baca jam nggak sih?"

"Kalau dia nggak bisa baca jam, dia nggak mungkin bisa jadi dosen, Jun," cetus Sasa.

"Bisa aja, Sa. Kan nggak ada aturannya."

"Iya juga ya."

"Sabar, guys, sabar," ujar Alvan menengahi. "Mungkin Pak Damar lagi ada urusan dulu."

"Tapi ya, Pak Damar emang terkenal ngaret sih kalau apa-apa." Kayla mendongak, ikut masuk ke percakapan.

"Waduh, kenapa nggak bilang awal-awal, Kay? Tahu gitu kan kita nunggu dulu di kafe," sahut Juna.

"Iya ih, Kayla..." timpal Sasa.

Kayla hanya menyengir kuda, merasa sedikit bersalah. "Sorry..."

Lengang beberapa menit tanpa pembicaraan. Suasana hanya diisi oleh suara bising kendaraan yang melewati mereka. Hingga lima menit kemudian, Kayla berdiri tiba-tiba.

"Itu tuh, mobil Pak Damar."

Juna mengembuskan napas lega. Akhirnya penantian mereka berakhir juga. "Akhirnya..."

Ratu, Alvan, dan Sasa menyusul untuk berdiri. Mereka bersamaan menyapa Pak Damar yang sudah membuka jendela di pintu mobilnya.

"Ayo, ketemu di dalam ya," ucap Pak Damar tegas.

"Baik, Pak!" koor kelima mahasiswa PLP itu.

Mobil Pak Damar sudah berlalu lebih dulu meninggalkan mahasiswa praktikannya yang berjalan di belakang. Mereka memang sengaja memarkir kendaraan di luar sekolah, kebetulan ada parkiran umum dalam jarak beberapa meter dari SMA Gempita Cita. Tujuannya untuk berkumpul di halte sebelum masuk ke sekolah.

Alvan menyikut lengan Ratu yang belum juga buka suara sejak mereka menunggu di halte. Gadis di sebelahnya mendongak karena tubuh Alvan lebih tinggi darinya.

PLP dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang