"Apaan sih? Kamu tidak tahu ya kalau di dunia ini ada yang namanya privasi?"
~♥️♥️♥️♥️♥️~
Sepasang sepatunya menabrak sepasang sepatu lain di depannya hingga gadis itu berhenti berjalan. Pandangannya perlahan naik demi melihat wajah sang pemilik sepatu. Bukan senyum cerah seperti biasanya, namun raut datarlah yang menjadi sapaan dari gadis tersebut."Marah?"
Pikir saja sendiri, batin gadis itu. Dia ingin menguji kepekaan si laki-laki. Sampai mana dia paham kalau semua wanita di muka bumi ini tidak suka menunggu selama satu jam lebih. Tolong garis bawahi bagian satu jam lebih itu agar realistis.
"Kemarin aku beneran lupa banget, Tu."
Mata Ratu memicing bagai sambaran petir di pagi hari. Viktor hampir saja terpukul mundur kalau saja tak menguatkan pijakan kakinya.
"Maaf...," lirihnya pelan. Ratu menarik napas agak panjang. Dia tidak ingin marah-marah sebelum jam sembilan. Kata orang itu bisa bikin kita tua sebelum waktunya.
"Kemarin aku ingat banget kita ada janji, tapi sepuluh menit sebelum janji kita, tepatnya di jalan saat aku mau ke tempat kita ketemu, dosbim aku minta kita ketemu buat bimbingan. Beliau mau pergi ke luar kota, katanya mau nunda bimbingan buat seminggu ke depan. Aku langsung mengiyakan dan putar haluan, aku--"
"Sampai tidak sempat buat ngabarin pacarnya," potong Ratu datar. Kalimat singkat itu sanggup membungkam mulut Viktor.
"Ya, aku akui. Aku berencana hubungin kamu pas sampai di tempat aku ketemu sama dosbim aku, di Resto A&B. Tetapi seperti yang kamu sadari, aku lupa dan baru hubungi kamu setelah satu jam lebih."
Ratu tidak ingin merespons apapun dari cerita Viktor barusan. Dia bingung sendiri siapa yang harus disalahkan. Padahal sejatinya dia sangat butuh pelampiasan. Di masalahnya kali ini juga tidak etis dia marah-marah pada dosen pembimbing Viktor, beliau tidak tahu apa-apa.
"Maafin aku ya, sayang..."
Ratu masih tak mau buka suara. Hanya kedua matanya saja yang sejak tadi menatap tajam Viktor sambil berkedip lucu.
"Kamu masih nggak mau maafin aku?" tanya Viktor takut-takut. Kecemasan akan kemarahan Ratu membuatnya tidak bisa tenang. "Kamu marahin aja aku, pukul, atau... Lakuin apapun biar plong. Tapi habis itu janji jangan diemin aku kayak gini, please..."
"Tapi..." Ratu menjeda ucapannya sejenak. Dia diserang keraguan yang membelenggu tiba-tiba. "Kamu sering begini, Vi," lanjutnya.
Viktor menyugar rambut ke belakang sambil membasahi bibirnya. "Maaf, sayang..."
Lalu, yang terakhir itu kamu ketahuan selingkuh. Sesungguhnya Ratu sangat trauma akan hal itu. Dia takut Viktor kembali menyelingkuhinya.
"Aku janji, setelah ini aku akan lebih cepat hubungin kamu kalau ada keperluan mendadak. I promise, you can trust me, sweetie!" ujar Viktor begitu serius. Raut wajahnya menyiratkan kesungguhan yang berarti.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLP dan Kamu
Ficción GeneralRatu Diani Syakila adalah mahasiswa tingkat 3 yang disibukkan dengan kegiatan PLP di SMA Gempita Cita, salah satu sekolah elite di Bandung. Gadis itu kurang beruntung karena harus satu kelompok dengan Kayla Niandra, gadis yang tidak suka padanya. S...