meski suaranya begitu kecil namun Jennie mampu mendengar, lihat saja tubuhnya yang kini tak lagi memberontak matanya semakin terkulai sedih menatap punggung kecil gadis berbibir hati yang bergetar hebat.
Jisoo disisi lain semakin menancapkan dalam gigi pada tangannya, mengutuk dirinya sendiri yang tak mampu menjaga ucapannya.
Sungguh kali ini Jennie sama sekali tak memperdulikan tubuhnya yang penuh dengan noda darah, bahkan rasa sakit sedikitpun tak mampu dia rasakan lagi lantaran kalimat tajam yang keluar dari bibir saudarinya
"A-aku harus mati"
"C-chu ingin aku m-mati" bibirnya bergetar dengan dada yang naik turun tak beraturan. Matanya segera membuang pandanganya kearah lain tak ingin menatap punggung orang yang tidak menginginkan kehadirannya
Tubuhnya berbalik cepat meninggalkan tempat kejadian, pergi berlari dengan langkah lebar menggunakan kaki pendeknya keluar mansion
"Jennie" Ji ah memanggilnya dengan suara lembutnya yang diabaikan oleh Jennie karena seelahnya gadis mungil itu langsung berlari keluar
"Jennie!" Ji ah melangkah tergesa mengikuti langkahnya namun dia ingat disini ada anaknya yang lain yang tengah membutuhkan dirinya membuat Ji ah mendesah karena tak mampu melakukan apapun
Ji ah membalik tubuhnya kerah sofa dengan tangan kanannya yang terangkat menyisir rambutnya kebelakang sedangkan tangan kirinya meraih ponsel yang terjatuh disofa ketika dia didorong oleh anaknya
"Eomma dimana Jennie?" Jarinya yang sibuk bermain dengan ponsel terhenti sejenak begitu mendengar suara Jisoo yang sudah berdiri didepannya dengan wajah basahnya yang penuh air mata. Matanya terangkat menatap wajah putrinya dengan tatapan tak mengertinya namun mendapati nafas gusar Jisoo Ji ah hanya mampu menghela nafas
"Eomma pikir kau ingin dia mati?" Tanya Ji ah setengah berbisik
"Ani!" Bantahnya cepat "anniya!" Dada Jisoo naik turun tak beraturan dengan tangan yang terkepal erat disamping tubuhnya
"D-dimana Jennie?"
"Dia pergi-
Brakkk
Ckitttttt
Brakkk
Kepala keduanya dengan reflek menoleh kerah pintu mansion begitu mendengar sura benturan yang begitu keras terdengar dari luar mansion
Ji ah melangkah cepat keluar mansion meninggalkan Jisoo yang panik yang berusaha menyusul langkahnya. Karena kepanikannya gadis berbibir hati itu sampai tersandung kakinya sendiri ketika melangkah membuat tubuhnya mendarat dengan kerasnya dilantai
"Mom?"
"Unnie" Jisoo menolehkan kepalanya kerah suara mendengar dua langkah kaki yang berjalan tergesa kerahnya hingga dia nerasakan dua pasang tangan membantu dirinya untuk berdiri
"Suara apa tadi?" Tanya Chaeyoung pada Jisoo yang hanya menggeleng pelan
"Dari luar"
Sedangkan diluar Ji ah berhenti tepat didepan gerbang mansion menatap tubuh kecil putrinya yang tengah terbaring diatas jalan dengan darah yang menggenang layaknya genangan air disekitar tubuhnya
Mata cokelatnya memerah menatap tak percaya pada mobil sedan hitam yang bagian depnanya hancur menabrak pohon hingga mengeluarkan asap
Kakinya segera melangkah tergesa kearah Jennie mengangkat kepalanya kearah dadanya mendekapnya erat seolah tak ingin kehilangan Jennie
"Sayang" panggilnya dengan suara bergetar menepuk pelan pipi besar putrinya yang penuh dengan noda darah
"Hey J-jen"

KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing in the Snow
Narrativa generaleJi ah harus menerima kenyataan pahit ketika salah satu anaknya yang saat itu berusia 10 tahun menderita spektrum autis