01.1 DITS

1.6K 152 6
                                    

Seoul, Korea Selatan 19 : 00 KTS



Siaran berita perkiraan cuaca hari ini menginformasikan akan turunya salju yang menutupi seluruh seoul di malam hari.

Jennie yang sedari tadi mendengarkan berita itu kini mengalihkan pandangannya kearah Jendela rumah besarnya yang memperlihatkan langit biru cerah dengan hamparan awan. Mata kucingnya menatap langit itu dengan seksama yang kemudian pandangannya beralih kearah sepidol yang terletak diatas meja, kedua tangan Jennie sibuk memainkan rubik pemberian ibunya dan ketika semua warna itu kembali ketempat semula Jennie segera melangkah turun dari sofa dan menaruh rubik itu diatas meja.

Tanganya kembali terulur untuk mengambil sepidol biru itu dan mulai melangkahkan kaki kecilnya ke Jendela kaca dengan sedikit berlari.

Ji ah yang melihat prilaku anaknya hanya tersenyum tipis.

Ini adalah hari pertama setelah kepindahan mereka dari New Zeland, memang sulit untuk berinteraksi dengan hal-hal baru terlebih sedari kecil Jennie tinggal di New Zeland dan meski lahir di Korea itu tetap menyusahkannya dalam penguasaan bahasa.

Ji ah paham akan hal itu namun dia juga tak mungkin menetap disana ketika alasan kepindahan mereka karena Ji ah ingin nantinya Jennie bisa lebih terbuka dan mendapat teman di usianya yang baru memasuki sekolah dasar. Terlebih Jennie orang yang pendiam dan tak banyak bicara.

Padangan Ji ah kembali kearah Jennie yang kini tengah berada didepan Jendela kaca besar dengan sepidol yang tutupnya terbuka ditangannya merasa penasaran dengan apa yang dia lakukan Ji ah memilih melangkahkan kakinya kearah Jennie dengan perlahan.

Mengelus surai hitam legam itu dengan lembut Ji ah menatap wajah mungil Jennie yang tenang dari samping

"Anak mommy kenapa hem?"

Jennie tetap diam dan kembali membuat dua garis lengkung dengan sepidolnya di Jendela kaca yang ada didepannya. Ji ah yang tidak mendapat jawaban mulai mengalihkan padanganya kearah jendela kaca yang ada didepannya, hingga seutas senyum terbit dibibir raumnya.

"Eoh anak mommy pintar ya" dengan gemas Ji ah mengecup pipi kanan Jennie berulang kali meski dibibir putrinya tak terbit senyum sedikitpun

Apa yang dilihat Ji ah adalah gambar empat orang anak prempuan yang tengah bermain salju dengan latar belakang taman dirumah mereka, Ji ah bisa melihat dimana ke empatnya tertawa bahagia dan tiga diantara mereka membuat bola salju besar hingga kecil.

"Coba sebutkan ini siapa aja" Ji ah membawa Jennie kecil kedekapan hangatnya

"Nini Ji.....chu Ro.....sie Lisa" meski tergagap Jennie tetap menyebut nama saudara-saudaranya dengan benar bahkan menujuk gambarnya satu persatu dengan urut

"Pinter banget sih anak mommy!" Ji ah mengesekkan hidungnya dengan hidung Jennie berulang kali sebelum memeluk anaknya sayang dan mulai menggendong tubuh kecil Jennie, membawanya kearah meja makan

"Lihat tuh udah jam berapa" Ji ah menunjuk kearah Jam dinding yang di ikuti pandangan Jennie.



08 : 00





"Jam delapan minum susu mom"

"Nah tunggu disini dulu ya, susunya udah habis." Di elus sayang surai hitam Jennie "Biar mommy suruh bibi Jung beli dulu ya, dan Nini makan Rotinya dulu nih!, mau selai apa? coklat ya?" Ji ah masih sibuk dengan Roti Jennie sebelum dia meletakannya di atas piring di depan Jennie. Mengelus sayang pipi anaknya Ji ah segera melangkahkan kakinya kearah belakang rumah yang biasanya ada bibi Jung yang sering membersihkan halaman.

Jennie masih diam menatap kosong kearah roti didepannya sebelum mendorong piring itu menjauh dari hadapannya, Jennie kembali melirik kearah Jam yang kini menunjukan angka delapan lebih tiga. gumanan tak jelas keluar dari bibir mungilnya, tangan nya memukul kecil pahanya dengan cepat.

Jennie terus menunggu dan menunggu hingga lima belas menit lamanya Ji ah belum juga kembali kedapur.

Jennie yang melihat Jam minum susunya sudah kelebihan segera beranjak dari kursi dan mulai meneriaki Ji ah yang entah ada dirumah atau tidak.
"Jam delapan minum susu mom" kalimat itu terlontar berulang kali dengan cepat dari bibir mungilnya, mengelilingi rumah itu hampir lima menit sebelum Jennie kembali kedapur.

Menutup kedua telinganya erat Jennie segera melangkah kedinding kosong disisi lain dapur, mencengkram erat kedua sisi kepalanya sebelum membenturkan kepalanya ke dinding berulang kali. Kalimat yang sama juga keluar dari bibirnya berulang kali dengan keras.

Ji ah yang baru memasuki dapur terkejut dengan apa yang dia lihat. ke dua tangannya yang menenteng tas belanjaan segera terlepas, dan berganti dengan langkah kaki cepat ke arah sang anak yang terus membenturkan kepalanya ke dinding bahkan suara benturan itu terdengar sangat keras. Dengan kasar Ji ah segera mendekap tubuh mungil anaknya membawanya menjauh dari dinding tapi seolah tak merasakan rasa sakit Jennie kembali membenturkan kepalanya ke arah kepala Ji ah yang ada dihadapanya.

Dengan cepat Ji ah segera memegang erat kedua sisi wajah Jennie menghentikan kegiatan konyol yang dilakukan Jennie. Bisa Ji ah lihat Jennie kini kembali sadar dengan apa yang dia lakukan pandangan mata yang tadinya kosong kini kembali menatap Ji ah dengan datar

"Jam delapan minum susu mom" kembali kalimat itu Jennie katakan dengan nada datarnya sembari menatap Ji ah

"Anak mommy kenapa?" Ji ah mengelus lembut kening yang sedari tadi Jennie benturkan kedinding bahkan kepalanya sendiri, matanya menatap sendu mata datar Jennie.

"Jangan lakukan itu lagi eoh" Ji ah memperingati Jennie dengan lembut sembari mengecup kening Jennie "itu bahaya. Nini paham kan?" Kembali Ji ah mengecup sayang kening anaknya itu meski tidak mendapat jawaban dari Jennie.

Dancing in the SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang