01.4 DITS

746 117 4
                                    

Lima belas menit berlalu sejak saudarinya pergi ke kamar dan sudah lebih dari tiga menit Jennie menatap jendela besar yang memperlihatkan taman samping mansion.

Meski matanya menatap kosong kearah Jendela namun tangannya tetap aktif bergerak memainkan rubik dengan cepat

Matanya dengan jeli melihat ke segala penjuru ruangan untuk mencari keberadaan seseorang, melihat tak ada seorang pun yang mengawasinya dia segera berdiri meletakan rubik yang belum selesai ke kursi dan melangkah menuju jendela besar rumahnya. Senyum manis langsung terbit dibibir kecilnya dengan pandangan mata berbinar menatap kearah langit yang menurunkan salju hingga menutupi pepohonan dan jalan.

Dengan tergesa Jennie segera melangkahkan kakinya keatas menuju kamar. Kamarnya kini terlihat agak berantakan karena ulah adiknya, sedangkan di salah satu sudut kamar Jennie terlihat Rosé yang sedang menggambar dengan alat gambar miliknya.

Jennie memilih mengabaikannya dan segera melangkah kearah lemari, mencari pakaian hangat yang akan dia gunakan untuk keluar. Sampai dia menemukan mantel hitam tua dan dengan cepat memakainya, mencari sepatu yang cocok untuk dia pakai sebelum keluar kamar dan turun.

Melihat sekelilig rumah yang kosong Jennie dengan segera melangkah kearah pintu depan yang tertutup.

Udara dingin langsung menerpa wajah mungilnya begitu dia keluar rumah, mata cokelatnya berbinar menatap langit yang kini menurunkan salju niat awalnya yang ingin bermain di taman mansionpun tersingkirkan ketika melihat dua orang anak laki-laki yang berlarian sembari melempari bola salju ke satu sama lain

Karena rasa penasaranya dia mendekat kearah keduanya yang tetap bermain tanpa peduli akan sekitar.

Langkah kecilnya yang cepat membuat kedua anak tadi menoleh kerahnya, Jennie disisi lain tersenyum manis dengan gummy smile menatap kedua anak didepannya dengan binar kecil dimata cokelatnya.

"Dia siapa?" Tanya anak laki-laki yang lebih pendek sedangkan si tinggi hanya menggeleng tidak tahu sembari menatap aneh kearah Jennie yang menghampiri mereka

"Apa anak paman Dong-wook?"

"Tidak mungkin! Paman Dong-Wook saja tidak punya istri masak punya anak." Si pendek mengganguk paham dari penjelasan si tinggi yang sedang duduk sembari membuat bebek

"Yah tapi dirumah itukan ada paman joong ki dan chang wook juga" ungkapan laki-laki berambut alien itu hanya di angguki temannya yang sibuk membuat bebek

Tapi tak lama kemudian dia mendapat tatapan tajam dari si tinggi, Bagaimana tidak jika dia merusak bebeknya yang dibuat susah payah

"Hehe maaf Hyung" segera anak itu membentuk tanda v dengan jarinya dengan senyum lebar terpampang diwajahnya yang mungkin saja sudah terlambat karena sebuah bola salju sebesar kepalan tangan tengah mengarah ke wajahnya tapi dengan cekatan juga anak itu menunduk untuk menghindar

Yang membuat si pelempar segera mengerut tak suka karena tak tepat sasaran namun matanya segera menangkap kemana arah bola salju yang ia lempar sampai itu berhenti setelah mengenai wajah Jennie.

"Opsss"

"Yak hyung cepat minta maaf!" Tentu tuntunan temannya segera ia turuti. Jadi dengan tergesa dia menghampiri Jennie yang tengah menundukkan kepala sembari membersihkan wajahnya dari salju.

Dancing in the SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang